Ini adalah semacam bahan tertawaan yang sialnya berhubungan dengan keselamatan orang banyak. Apakah jadinya akan lucu? Entahlah, Anda kan hakimnya. Intinya ini bukan complaint, dan juga bukan menjadikan saya kapok naik maskapai ini, hanya ini bagi saya aneh saja. Tidak perlu saya jelaskan merek maskapainya yang jelas ini pelajaran berharga bagi saya saja, sih. Setidaknya buat saya pribadi.
Pada 25 Agustus 2016, saya ditugaskan untuk pergi ke Bali. Saya terbang dari bandara Soekarno Hatta di Jakarta dan mendarat di bandara Ngurah Rai di Denpasar dengan selamat. Pada 28 Agustus saya dijadwalkan untuk kembali ke Jakarta, namun karena penerbangan penuh saya terpaksa harus menunda keberangkatan hingga tanggal 30 Agustus, dan itupun saya terpaksa harus ambil penerbangan dari Denpasar-Bali ke Bandung. Saya lebih memilih untuk tetap pulang meskipun saya harus turun di Bandung, daripada saya harus berlama-lama di Bali.
Sebelum berangkat, di pesawat sudah ada informasi bahwa di Bandung hujan dan cuaca agak sedikit buruk. Saat di pesawat wajah pramugari dan pramugaranya saya ingat betul dan sampai hari ini wajahnya saya masih ingat.
Kurang lebih satu jam perjalanan terasa lancar dan baik-baik saja. Tidak lama kemudian sebelum tiba di atas kota Bandung, cuacapun memburuk dan terjadi manuver. Di sinilah awal mula si Pilot berbagi kepanikan kepada penumpangnya. Pantaskah seorang Pilot berbicara setiap katanya diawali huruf ‘Ee‘?
“Pilot ee penumpang yang kami hormati ee saat ini ee kita berada ee di atas ee ketinggian…., ee dan ee cuaca ee sedang buruk ee dan ee bahan bakar kita ee tersisa 50 menit lagi…, ee pesawat kita sedang berputar-putar ee di atas kota Bandung ee karena padatnya ee penerbangan sehingga ee kita ee belum ee bisa mendarat…, ee kemungkinan terburuk ee jika kita ee tidak bisa ee mendarat di Bandung kita ee…”
Si Pilot sempat berhenti beberapa menit. Saya sempat berpikir kenapa dia berhenti bicara apa dia akan bilang kemungkinan terburuk pesawat akan jatuh?
Selang beberapa menit kemudian ia melanjutkan “ee kemungkinan terburuk kita akan eeee mendarat darurat ee di Halim Perdana Kusuma Jakarta.”
Saat itu cuaca sangat buruk dan guncangan semakin kencang. Sontak, karena pemberitahuan tersebut orang-orang pada lihat jam. Kok aneh, baru kali ini ada pilot yang memberi tahu sisa bahan bakar. Apa memang seperti ini kode etiknya bahwa kepanikan pilot harus dibagi-bagi, apa sayanya yang norak, huh?
Perasaan dalam satu minggu saya bisa sampai 4 kali terbang, bahkan dalam satu bulan sedikitnya saya bisa 12 kali naik pesawat, tapi tidak pernah mendapatkan pemberitahuan seperti ini. Baru kali ini saya mendengar yang notabene konon seorang terpelajar namun hampir tiap kata berbicara diawali huruf ee. Dasar ee!
Setelah pemberitahuan tersebut tidak ada pemberitahuan yang menggunakan bahasa Inggris. Ternyata setelah hampir 10 menit kemudian baru kalimat tadi diulang dengan bahasa Inggris. Kok bisa telat, ya?
Guncangan demi guncangan terjadi. Jujur saya hanya menikmati, dan penumpang udah mulai pasrah. Kanan kiri depan dan belakang sudah pada muntah-muntah. Tiba-tiba 35 menit kemudian setelah terus berputar-putar di atas dengan guncangan super. Muncul pemberitahuan dengan tingkat kepanikan premium. Berasa saya naik wahana kora-kora.
“Para Penumpang yg kami hormati ee saat ini ee bahan bakar kita ee hanya tersisa ee dan hanya mampu bertahan ee 15 menit lagi.”
What? Gila, ini pemberitahuan macam apa. Maksudnya umur kita semua yg di pesawat tinggal 15 menit lagi. Hmmm…, semua pada panik dan liat jam tangan, menghitung waktu. tidak sekalian aja dia suruh pakai pelampung biar kalau jatuh berharapnya ngambang di awan. Saya coba berpikir positif, mungkin si Pilot bermaksud untuk mengingatkan bahwa para penumpang harus bertobat di sisa umurnya yang tinggal beberapa menit lagi.
“Bapak Ibu ee pesawat di depan kita telah mendarat dengan selamat. Ee kemungkinan kita akan menyusul ee setelahnya”.
Hey! Lihat jam tersisa 5 menit. So, telat 1 menit ini pesawat jatuh dengan tanpa hambatan. Akhirnya mendarat dengan waktu tepat 15 menit setelah pemberitahuan bahan bakar terakhir. Sampai di darat rasanya pikiran sudah tidak karuan, antara lega, lucu dan gemes sama pilotnya.
Beberapa bulan kemudian, saya kembali diterbangkan dari Jakarta ke Balikpapan. Tiga hari di Balikpapan saya kembali lagi ke Jakarta. Saat terbang dari Balikpapan, para pramugari dan pramugara bersiap memberikan sefty briefing. Saya merasa kenal sekali dengan pramugara dan pramugari ini, tapi saya sudah lupa pernah lihat mereka di mana. Mungkin karena sering naik pesawat jadi wajar jika ketemu pramugari dan pramugara yang sama, pikir saya.
Tidak lama setelah itu voice over dari pilot muncul, dan ternyata saya ingat sekali dengan suara itu. “Eee selamat datang dii eeee, pesawat…eee”. Ampun deh, kesialan macam apalagi ini. Beruntunglah hari itu cuaca cerah dan saya selamat sampai di Jakarta, ee.
More from Ruang Raung
Dari CEO Restock ID Kita Belajar
Dari CEO Restock ID Kita Belajar.... Rombongan motor dan mobil berkonvoi berkeliling kota. Mengibarkan bendera kebanggaan sebagai ciri identitas organisasi yang …
Pak Jokowi, Jadi Gini
Usia kemerdekaan Indonesia "Pak Jokowi, Kapan ya Kita Merdeka dari Ambisi?" Usia kemerdekaan Indonesia kini sudah menyentuh 75 tahun. Ya, 75 tahun …
Antara Kedai Kopi dan Dilema Pejalan Kaki
Kedai Kopi dan Dilema Pejalan Kaki Selepas kelas malam, sepulang dari kampus, sekitar jam 7 malam, saya berjalan kembali ke kos. …
1 Comment
Hahahah . Lucu bang. Di tunggu selanjutnya