Ini cerita tentang pengalamanku semasa dulu masih berseragam merah-putih sampai putih-abu. Aku sejak kecil nakal sekali dan selalu akrab dengan kekerasan di lingkungan tempat tinggalku padahal keluargaku sangatlah religius dan menanamkan nilai-nilai itu. Aku tinggal di sebuah Desa yang adem ayem dan jauh dari hiruk-pikuk dan pekok. Citangtu namanya, terletak di pojokan kota Kuningan Asri yang memiliki motto Hijau Berbunga.
Desaku memang terpencil, meski demikian dekat dengan pusat alun-alun kota Kuningan. Jika engkau hendak pergi ke desaku engkau akan melewati jalan yang naik turun serupa lirik lagu Ninja Hatori, ya, betul yang itu. Engkau pun akan melewati jembatan Cisanggarung yang kesohor angker. Memang tersiar kabar yang menyeramkan mengenai jembatan itu. Ada yang bilang tukang ojek diikuti Kuntil Anak lah, ada yang bilang genderewo sering menampakkan dirinya lah, ada juga yang mengatakan jika di jembatan itu terdapat ular raksasa zaman Dinosaurus. Tapi bagiku biasa-biasa saja. Aku malah bersikap tak peduli.
Dari semenjak SD aku sudah belajar merokok, minum Mission, dan bermain dengan anak-anak dewasa di kampungku yang akrab dengan kriminal kampung kelas teri. Kalian belum pernah denger kriminal kelas teri? Hm. Masa kecil kalian menyedihkan betul! Persis judul album Milisi Kecoa. Kriminal kelas teri itu seperti maling ikan tetangga, buah mangga tetangga, ataupun ayam tetangga yang lagi nganggur. Aku dan kawan-kawanku memakan dengan lahap semua itu tanpa rasa bersalah. Dan aku senang berantem sama kawan yang asshole-asshole. Lantaran nyaris tak pernah ada yang mengalahkanku saat gelut aku pun kecanduan berantem. Unbeatable deh pokoknya. Haha! Sudah seperti preman pasar baru saja yang waktu itu dikenal dengan nama Mama Agnes (Mamang Agnan, sanes?) preman pasar baru yang termasyhur kala itu.
Setelah lulus SD aku masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri yakni SMPN 2 Kuningan yang saat itu dan bahkan sampai sekarang SMPN tersebut masuk pada kategori terfavorit di kota Kuningan setelah SMPN 1. Mulailah dari situ bakat terpendamku untuk menunjukkan kejagoananku tersalurkan. Aku mulai menunjukkan taringku kepada kawan dan kakak kelasku. Nyali apiku pun menyala kala kawan sekampungku dipalak oleh kakak kelasku. Kawanku itu mengadu padaku dan mengajaku untuk mencari kakak kelasku.
Setelah bertemu si pemalak, tanpa tedeng aling-aling langsung kuhantam dia dengan tinjuku. Seketika kakak kelasku jatuh tersungkur, tak berani melawan. Sejak saat itu aku mulai dikenal sebagai jeger (jagoan) di lingkaran kakak kelas dan kawan-kawanku. Pada gilirannya menyebar ke seantero kota Kuningan.
Aku pun mulai bercerita sama abang-abang di kampungku tentang personaku sebagai jagoan sekolahan, dan mereka mulai mendoktrinku supaya kenakalan-jagoanku berlanjut dengan dibantu hal-hal mistik atau blackmagic yang kata mereka bisa membuatku kuat dan tak kenal takut, serupa banteng Catalugna menyeruduk siapapun yang ada di hadapannya.
Aku mulai tertarik untuk menjadi orang sakti dengan mendatangi setiap ‘dukun’ di kampungku yang konon katanya ‘mandraguna’ itu. Mulailah aku berangan-angan dan bermimpi menjadi orang sakti dan menguasai setengah dari kotaku bila dewasa nanti. Di keluargaku sendiri ada seorang yang menjadi inspirasiku dalam hal persilatan beliau adalah pamanku yang bernama Halil dia adalah adik ketiga dari bapakku. Perawakannya memang kecil tapi nyalinya lebih besar dari gunung Ciremai. Halil tak pernah kenal yang namanya takut dan ia juga gigih mendidikku supaya menjadi laki-laki yang jago berantem. Dasar paman bajingan!
Lamat-lamat, Ibu, bapak, dan adikku mengetahui kelakuanku yang terobsesi menjadi Sabri alias Kuntetdilaga si anak Mbah Gulung yang sakti mandraguna dalam sinema elektronik horor yang ditayangkan salah satu televisi swasta nasional pada medio 2006 yang berjudul Kafir. Mengetahui diriku layaknya Sabri si anak Mbah Gulung yang terobsesi dengan blackmagic, mereka pun menentangku habis-habisan karena aku memercayai hal-hal seperti yang Mbah Gulung percayai, terutama Bapakku yang memang seorang aktivis mushalla tiada tanding. Kontras dengan pamanku yang memang bajingan itu!
Pernah suatu hari aku dikasih pinjam suatu jimat berbentuk gelang dari akar bahar oleh preman di kampungku, yang tentu saja atas rekomendasi pamanku yang keparat itu! Konon katanya memang gelang itu ada daya magisnya yang kekuatannya tidaklah mempan terhadapku melainkan hanya mempan sama lawan-lawanku yang menimbulkan berbagai efek samping. Misalnya saja lemas, lunglai, terdiam cengok dan sebagainya karena tak kuat menahan energi dari gelang itu. Aku pun semakin jumawa saja dibuatnya.
Semakin lama aku semakin kesohor di dunia perjagoanan bahkan aku sering malak kawan-kawan seangkatanku yang diinstruksikan oleh kakak kelas yang juga jeger. Sebut saja namanya Lingga dan Ivan Bawal. Setiap hari hasil dari malak itu dipakai untuk mabuk-mabukkan dan beli rokok. Makin tak terbendung saja kenakalan remajaku yang akhirnya aku dikeluarkan dari sekolah dan pindah ke SMPN 5 Kuningan yang terletak di Desa Ancaran.
Perpindahan sekolah tak membuatku bergeming, sifat liarku tak berubah aku makin sering berantem dan minum alkohol. Begitu terus. Sampai bosan aku! Hanya saja kawan-kawan di SMPN 5 gak seasyik di SMPN 2. Ya, waktu di SMPN 2 terdapat kawan-kawan yang suka main band bergenre punk-not-death gitu. Mereka dekat denganku dan aku senang dekat dengan mereka. Mereka tampil beda saja di kala kawan-kawan yang lain sibuk belajar, mereka malah sibuk nge-band. Nama band mereka adalah Blunderhead. Ah keren sekali, pikirku.
Pernah suatu waktu aku ikut mereka ke studio untuk latihan band. Aku masih ingat nama studio itu FG, gak tahu lah aku apa artinya itu. Mungkin Fuck Goblog! Hahaha. Aku bayarin mereka latihan di studio dari hasil uang jatah jagoanku. Pokoknya kawan-kawan di SMPN 5 gak seaysik di SMPN 2. Setelah lulus dari SMPN 5 aku melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas, nama akronimnya SMUNCI alias SMA Negeri Cigugur yang begitu mewah alias mepet ka sawah yang terletak di desa Gibug.
Tak kusangka tak kuduga aku bertemu kembali dengan kawan-kawan sewaktu SMP mereka antara lain Gunks Burdette, Gilang Occe Sang Punk-lima gengster terkenal di kotaku, Ryan Dunkfams Sang Jagal dari Jombang, dan lain-lain. Senang bertemu mereka kembali dan tentu saja bertemu kawan-kawan baru lagi. Sialnya, kakak kelasku yang ada di SMUNCI kebanyakkan dari SMP yang sama (SMPN 2), maka obsesiku untuk menguasai wilayah tak juga luntur, cita-citaku menjadi orang sakti tetaplah bersemayam. Namun, tidak berlangsung lama aku di sana ketika hendak naik kelas 2 aku dikeluarkan lagi dari sekolah gara-gara ketahuan mabuk dan aku pun ikut pindah ke sekolah setara SMA yang diakui pemerintah atau biasa yang disebut sekolah paket C bersama kawan-kawan dari kampungku.
Note: Silakan klik di sini untuk membaca kisah selanjutnya
You might also like
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …