Sedang Jatuh Cinta.
Syahdan, suatu ketika di istana Iblis terjadi kegemparan. Istana Api yang bermukim di antara dua pertemuan samudera, yaitu samudera dingin dan panas itu bergoyang-goyang keras laksana diguncang gempa dan tsunami, petir menyambar-nyambar memercikkan lidah api, angin bertiup selaksa arah, gunung-gunung meledakkan laharnya, bintang-bintang tak lagi menampakkan sinar dan matahari alam Iblis redup seketika hingga kegelapan abadi pun menggema. Sekalian Iblis-iblis kecil, para hulubalang dan prajurit iblis segera bergegas serempak menuju singgasana. Di sanalah biasanya mereka berkumpul bila ada masalah besar, di sana pula mereka mengadu, mendiskusikan apa gerangan yang menimpa tanah air tercinta mereka. Kegemparan yang luar biasa tersebut sangat tak terduga.
Di antara pekik ketakutan dan jerit kegelisahan menggemalah sebuah seruan kepedihan. Suara itu sangat mereka kenal. Itu suara sang maha radja. Radja yang mereka kagumi, sangat cintai dan elu-elukan. Dialah sang Iblis. Hingga, kegemparan pun bertambah. Kepedihan dan kesedihan akibat bencana tak seberapa jika dibandingkan dengan kepedihan karena radja berduka. Rupanya, itulah penyebab segala bencana. Hati sang radja berduka, alam pun berduka, para iblis kecil berduka, para hulu balang berduka, para prajurit berduka, semua berduka.
Berhari-hari kejadian alam itu berlangsung. Selama maha radja Iblis menggema dengan kepedihannya, selama itu pula alam Iblis dan seluruh isinya ikut berduka. Oh, rasanya indah, damai bagi manusia. Sesaat mereka tak lagi menggoda manusia. Sesaat pula manusia berubah bak malaikat, saling menolong dan saling memperlihatkan rasa kemanusiaannya. Itulah masa-masa yang dicatat dalam sejarah manusia sebagai masa terbaik yang ditulis dengan tinta emas. Sebab setelah itu ataupun sesudahnya tidak akan terjadi lagi.
Tetapi apakah gerangan yang menyebabkan maha radja Iblis begitu berduka? Mari kita menerobos ke kerumunan di singgasana Istana Iblis Api. Di sana akan digelar sebuah diskusi besar untuk memecahkan permasalahan tersebut.
***
Suasana sekitar singgasana begitu bergemuruh. Ribuan ungkapan kata mengudara. Setiap inci tubuh para Iblis mereka-reka, apa sebenarnya yang menimpa? Namun, tak ada yang berani mengucap kata langsung ke maharadja.
Di saat itu pula Ifrit, jin paling jahat serta penganut tersetia menyembah takzim, dengan kaki yang ditekuk membentuk huruf O ia pun mengumbar kekhawatiran. Berharap sang maharadja akan berbagi duka, hingga Ia dapat memberikan solusi, begitu pikirnya. Akhirnya, sepatah kata pun terucap, gemuruh pun mereda.
“Wahai paduka radja Iblis yang mulia, yang terkenal akan kejahatannya yang luar biasa, yang telah mengeluarkan Adam dan Hawa dari surga, juga menyengsarakan manusia dengan segala tipu daya. Engkau pula maharadja yang tak luput ditelan waktu, seiring janjimu pada yang Maha Mencipta, sudikah kiranya Engkau memberi kami petunjuk. Apakah kiranya yang menimpa paduka? Hingga alam Iblis pun turut berduka. Di mana-mana kekacauan terjadi, angin meribut, gunung meledak, petir menyambar, dan kegelapan menyelimuti. Ampun paduka, hamba lancang…”
Hening. Tiada jawaban terdengar. Sang radja tetap menggeram. Mata merah menyala laksana kurang tidur. Semua menangis ketakutan. Sekarang giliran Genderuwo, jin kasar berbulu lebat berwarna coklat coba berucap.
“Wahai paduka calon penghuni neraka yang kekal selamanya, yang paling suci dan murni tauhidnya, gerangan apakah yang menyebabkan engkau berduka? Sudilah kami menciumnya, hingga akan kami endus-endus dan kami makan duka itu hilang ke tanah manusia…”
Kembali hening. Tiada jawaban jua terdengar. Sang radja tetap menggeram. Mata merah menyala laksana kurang tidur. Semua menangis ketakutan. Berturut-turut pelbagai perwakilan Iblis dari segala penjuru dunia bersuara, mencoba menenangkan hati paduka. Kalau diurut daftarnya setelah Genderuwo adalah sebagai berikut: Kuntilanak, Pocong, Vampir, Setan Alas, Sundel Bolong, Memedi, Jurig, Kalong Wewe …
Tetap hening. Sama sekali tiada jawaban terdengar. Sang radja tetap menggeram. Mata merah menyala laksana kurang tidur. Semua menangis ketakutan. Terakhir yang maju ke depan adalah perwakilan bangsa manusia yang lama mengabdi pada Iblis perkasa, namanya Yuwaswisu. Ia dikenal ahli dan licik menggoda manusia, sebab ia adalah satu-satunya jenis Iblis yang berasal dari bangsa manusia. Hingga para manusia pun tak mengenalinya sebagai Iblis tapi malaikat. Penampilannya pun berbeda, ia mengenakan surban berbaju gamis. Di tangannya senantiasa ada dua kitab. Di tangan kanan memegang kitab suci Iblis yang disebut Kitab al-Zabtainur, yang menurut Iblis sendiri kata al-Zabtainur merupakan singkatan dari Zabur, Taurat, Injil dan Qur’an. Sengaja dipillihnya nama itu karena isi kitab al-Zabtainur memang pemutarbalikan kebenaran kitab suci dengan hasil pemikiran Iblis mengenai kejahatan-kejahatan dan kisah-kisah keburukan. Di tangan kirinya, Yuwaswisu memegang kitab suci agama-agama manusia. Karena itu pula dia dikenal sebagai ahlul kitab, ilmu pengetahuannya sangat tinggi. Dengan tenang ia maju ke depan, membuka kitab al-Zabtainur dan membaca surat al-Cinta wal Cemburu ayat 1-9. Begini bunyinya.
“Bacalah (1). Sesungguhnya kalian akan mendapati suata masa (2) Masa di mana Aku akan merana (3). Pada saat itu Istana api yang bermukim di antara dua pertemuan samudera, samudera dingin dan panas bergoyang-goyang keras laksana diguncang gempa dan tsunami, petir menyambar-nyambar memercikkan lidah api, angin bertiup selaksa arah, gunung-gunung meledakkan laharnya, bintang-bintang tak lagi menampakkan sinarnya dan matahari alam Iblis redup seketika hingga kegelapan abadi pun menggema (4). Semua karena menghormati kesedihanku (5). Maka ketahuilah wahai seru sekalian alam Iblis dan penghuninya, bahwa Aku sedang memendam rasa yang sangat dahsyat (6). Yaitu rasa yang membuatku meninggalkan surgaku (7). Dan menggoda Adam dan Hawa untuk keluar dari surga mereka.(8). Ketahuilah, saat itu aku sedang jatuh cinta dan terbakar cemburu…(9).”
Lalu, terdengar Yuwaswisu kembali berkata. “Wahai sekalian bangsa Iblis, apakah kalian lupa akan ayat ini? Sesungguhnya, maharadja kita telah memberikan isyarat dalam kitab sucinya. Bahwa Ia adalah tetap makhluk yang punya rasa. Maka barang siapa pada hari ini ia kafir akan kenyataan ini berarti telah jatuh ke lubang kesesatan surga dan barang siapa ia mengimani hal ini berarti ia akan bersama sang maha radja di neraka kekal selamanya. Kenyataan itu ialah paduka maharadja sedang Jatuh Cinta.”
Mendengar itu gemparlah alam iblis, ada yang percaya ada pula yang mencibir. Akan tetapi karena reputasinya yang terkenal tidak pernah berbohong pada bangsa Iblis tapi sebaliknya sangat suka membohongi manusia semua pun akhirnya percaya. Dalam hening suara, terlihat sang maha radja Iblis mengangguk-angguk, menandakan Ia menyetujui dan membenarkan perkataan dan analisis Yuwaswisu.
Setelah Iblis menganggukan kepala dalam-dalam suasana alam pun mulai tenang. Istana Api tak lagi bergoyang, petir tak lagi menyambar dan memercikkan lidah api, angin tak lagi meribut, gunung-gunung kembali menelan laharnya, bintang-bintang kembali memberi terangnya dan matahari alam Iblis bersinar terang seterang matahari di alam manusia. Jika engkau kebetulan di sana, engkau akan menyaksikan sebuah keajaiban yang tak masuk logika. Waktu seperti kembali ke belakang, gerak benda seperti kembali ke waktu sebelumnya, jika sekarang kita sedang jalan ke depan maka dengan tiba-tiba gerak kita kembali ke belakang mengikuti arus kehidupan sebelumnya. Hingga, alam Iblis pun kembali ke sedia kala.
***
Syahdan, berita sang maharadja Iblis jatuh cinta menjadi topik yang hangat dan selalu dibicarakan di media-media elektronik yang ditayangkan mulai malam setelah kejadian dan juga di media cetak di alam Iblis yang terbit keesokan harinya.
Saluran televisi al-Jablisa menyiarkan berita bahwa sang maharadja sedang jatuh cinta kepada model bangsa Iblis yang bernama Hawiyah. Hawiyah memang sebulan sebelumnya memenangkan kontes Miss Universe of Iblis. Kecantikannya yang luar biasa dan juga prestasinya dalam menyesatkan puluhan juta umat manusia sempat dipuji oleh sang maharadja Iblis. Karena pujian ini pula, Prof. Saqoer seorang pakar cinta dari Universitas Teknologi dan Seni Iblis sangat yakin akan teori ini. Berbeda dengan analisis tersebut, Prof. Dr. Jahannam yang merupakan peneliti di bidang Ilmu Asmara dan Percintaan dari Sekolah Tinggi Teologi Iblis Jurusan Percintaan Agung mengatakan bahwa sang maha radja Iblis sejatinya sedang jatuh cinta pada dirinya sendiri, bukan pada yang lain. Kecintaan yang luar biasa itu tumbuh seiring dengan umurnya yang sudah milyaran tahun dan dipenuhi dengan prestasi luar biasa dalam menyesatkan manusia. Pendapat ini dimunculkan dalam Harian Satanic Verse, harian terbesar di alam Iblis. Dan masih banyak para ahli-ahli lain yang juga menyampaikan opininya.
Meskipun berbagai opini mengemuka, namun dalam hati-hati para Iblis semuanya tetap gelisah. Mereka merasakan kegundahan yang mendalam karena belum mendapatkan kebenaran. Apa yang mereka dapatkan selama ini hanyalah rekaan, dugaan, interpretasi, analisis, dan juga keyakinan semata, bukan langsung dari ucapan sang maharadja Iblis. Walaupun begitu, ternyata perdebatan-perdebatan yang muncul sangatlah keras. Masing-masing pihak mengakui dan meyakini kalau dirinya yang benar. Apa yang disampaikan kelompok lain tidak benar dan salah. Hingga dalam waktu satu bulan sejak peristiwa itu, umat Iblis terbagi dalam empat golongan besar yaitu Saqoeriyah atau pengikut Prof. Saqoer, Jahannamiyah atau pengikut Prof. Dr. Jahannam, Wailiyah atau pengikut Wail al-Penyairi yang dikenal sebagai penyair nomor satu, dan terakhir Jahimiyah atau pengikut Jahim Parkus yang seorang politikus kelas kakap.
Hal itu terus-menerus berlangsung sepanjang masa kehidupan Iblis. Iblis sendiri enggan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia tak hendak menjelaskan siapa yang dicintainya kepada siapapun. Biarlah mereka menebak-nebak sendiri, begitu pikirnya. Tentu saja, hal ini semakin memperkeruh suasana. Tunggu saatnya tiba nanti, begitu ratap hati Iblis.
***
Masa yang dijanjikan telah tiba. Iblis-iblis berkumpul di depan singgasana. Menunggu titah apa kiranya yang hendak disampaikan. Pertentangan kelompok nampak begitu nyata. Masing-masing menggerumbul sesuai kelompoknya. Dan anehnya, atribut yang dikenakan pun berciri khusus pula.
Iblis menarik napas panjang, berat rasanya Ia mengungkapkan rahasia yang sudah Ia pendam milyaran tahun. Sebentar Ia merenung, teringat masa mudanya yang kelam. Ia teringat betul saat itu umurnya baru 170 tahun. Waktu itu ia sedang bersenang-senang di surga. Berkelana dari satu danau ke danau yang lain. Bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain. Yaqut dan marjan berkilauan, sungai susu dan madu ia cicipi. Begitu juga telaga Haudha. Duh, ia tidak akan pernah lupa saat itu. Saat ia sedang duduk di atas batu di samping telaga, samar-samar ia melihat sesosok makhluk aneh di kejauhan. Ia tahu tempat itu adalah surga tinggalnya Adam. Bentuknya yang ramping, wajahnya yang bersinar, entah … Ia tidak tahu hendak menyebutnya dengan istilah apa, tapi kalau sekarang Ia menyatakan bahwa kata yang hendak mengungkapkan keindahan makhluk itu adalah cantik, seksi dan anggun. Sungguh Ia terpesona. Perlahan Ia bangkit, mendekat ke arah makhluk itu, tapi ada semacam perisai kasatmata yang menghalangi surganya dan surga Adam.
Ia merutuk dalam hati. Siapakah makhluk seindah itu? Tiba-tiba hatinya berdesir, dilihatnya Adam mendekati makhluk indah itu, memeluknya dan menciuminya. Terasa terbakar hatinya, panas. Ia pun pergi menjauhi pemandangan yang membuatnya cemburu.
Ia ingat betul di keesokan harinya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyuruhnya datang ke tempat pertemuan. Di sana sudah berdiri jutaan malaikat dan Ia melihat Adam beserta makhluk indah itu. Mesra sekali kelihatannya. Kembali Ia merasakan kegelisahan yang amat tidak nyaman. Hingga segala perintah Allah terasa masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Dan puncaknya, ketika Allah memintanya bersujud kepada Adam, Ia merasa marah, sangat marah. Apalagi, makhluk indah itu memperhatikan dia. Ia begitu gengsi. Tidak. Ia tidak mau direndahkan di hadapan makhluk indah itu. Maka Ia pun menolak untuk bersujud. Dibuatlah opininya yang termasyhur, aku lebih baik darinya. Engkau ciptakan dia dari tanah liat sedangkan aku dari api. Akibatnya, amar putusan Tuhan pun dijatuhkan. Ia teringat betul saat malaikat Jibril dan Izrail menyeretnya dari surga dan mencampakkannya ke tempat hina ini. Dan, kutukan, ya … kutukan kekal di neraka harus diterimanya. Apakah ini karena cinta, aku berkorban untuk cinta? Oh cinta, deritanya tiada tara.
Sekejap sebuah kata terucap, “Hawa…Hawa…Hawa… Aku Jatuh Cinta pada Hawa. Karena itu aku ingin membawanya dan keturunannya ke neraka untuk menemaniku. Dan Adam, aku membencinya sepenuh hatiku, karenanya ia kubawa ke neraka untuk kusiksa.”
Bergetar seluruh alam Iblis, guncang seluruh jiwa. Ternyata teori dan keyakinan yang selama ini berkembang tidak tepat kiranya. Mereka merasa malu. Kembali terciptalah perdamaian di antara bangsa Iblis. Di sudut sana, di samping kanan belakang singgasana Iblis, Yuwaswisu sang ahli kitab tersenyum simpul. Jangan sampai umat manusia mengetahui hal ini, begitu pikirnya.
You might also like
More from Fiksi
Surat untuk Mantan
Lara, Ini mungkin adalah surat yang kesekian kali kutulis, tapi kali ini rasanya berbeda. Seperti ikan besar yang terjerat di jaring …
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan Hey Sobat Semay, siap untuk terbawa oleh ombak perasaan yang mendalam? Ini …