Rasanya, tak ada orang yang tak pernah bergunjing. Setiap orang, disadari atau pun tidak, pasti pernah pernah melakukan pergunjingan. Entah menggunjingkan hal-hal baik atau keburukan orang lain. Menggunjingkan hal kedualah yang dilarang. Kita tak boleh membicarakan keburukan orang lain. Dalil-dalil agama sudah sering memperingatkan hal ini. Bahkan, agama menggambarkan ‘orang yang suka bergunjing ‘ seperti seekor gagak yang memakan bangkai sodaranya. Namun, sialnya saya sering lalai untuk tak melanggar larangan ini. Saya sering bergunjing. Menggunjingkan hal apapun yang bisa menyenangkan hati saya. Terkadang, bergunjing memang benar-benar bisa bikin hati lega.
Saya tidak bisa tidak untuk menggunjingkan bos atau rekan kerja saya di kantor dulu. Sebab, rasanya jika tak membicarakan mereka, saya seperti sebuah pipa yang mampet. Namun, pada beberapa waktu lain saya berusaha menahannya. Dan tentunya, hobi bergunjing itu bukan tanpa sebab. Bos dan rekan kerja saya waktu itu memang kepalang menyebalkan. Lalu, saya pikir satu-satunya cara untuk menjaga diri tetap baik-baik saja adalah dengan cara menggunjingkannya.
Tapi, apakah mereka juga tak bergunjing? Tentu saja mereka juga bergunjing. Mereka bukan orang suci. Setiap usai doa pagi, ketika saya sudah duduk di kursi kerja, mereka masih asyik di dapur untuk mengobrol. Oh, tidak. Mereka tidak sekedar mengobrol. Mereka sedang bergunjing. Dari soal manager kredit mikro yang kemaruk soal amplop pelicin (padahal, kelakuan mereka soal amplop juga tak jauh berbeda) sampai gosip perselingkuhan para manager dengan pegawai-pegawai cantik di kantor cabang. Mereka bergunjing dengan begitu asyik. Sedangkan saya harus menahan kesal di depan sembari memasang wajah yang dibuat ‘sok asyik’ ketika menghadapi nasabah.
Saya jadi ingat salah satu satu scene film Annie Hall karya Woody Allen yang masyhur itu. Pada adegan film itu, Woody terlihat sedang sibuk mengantri di lobi bioskop. Di belakangnya, ada orang meyebalkan yang sok tahu dan nyerocos soal tokoh komunikasi terkenal bernama Marshall McLuchan. Woody tak tahan dengan bualan orang di belakangnya itu. Kemudian, Woody menarik orang tadi dan tiba-tiba mempertemukannya dengan Marshall McLuchan yang keluar dari balik pot. Saya terbahak ketika menonton adegan ini. Saya bayangkan, bilamana ketika orang sedang menggunjingkan orang lain, tiba-tiba orang yang digunjingkan itu langsung ada di hadapannya. Sepertinya menyenangkan.
Ya, tapi memang begitulah adanya. Pergunjingan adalah bagian dari peradaban manusia. Yuval Noah Hariri, penulis buku laris Sapiens, menyebut bahwa gunjingan atau gosip punya andil dalam proses pembentukan peradaban kita. Karena menurutnya, kebiasaan bergunjing tak pernah absen dari obrolan sehari-hari kita. Misalnya, seorang professor fisika mustahil membincangkan teori dan rumus njelimet fisika saat makan siang dengan para kawannya. Paling banter, mereka hanya akan bergunjing tentang gosip perselingkuhan profesor lain atau dana penelitian yang diselewengkan.
Budaya bergunjing ini kian hakiki ketika televisi kita ikut terus serta merawatnya. Lihatlah, betapa menariknya acara-acara gosip yang membincangkan lika-liku hidup para artis ibukota itu. Ratingnya bahkan tak pernah sepi, selalu ramai. Padahal, berita perceraian atau isu perselingkuhan para artis, sama sekali tak bikin perut kenyang. Belum lagi, di platform instagram, ada sebuah akun yang menamai dirinya lambe turah. Yang artinya adalah mulut sampah. Betul, sangat sesuai sekali dengan isi konten mereka yang semuanya hanya sampah: gosip-gosip tak mutu soal para artis. Taik!
Kira-kira kenapa bergunjing itu asyik?
Jika pertanyaan itu diajukan kepada saya, alasan saya sederhana saja:
Berbicara di depan muka orangnya langsung memang lebih terhormat ketimbang mengobrol dengan pantatnya. Tapi, mengobrol dengan pantat orang yang menyebalkan jauh lebih lucu ketimbang mengobrol di depan muka orang yang memaksamu untuk memaki. Sebab kita suka kelucuan dan kita suka memaki.
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …