Aku bekerja sebagai tenaga ahli di bidang MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Tidak heran jika setiap minggu aku terbang ke berbagai kota besar dan menginap di hotel berbintang. Sebagai seorang tenaga ahli MICE tentunya hospitality menjadi bagian utama. Kali ini aku ditugaskan ke Symponi Hotel Padang Sumatera Barat bersama rekanku Widya Ayu Trisna (Selanjutnya disapa Ayu). Ayu sesuai dengan namanya, wajahnya pun juga Ayu, pipinya cabi, rambutnya panjang, hitam, dan lurus.
Aku tiba di Bandar Udara Internasional Minangkabau di Pariaman tepat pukul 16.30 WIB pada 29 September 2016. Setelah mengambil barang aku dan Ayu menuju pintu keluar bandara (pintu kedatangan). Di luar pintu sudah tampak kerumunan orang, seperti sedang menunggu seseorang. Di antara kerumunan itu terdapat seorang petugas hotel berseragam putih, dia memegang sebuah paging name bertuliskan Symponi Hotel, Mr. Deddy dan Ms. Widya Ayu. Petugas hotel ini tampak masih muda, dilihat dari gestur wajahnya, umurnya tampak lebih muda dariku. Aku dan Ayu menghampiri orang tersebut, petugas hotel yang ditugaskan menjemput kami.
“Saya Deddy,” sapaku kepada petugas hotel. Tampak di atas saku baju sebelah kirinya name tag bertuliskan Randy.
“Selamat datang Pak Deddy dan Bu Ayu.” Dia mengulurkan tangan kanannya. “Bapak dan Ibu tunggu sebentar di sini, saya ambil mobil di parkiran,” Randy pergi menuju parkir.
Tidak berapa lama kemudian sebuah mobil Innova putih dengan nomor polisi BA 1214 PI berhenti di depan kami. Pada bagian pintunya tampak stiker bertuliskan Symponi Hotel. Petugas itu turun dari mobil, kemudian mengangkat koperku dan koper ayu untuk dimasukkan ke dalam bagasi belakang.
Randy membuka pintu tengah.
“Silakan masuk Pak, Bu,” Randy mempersilakan kami masuk.
Aku duduk di sebelah kiri dan Ayu duduk di sebelah kanan tepat di belakang kursi supir. Mobil segera melaju. Di sepanjang jalan aku melihat jejeran rumah gadang masih tersusun rapi. Di kiri jalan hamparan bukit hijau berbaris indah. Sekitar 30 menit kemudian kami melewati pantai padang. Pantai padang adalah salah satu pantai yang terletak di kota Padang Sumatera Barat. Pantai dengan lautnya yang biru ini tampak indah sekali. Pantai Padang ini memiliki banyak bebatuan, sesekali terdengar suara gemuruh ombak menerpa bebatuan pinggir pantai.
Hampir 40 menit sudah perjalanan kami, itu artinya jam sudah menunjukkan pukul 16.10 WIB, akhinya kami tiba di Symponi Hotel. Symphoni hotel merupakan salah satu hotel bintang 4 yang terletak di pusat kota Padang. Hotel yang cukup terbilang mewah ini tampak berdiri megah.
Mobil berhenti tepat di depan pintu masuk. Seorang Doorman membuka pintu mobil dan mempersilakan kami untuk turun. Aku dan Ayu turun berjalan menuju pintu masuk, di depannya tampak seorang wanita kira-kira berusia 33 tahun mengenakan rok hitam pendek di atas lutut dengan blazer hitam yang dilengkapi kemeja putih di dalamnya. Wanita ini adalah Shinta, pegawai hotel yang menjabat sebagai Director Of Sales Marketing (DOSM). Sebelum aku berangkat ke Padang, aku sudah berkomunikasi dengan Shinta via telepon dan email terkait semua kebutuhanku.
Barang-barangku diturunkan dan dibawa oleh bellboy.
“Selamat datang pak Deddy dan bu Ayu,” sapa Shinta, seraya mengulurkan tangan kanannya.
“Terimakasih.” Jawabku.
“Bapak mau langsung istirahat ke kamar atau bagaimana?” Tanya Shinta.
“Langsung showing ruangan boleh, Mbak?” Tanyaku.
“Oh tentu, Pak. Mari!” Shinta mempersilakan kami untuk mengikutinya.
Kami masuk ke dalam lift. Shinta menekan tombol lantai 5. Setelah tiba di lantai 5 Shinta mempersilakan kami untuk melihat ruang meeting yang ada di lantai tersebut. Shinta menjelaskan kapasitas, fasilitas, serta persiapan di foyer ruang meeting untuk coffee break atau lunch pada kegiatan seminar.
“Mbak, ini bau kopi. Ruangan di sini pakai aroma terapi bubuk kopi?” Tanyaku ke Shinta, karena memang sudah biasa di beberapa hotel meletakkan kopi bubuk di kamar dan sudut ruangan sebagai aroma terapi dan merawat agar ruangan tidak berbau apek.
“Iya Pak.” Jawabnya ringkas.
Setelah semua fasilitas hotel dijelaskan olehnya termasuk fasilitas seperti swimming pool, gym, karoke, jumlah kamar, dan lain-lain kami pun kembali turun ke lobby.
“Mbak Shinta, hotel ini dibangun tahun, berapa?” Tanyaku.
“Tahun 2014, Pak,” jawab Shinta dengan senyum manis merona.
“Wah ternyata masih cukup baru, ya.” Dalam hati aku tidak ragu dengan hotel ini, karena dengan bangunan baru biasanya penjualan untuk aktivitas MICE sangat menarik perhatian pelaku MICE.
“Iya, Pak. Pak, untuk kebutuhan meeting besok sudah saya persiapkan. Besok jam 9 pagi kita meeting bersama pak GM,” jelas Shinta. “Tunggu di sini sebentar Pak, saya ambil kan kunci bapak di FO.” Shinta meminta kami untuk menunggu di sofa yang ada ditengah lobby.
Tidak berapa lama kemudian.
“Pak Deddy, ini kuncinya. Sesuai pesanan Bapak, khusus kamar Bu Ayu double bed dan Bapak kamarnya yang king bed.” Jelas Shinta, sambil menyodorkan dua buah kunci. Aku memang sengaja memesan kamar untuk Ayu double bad, karena nanti ayu akan tidur ditemani oleh adikku Novi yang kuliah di Padang Panjang.
“Terimakasih,” sahutku.
“Sama-sama. Nanti barangnya diantar sama roomboy saja, Pak,” Sarannya penuh perhatian.
“Jangan Mbak, saya bawa sendiri saja,” timpalku.
“Iya Mbak, bawa sendiri saja,” Ayu menyahut.
Aku dan Ayu beranjak dari sofa menuju lift. Di dalam lift aku melihat amplop kunci bertuliskan 333 dan 308. Kamar 308 bertuliskan namaku dan 333 bertuliskan nama Ayu. Aku pun menekan tombol lantai 3 pada dinding lift.
Pintu lift terbuka, tepat depan pintunya ada sebuah signage bertuliskan 301-320 panah kiri, dan 321-340 panah kanan.
Depan kamarku tampak jelas nomor 308. Pintu kamar kubuka, koper kuletakkan di samping lemari. Seperti biasanya, di atas meja rias sudah tersedia satu fruit basket dan Welcome Letter. Aku dan Ayu langsung mengarah ke tujuan kamar masing-masing. Di amplopnya bertuliskan:
Welcome Letter
DCLXVI/ SH_Padang/ XI/ 09
Aku memperhatikan sejenak ada yang unik dari amplop ini, tapi entahlah aku pun tak tahu. Amplop kubuka.
Dear Mr. Deddy,
Welcome to the Symponi Hotel Padang, we all wish you
a very enjoyable and relaxing stay with us.
Please do not hesitate to contact me should you need anything at all.
Warm Regards,
Ahmad Muchsin
General Manager
Kertas surat kubalik, tampak coretan besar dengan sebuah pensil bertuliskan PAI. “Dasar tidak teliti. Kok Welcome Letter pakai kertas bekas?!”, gumamku dalam hati. Kertas itu aku remas dan kubuang ke dalam tong sampah di bawah meja.
Tidak berapa lama bell kamarku berbunyi. Pintu kubuka, Ayu langsung masuk. Ia berjalan menuju jendela kamar, kemudian membuka gordyn.
“Jelek view-nya.” Ujar Ayu. Jebreeeeet listrik tiba-tiba mati.
“Yah, mati listriknya…,” ucapku. Aku membuka pintu, aku lihat di koridor lampu semua menyala, itu artinya hanya kamarku saja yang listriknya mati. Aku kembali masuk ke kamar dan menuju pesawat telepon. Di samping pesawat telepon ada beberapa nomor penting salah satunya nomor engineering.
“Engineering, tolong kamar 308 listrik mati,” teleponku ke bagian enginering.
“Baik, Pak,” jawab seseorang di bagian engineering. Kemudian Telepon kututup.
“Ay, ke kamar lu dong. Gue pengen lihat,” pintaku.
“Ayolah, di sini pengab,” jawabnya, resah.
Aku masuk ke kamar Ayu, langsung menuju jendela. Aku melihat keluar, di luar hanya tampak pohon dan tanah kosong.
“Ay, lu jangan ngomong,” ledekku.
“Kenapa, lu pasti mau bilang view kamar gue juga jelek kan.” Jebreeet listrik di kamar Ayu juga mati.
“Tuh kan, lu sih ngomong begitu jadi nih kamar tersinggung. Hahaha,” ledekku.
Aku dan Ayu akhirnya turun dan pergi menuju Front Office (FO).
“Mbak, kok kamar saya dan Ayu listriknya mati, sih.” Keluhku ke salah seorang resepsionis perempuan.
“Maaf Pak, nanti akan segera diatasi oleh bagian engineering kami.” Jawabnya sambil tersenyum.
“Mbak, boleh kamar saya diganti gak ke kamar yang lain. Soalnya saya takut kamar 333 terlalu jauh ke pojok,” pinta Ayu ke salah seorang petugas di Front Office.
“Baik, Bu.” Petugas di FO langsung menggantikan kamar Ayu dengan kamar yang baru di kamar 327.
***
Malam hari setelah makan malam, Novi datang. Kami sudah menunggunya dari tadi di lobby hotel. Dari pintu masuk Novi sudah senyum-senyum sendiri. Wajah manis dan manjanya tidak berubah. Tubuhnya yang tinggi dan putih melangkah ceria ke arah sofa tempat kami duduk. Setelah cukup bercakap-cakap aku, Ayu dan Novi berniat masuk ke kamar.
Di dalam lift, tampak Novi terdiam sejenak kemudian senyum sendiri. Wajahnya mengarah ke pojok kiri lift. Aku tahu ini anak penyakitnya mulai kambuh. Aku tidak mau memberi tahu Ayu kebiasaan aneh Novi. Takutnya kalau Ayu tahu, Ayu malah takut.
Ayu membuka kamar, kemudian masuk dan disusul olehku. Novi tetap berdiri di depan pintu kamar.
“Vi, masuk,” perintahku.
“Kasihan bang itu,” jawab novi, lirih.
“Masuk!” Aku menarik tangan novi.
Novi duduk dikasur menghadap jendela. Tiba-tiba dia menitikkan air mata.
“Novi, kenapa?” Tanya Ayu heran.
“Tidak apa-apa, Kak,” jawab Novi, kemudian diam lagi.
“Novi jangan melamun,” tegasku ke Novi.
“Kasihan dia, Bang,” jawab Novi.
“Udah Vi, ingat jangan melamun.” Aku tahu ini anak sangat mudah terbawa suasana, pikirannya tidak boleh kosong.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Aku beranjak dari kamar Ayu untuk kembali ke kamarku. Setelah masuk kamar aku langsung ke toilet. Udara saat ini memang sedikit terasa agak dingin, aku menyalakan water heater agar kaki dan wajahku terasa hangat ketika dicuci. Setelah membasuh muka aku melihat ke cermin. Di cermin tampak ada bekas embun dari uap air panas. Ada yang aneh dari embun ini, di cermin tampak jelas seperti goresan jari bertuliskan PAI. Bulu kudukku merinding. Aku sepertinya merasakan ada yang aneh dengan kamar ini. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur di kamar Ayu.
Setelah aku masuk ke kamar Ayu, aku tidur di kasur menghadap jendela sedangkan Ayu dan Novi tidur sekasur berdua menghadap tembok. Satu jam berlalu, aku masih sibuk dengan gawaiku.
“Kriiiingg….kriiinnng.” Telepon di kamarku berbunyi.
“Ya, hallo,” jawabku. Kulihat Ayu dan Novi sudah tertidur pulas.
“Selamat malam, dengan Bapak Deddy.” Tanya seseorang dari telepon.
“Iya, ada apa?” Tanyaku
“Pak, ini ada tamu. Katanya dia mau tanya untuk teknis pekerjaan besok,” jelas suara dari telepon tersebut.
“Oke saya turun,” jawabku.
Ada sedikit perasaan takut di hatiku. Aku tahu Novi dengan kemampuan indigonya telah melihat sesuatu di hotel ini. Meskipun ia tidak menjelaskan apa yang terjadi.
Aku turun dan menuju Front Office, ternyata tamu yang tadi mencariku sudah tidak ada. Aku kembali lagi menuju lift. Sebelum masuk lift aku melihat ada seorang koki yang sedang berjalan tepat di ujung lorong yang berlawanan dengan lift. Koki ini berjalan lurus membelakangiku.
Kali ini aku merasa lift berjalan terlalu lambat. Pikiranku sudah mulai gusar. Aku menekan tombol lantai 3. Seketika pintu lift terbuka aku segera berjalan cepat menuju kamar. Di ujung koridor kiri aku melihat ada seorang lelaki membuka pintu kamar paling pojok. Tampak di tangannya ada sesuatu yang dibawa, tap tidak jelas apa. Kamar itu tepat di sebelah kamar 333 yang tadi tidak jadi dipakai oleh Ayu. Pelan-pelan aku menuju kamar ujung, tercium bau kopi, tapi baunya bukan kopi bubuk melainkan kopi hitam yang sudah diseduh. Baunya sedikit menyengat, mungkin penghuni di kamar ini menyeduh kopi dengan takaran terlalu banyak. Aku pergi meninggalkan kamar itu. Tiba-tiba, sayup-sayup aku mendengar ada nyanyian seorang perempuan;
Si pipik si puang-puang manda
Si pipik si puang-puang manda
Urek putuih dagiang basambung
Urek putuih dagiang basambung
Mancicik darah tiok alai bulunyo
Mancici darah tiok alai bulunyo
You might also like
More from Fiksi
Surat untuk Mantan
Lara, Ini mungkin adalah surat yang kesekian kali kutulis, tapi kali ini rasanya berbeda. Seperti ikan besar yang terjerat di jaring …
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan Hey Sobat Semay, siap untuk terbawa oleh ombak perasaan yang mendalam? Ini …
4 Comments
Aihhh bg . Kenapa ija yg greget bacanya yakk . Hahah . Jadi ingat sendiri masuk kamar hotel . Ahh . Jadi meriding . Siap nunggu kisah selanjutnya bg ..
Dear Mas Deddy,
Tulisan ini memang tidak sempurna, tetapi justru dibalik ketidak sempurnaannya itu terdapat keindahan. Jadi makna sebenarnya dari komentar ini adalah; cepetan post episode selanjutnya yaa 👌