Lupakanlah baju koko dan sandal bapak-bapak pergi tarawih yang dikenakan T’Challa.
Black Panther begitu menghibur, tetapi, dalam segi ide, tidaklah begitu baru. Cerita tentang seorang raja kaya raya yang menjadi pahlawan sudah biasa kita temui baik di dongeng-dongeng, buku, dan banyak film.
Alur sederhananya seperti ini: bapak T’Challa, yang juga raja dari Wakanda mati. T’challa (Chadwick Boseman) diangkat menjadi raja Wakanda. Misi utama T’Challa saat menjadi raja adalah memburu dan menangkap Ulysses Klaw (Andy Serkis), si pencuri vibranium dari Wakanda. Misi T’Challa gagal, dan alih-alih menangkap Klaw, T’challa membawa pulang seorang agen CIA ke Wakanda.
Di belahan bumi lain, Klaw dibunuh oleh Erik Killmonger (Michael B. Jordan), penduduk Wakanda yang diasingkan oleh T’Chaka, bapak T’Challa. Killmonger akhirnya sampai ke Wakanda dan menemukan jalan menemui T’Challa. Killmonger menantang T’Challa untuk mengambil alih tahta Wakanda. Tantangan Killmonger diterima T’Challa dan akhirnya T’Challa kalah dan dibuang ke dasar air terjun oleh Killmonger.
T’Challa tidak benar-benar mati tentunya. Ia ditemukan oleh suku pegunungan yang selama ini selalu menjadi batu sandungan bagi Wakanda. Formula yang jamak kita temui di film-film action, ketika si pahlawan suatu saat kalah dan kemudian bangkit kembali untuk menang. Akhir film ini sudah bisa ditebak setelah T’Challa terbuang.
Di waktu yang mendadak serba politis ini, sangat mudah menebak ke mana pikiran penonton akan diarahkan oleh Black Panther. Yang pertama, tentunya adalah mengangkat isu soal kaum kulit hitam. Hampir semua pemeran utama dan pendukung dalam film Black Panther adalah orang-orang kulit hitam. Latar tempat dari Black Panther pun berada di negara fiksi utopia Wakanda, yang terletak di Afrika.
Kedua, kesetaraan kaum perempuan. Lihatlah pasukan elit yang mengelilingi T’Challa, Dora Milaje, semuanya adalah perempuan. Kemudian, ahli teknologi Wakanda yang juga adik dari T’Challa juga perempuan.
Tak mengherankan jika Marvel mengangkat isu-isu ini karena sejak tahun lalu telah beberapa kali diadakan Women’s March baik untuk memprotes Trump sampai gerakan memprotes kekerasan seksual. Kemudian jika kita melihat sejenak ke belakang, sudah ada ratusan, bahkan mungkin ribuan gerakan protes dari orang-orang kulit hitam untuk mendapatkan kesetaraan dan tempat yang layak di Amerika maupun di tempat-tempat lain.
Walaupun hampir seluruh pemainnya berkulit hitam, Black Panther tidak menawarkan hal lain seperti misalnya melawan rasisme yang kerap ditujukan pada orang-orang kulit hitam. Black Panther hanya sekedar menampilkan saja orang-orang kulit hitam tanpa berniat mengangkat hal lainnya yang bisa dieksplorasi karena tentu saja kita harus mengingat, ini film Marvel. Kita hanya akan mendapatkan cerita soal bagaimana dinasti monarki kaya raya berusaha memertahankan kekuasaannya dari gangguan orang terbuang.
Di film ini juga kita melihat bagaimana ayah Killmonger yang juga saudara kandung dari T’Chaka dibunuh oleh T’Chaka sendiri dan meninggalkan Killmonger seorang diri untuk bertahan hidup di tempat kumuh. Kilmonger tumbuh besar menjadi golongan orang-orang yang terpinggirkan, baik di dalam masyarakat Amerika karena ia berkulit hitam, maupun di Wakanda sendiri karena ia orang yang terbuang.
Killmonger ketika bertemu dengan T’Challa di Wakanda bisa kita akui memiliki kesadaran kritis akan Wakanda. Bagaimana Wakanda yang tidak mau membantu orang-orang sesama kulit hitam yang menderita di luar Wakanda dan tidak mau membuka perbatasan bagi para pengungsi. Bagai Korea Utara dan Kim Jong Un-nya, T’Challa dan keluarga menjaga Wakanda agar tetap tertutup dan tak membiarkan orang lain di luar warga Wakanda masuk.
Apa yang diucapkan Killmonger memang benar dan ia menantang T’Challa untuk berduel dan menyerahkan tahta raja Wakanda kepadanya. Killmonger menang dan menjadi raja. Namun, raja yang memiliki kesadaran pembebasan seperti dia, dengan ide membagikan sedikit kekayaan sumber daya Wakanda ditampilkan berhati jahat dan pendendam. Killmonger dan cerita masa lalunya benar-benar mencuri perhatian di Black Panther.
Bagian yang saya tak habis pikir adalah, bagaimana T’Challa membiarkan seorang agen CIA, berkulit putih, yang terluka parah karena melindungi Nakia (Lupita Nyong’o) dibawa masuk ke Wakanda untuk diobati, dan akhirnya menolong skuad T’Challa melawan Killmonger.
Mengapa orang kulit putihnya harus agen CIA? Mengapa bukan Tony Stark saja? Si agen CIA digambarkan seolah menjadi malaikat penolong. CIA seperti di beberapa literatur memang suka menyusup ke arena kebudayaan, tak terkecuali film, entah untuk propaganda atau untuk memperbaiki citra mereka atau untuk tujuan-tujuan lain.
Apakah film ini adalah film yang benar-benar layak didapatkan oleh orang-orang kulit hitam? Mungkin.
You might also like
More from Tontonan
Sinopsis Sokola Rimba
Sinopsis Sokola Rimba Film "Sokola Rimba" merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang wanita bernama Butet Manurung yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …
Analisis Ending Film The Commuter
Analisis Ending Film The Commuter "The Commuter," sebuah film thriller yang dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan yang penuh …