-Akhir cerita yang berakhir sedih, haru, dan enggak happy ending
Sepenglihatan saya, dalam beberapa tahun ke belakang generasi milenial lebih cerdas dalam memilih tontonan yang hendak mereka saksikan. Seolah tersadar, sinetron atau FTV dengan cerita yang enggak masuk akal atau jauh dari kenyataan kini mulai ditinggalkan.
Tak hanya sampai di situ, iklan-iklan nyeleneh yang dibuat dengan kesan asal-asalan pun kini mulai tak dilirik. Apakah ini pertanda kalau penonton mulai “cerdas”? Atau produksi sinetron dan iklan yang gitu-gitu aja?
Salah satu yang kini mulai digandrungi oleh kawula muda dalam hal tontonan alternatif yakni web series. Sebagai salah satu bentuk tontonan melalui media daring yang biasanya ditampilkan di channel Youtube secara berkelanjutan, para penikmatnya pun mulai marak. Jika bicara influence, Korea Selatan bisa disebut menjadi salah satu acuan sebagai negara yang kerap memproduksi web series dengan jalan cerita yang kerap susah ditebak. Di akhir cerita, satu waktu kamu bisa dibikin berurai air mata, tapi di waktu yang lain justru kamu dibikin marah-marah karena endingnya enggak sesuai dengan yang diharapkan.
Ya, sinema Korea bisa secara tiba-tiba membikin kamu ingin menjadi sutradara dengan membuat plot twist sendiri sesuai dengan apa yang kamu inginkan. Misalnya, kamu nonton web series dengan akhir cerita yang berakhir sedih, haru, dan enggak happy ending. Terus kamu kesal karena kamu ingin akhir ceritanya harus sesuai dengan versimu.
“Ihhh… kenapa endingnya gitu!”
“Harusnya gini, tau ah sebel sebel…”
Hmmm… Oke, besok-besok kamu nonton web series Indonesia aja biar jalan ceritanya gampang ditebak dan enggak bakal kesel-kesel lagi.
Tapi tunggu dulu, kini sineas dalam negeri pun tak kalah hebat dalam membuat sebuah film terutama dalam balutan web series. Yang terbaru, web series berjudul Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode cukup berhasil membuat saya dan mungkin para muda-mudi terjangkit gejala baper.
Sutradara sekaligus penulis naskah, Yandy Laurens yang juga penulis naskah di web series berjudul Sore: Istri dari Masa Depan, mampu membuat cerita yang menarik dan membuat saya sebagai penontonnya menunggu-nunggu episode selanjutnya meski tanpa kepastian kapan tayang. Uniknya, cerita yang dibikin dalam balutan film tersebut sebenarnya merupakan sebuah iklan produk yang ditampilkan secara halus atau dikenal dengan istilah soft selling.
Anehnya, saya sebagai orang yang telah menonton ngerasa enggak rugi sekalipun tahu bahwa film ini secara tak langsung merupakan sebuah iklan. Bedanya, alur cerita, akting dari para pemeran, dan teknik pengambilan gambar terasa dominan dibandingkan iklan itu sendiri yang hanya sesekali hadir, itu pun kalau kamu sadar.
Bandingkan dengan iklan di sinetron atau FTV yang terlihat sangat “kasar”. Masa iya di tengah-tengah taman ada baligo digital berukuran besar?
Kalau sudah begini, enggak heran jika muda-mudi mulai sering natap Youtube menunggu web series tayang dan hijrah dari sinetron atau FTV yang, udah mah ceritanya ambyar, iklannya nggak smooth lagi. Sinematografi? Hmmm… Jangan ditanya.
Balik lagi ke web series berjudul Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode, film ini bercerita tentang dua orang insan bernama Satrio yang diperankan Dion Wiyoko dan Ayu yang diperankan oleh Sheila Dara Aisha. Keduanya telah pacaran selama 8 tahun. Tapi saat mendekati tanggal pernikahan, Satrio minta putus dengan alasan yang enggak kreatif tapi tegas: tidak mencintai Ayu.
Seolah enggak mau kalah tegas, Ayu mengiyakan pernyataan Satrio meski tentu saja ada rasa yang tertinggal di sana. Seolah menghabiskan rasa penasaran, Ayu pun menanyakan alasan mengapa Satrio ingin putus dengannya.
“Wahhh… pacaran 8 tahun dan pas mau nikah diputusin gitu aja? Menikah enggak sebercanda itu, Rio,” tutur salah satu komentar dari warganet.
Terlihat dan terdengar klise memang. Namun, kejadian seperti cerita di atas bisa melanda siapa saja. Apalagi jika keinginanmu cepat menikah disebabkan oleh tuntuntan sosial. Gagal nikah saat tanggal pernikahan udah tinggal menghitung hari bisa saja, kan melanda kamu? (Semoga dijauhkan)
Dicap menjadi perawan tua, si enggak laku-laku , dan masih banyak lagi nyinyiran yang bernada meruntuhkan semangat hidup memang sangat tidak mengenakkan. Itu belum seberapa, paling ngenes, jika para suara-suara tersebut mulai beralih menjadi dua kubu berlainan. Blok barat berisi orang-orang yang sudah nikah, dan blok timur berisi orang-orang yang belum menikah.
Balik lagi ke cerita, akhirnya Ayu mampu move on dan menemukan tambatan hatinya. Setelah tiga tahun, Ayu bertemu Satrio. Namun, ada yang berbeda dengan pertemuannya kali ini, cincin tunangan terselip di jari manis Ayu saat pertemuan mereka.Dan, Satrio yang mungkin datang dengan maksud silaturahmi enteng saja bilang kalau ia ternyata cinta sama Ayu. Woooowww…. Bebaaaaassss…
Dengan cerita seperti itu, dibalut dengan pengambilan gambar dan sinematografi layaknya film-film bioskop, enggak heran kalau saya, dan mungkin kalian berhasil dibikin baper. Atau emang saya yang baperan ya?
Tapi, menariknya lagi, film ini terlihat nyata dibanding FTV atau Sinetron yang biasa saya saksikan. Dan enggak menutup kemungkinan, cerita di dalamnya juga pernah kalian alami.
Enggak hanya itu, layaknya sinema Korea yang hampir selalu menyematkan iklan di dalam sebuah film, pun begitu dengan film ini. Disponsori oleh perusahaan yang bergerak di bidang transportasi, mobil yang mereka kendarai seolah menjadi mobil yang cocok digunakan oleh anak muda.
Dalam satu adegan, saya melihat Ayu yang saat itu sedang berkendara bereng Satrio, tertidur lelap saat mobil yang sedang dikendarai melakukan akselerasi di jalanan dengan kecepatan tinggi, akan tetapi Ayu tetap saja tidur dengan nyaman. Saya baru sadar kalau adegan tersebut menggambarkan teknologi baru yang dimiliki mobil tersebut. Adegan dengan maksud serupa beberapa kali juga saya lihat di web series Korea. Bahkan bisa saja penonton enggak menyadari bahwa sebenarnya adegan tersebut merupakan iklan tersembunyi.
Tampilan iklan kini mulai bergeser seiring perkembangan teknologi dan perubahan sosial masyarakat. Seperti yang diberitakan Nielsen bahwa porsi belanja iklan sepanjang 2017 masih didominasi oleh media TV sebesar 80% dari total belanja iklan yang tumbuh 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara porsi belanja iklan di media cetak menunjukkan trend penurunan seiring dengan berkurangnya media cetak yang beroperasi.
Nah, bukan enggak mungkin pertumbuhan iklan melalui media daring seperti Youtube misalnya, bakal melonjak dengan mulai ramainya web series dengan iklan yang samar.
Akhir kata, ada makna dalam cerita di web series Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode yang saya tonton. Namun, di sisi lain, saya pun menyadari bahwa saya sedang menyaksikan bagaimana iklan bekerja dewasa ini.
You might also like
More from Tontonan
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar Orient Express adalah nama yang memicu imajinasi, menggambarkan kemewahan, misteri, dan perjalanan epik melintasi …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …
Analisis Ending Film The Commuter
Analisis Ending Film The Commuter "The Commuter," sebuah film thriller yang dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan yang penuh …