Lady Bird memang remaja Sacramento yang menggemaskan. Tidak banyak sutradara wanita yang berhasil dibicarakan oleh dunia perfilman khususnya di Hollywood. Seperti tidak banyak penulis wanita dibandingkan para penulis dari kaum pria, sutradara wanita masih menjadi sesuatu hal yang belum begitu lumrah. Kehangatan pembicaraan sutradara wanita datang lewat Greta Gerwig, seorang aktor, penulis skenario, dan juga sutradara perdana film coming of age “Lady Bird.”
Sebelum mengenal Greta Gerwig sebagai sutradara, saya mengenalnya lewat perannya sebagai wanita 27 tahun yang dicampakkan oleh pacarnya, ditinggalkan oleh sahabatnya yang tinggal di luar negeri, dan seorang wanita urban yang mengalami karir yang enggak begitu menjanjikan di film hitam putih “France Ha.” Ia seringkali menjadi penulis skenario dan bekerjasama dengan Noah Baumbach. Saya pikir mereka seperti saudara seperfilman.
Pada ajang Golden Globe 2018 yang diadakan pada hari Minggu kemarin (07/01), dari empat nominasi yang ada, karya teranyarnya “Lady Bird” berhasil menyabet dua nominasi. Di antaranya adalah menjadi Best Actress in a Musical or Comedy Motion Picture (Saoirse Ronan) dan Best Musical or Comedy Motion Picture.
Film coming of age adalah salah satu tema yang saya suka. Dan “Lady Bird” adalah salah satu film yang saya (dan mungkin kamu) favoritkan. Ber-setting di Sacramento California pada tahun 2002, “Lady Bird” menampilkan sesuatu yang jujur, hangat, dekat, apa adanya. Sesuatu yang realistis dan spontan tentang remaja dengan rasa penasarannya, kenakalannya, pemberontakannya, perdebatannya, menyebalkannya, sombongnya, sampai you know lah…, drama-dramanya.
Adalah Christine McPherson, seorang remaja SMA di sebuah sekolah Katolik yang selalu ngotot ingin dipanggil ‘Lady Bird’ mengalami masa-masa sulit karena selalu berdebat dengan Ibunya, kakaknya, bahkan pacar kakaknya. Mengalami hubungan apes dengan pacarnya yang ternyata seorang gay, ia hanya punya satu teman dekat bernama Julie tetapi berpaling darinya hanya untuk bisa berteman dengan Jenna, salah satu gadis popular di sekolahnya. Kamu akan sadar kalau kamu sudah enggak jadi anak SMA labil, kamu akan menyukai karakter ‘Lady Bird’ ini. Lady Bird ini sudah seperti karakter Holden Caulfield di “The Catcher in the Rye” (J.D Salinger) atau karakter Nadine Franklin di film “The Edge of Seventeen.”
Film-nya menyajikan sesuatu yang realistis dan enggak dibuat-buat. Di mana masalah hanya seputar sekolah dan orang rumah. Seorang remaja dengan masalah nilai matematika yang jeblok dan dengan entengnya nekat membuang buku nilai agar gurunya lupa ia mendapatkan nilai berapa, seorang remaja dengan kegengsian dan kepercayaan dirinya untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama walaupun kemampuan yang ia punya enggak ada, seorang remaja dengan kekecewaanya karena enggak punya rumah sebagus rumah-rumah yang biasa ia lewati ketika pulang sekolah, seorang remaja dengan ketidaksopanannya berdebat dengan ibunya dan kakaknya yang tidak pernah mau mengalah, seorang remaja dengan keegoisannya mencampakkan sahabatnya dan lebih memilih berteman dengan seorang gadis popular di sekolahnya untuk dijadikan lahan ‘aji mumpung’ demi dekat dengan orang yang ia suka, sampai sikap sarkastis dan meledak-ledaknya terhadap orang-orang sekitar.
Ada hal yang unik di sini, dalam wawancaranya di Los Angeles Daily News November lalu. Greta Gerwig berkata karakter “Lady Bird” merupakan refleksi dari dirinya sendiri; Greta Gerwig yang juga berasal dari Sacramento California bercerita bahwa ketika remaja, ia dan gadis lainnya masuk sekolah Katolik. Ia tidak seberani Lady Bird yang mewarnai rambut menjadi merah, bukan seperti Lady Bird yang memberontak dan bandel di sekolah, bahkan ia cenderung murid yang taat akan peraturan. Ia hanya menekankan bahwa karakter Lady Bird adalah murni hasil karya fiksinya.
Sebuah karya yang saya rasa ia persembahkan untuk Sacramento.
You might also like
More from Tontonan
Sinopsis Sokola Rimba
Sinopsis Sokola Rimba Film "Sokola Rimba" merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang wanita bernama Butet Manurung yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …
Analisis Ending Film The Commuter
Analisis Ending Film The Commuter "The Commuter," sebuah film thriller yang dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan yang penuh …