Bus luragung jaya adalah transportasi sejuta umat bagi warga Kuningan, Jawa Barat. Dari dulu hingga kini sopir Luragung Jaya dikenal memiliki 9 nyawa di kalangan para penumpang.
Masih ingat betul sekitar 2013 saya naik Luragung dari Cakung ketika hendak ke Kuningan, sepanjang jalan bus melaju dengan kecepatan optimal, kalau bukan, ugal-ugalan.
Berbagai kendaraan di jalan tol Jakarta-Bekasi-Cikampek disalipnya dengan gagah, siapapun yang menantangnya di jalan untuk adu cepat hampir pasti dilayani si sopir.
Barangkali pride seorang sopir bus antar kota antar provinsi adalah beradu cepat dengan bus lainnya, sekalipun dari PO yang sama, seakan di dalam bus tersebut nihil penumpang. Bus Luragung Jaya ini menjuluki dirinya sebagai Raja Pantura, terutama di zaman angkatan karyawan pertama pada 1990-an.
Tak heran ketika saya melewati Cikampek saat itu, kecepatan bus urung diturunkan, bus yang saya tumpangi ingin menyalip truk besar yang ada di depannya, seperti kita tahu truk besar adalah raja lelet jalanan, karena jalanan di kanan terdapat banyak kendaraan lalu lalang, bus pun mustahil menyalip truk lelet tersebut.
Namun, sudah tahu tidak mungkin melakukan manuver dengan membanting ke kanan dan menyalip, si sopir malah mendekat-dekatkan kepala bus dengan pantat truk.
Saya melihat dengan amat jelas jika jarak bus dan pantat truk itu mungkin sekitar 5-10 cm. Deket banget, saya sampai membeku sekian mikro detik, lalu membayangkan pecahan berhamburan jika terjadi tabrakan. Bagi sopir, ini hanyalah permainan mobil-mobilan a la Time Zone.
Tak jarang protes penumpang pun dilayangkan ke sopir jika dirasa sudah keterlaluan. Memang ada 2 tipikal penumpang PO Luragung Jaya ini, yang suka cepat dan yang tidak suka cepat, namun juga tidak suka pelan.
Cara PO Luragung Jaya dalam mem-branding busnya pun tergolong unik. Pada 1990-an bus ini sempat viral, jadi perbincangan di lingkaran transportasi Kuningan-Jakarta. Teman-teman saya pun tak jarang membicarakannya.
Brand awareness yang dilakukan adalah dengan memberi nama-nama pada setiap bus, ditempeli stiker/scotlight dengan warna yang eksplisit dengan default font tukang stiker, ada nama Saluyu, Sadewa, Meteor, Galaxy, Paradis, Patas, Sahara, dan yang terbaru Luragung Termuda, Putra Luragung, Putri Luragung, dan masih banyak lagi.
Tak ditemukan catatan ada berapa sebetulnya jumlah total bus Luragung Jaya, sebab mereka tak pernah mengetem lama-lama secara berbarengan di Poll PO Bus manapun, bahkan di tempat mereka sendiri, di Desa Luragung, Kuningan, Jawa Barat.
Dari hasil pasang-pasang stiker bertulisan tersebut awareness pun menghasilkan engagement tinggi, yang akhirnya berubah menjadi pelanggan kemudian menghasilkan konversi entah berapa ribu persen sejak 3 tahun setelah branding tersebut dilakukan. Yang jelas dari satu bus tersebut mampu menghidupi 2-3 kepala keluarga. Sopir, kernet, kondektur.
Seberapa Nyaman dan Amankah Bepergian Dengan Luragung Jaya?
Saya tidak pernah melakukan survei secara serius soal kenyamanan kastamer Luragung Jaya jurusan Kuningan-Jakarta, atau sebaliknya. Namun, jika melihat pengalaman pribadi saya hanya nyaman ketika menaiki yang terdapat AC di dalamnya.
Bus Luragung Jaya yang memiliki AC tidak akan menaikan penumpang secara berlebihan, sesuai kursi yang ada. Juga tidak terlalu banyak pedagang maupun pengamen yang dikasih masuk.
Ini kontras dengan yang Ekonomi non-AC, hampir semua yang memberhentikan pasti bakal dimasukan, entah penumpang, pedagang, hingga pengamen. Bukannya saya anti terhadap keberadaan mereka, karena ini berbicara kenyamanan ya saya lebih nyaman ketika mereka tidak ada.
Ada kejadian tak menyenangkan. Persisnya saya lupa tahun berapa, saya pernah bepergian dari Jakarta ke Kuningan dengan adik saya, yang waktu itu masih semester 4. Ketika bus ngetem di terminal Cirebon saya pernah berantem adu mulut dengan 4 pengamen di sana. Kernet dan sopir tidak ada di dalam bus, sedang makan di warung terminal.
Sebabnya adalah karena pengamen itu memaksa adik saya untuk memberinya uang setelah mereka bernyanyi, padahal suaranya butut mampus, sumpah dah. Adik saya hanya diam ketakutan.
Sebelumnya para pengamen itu sudah saya kasih uang untuk berdua. Uang yang dikasih ke pengamen itu ibaratnya dari saya dan adik saya. Pengamen sialan itu tak terima, pengin jadi jagoan.
Memang tidak terjadi baku hantam di dalam bus, mereka tidak berani memukul saya di dalam bus, dan saya juga menolak turun. Udah pasti saya bakal babak belur dikeroyok 4 orang jika melayani tantangan mereka di luar bus. Belum lagi kawanannya nanti yang bakal menyusul. Hal itu terjadi di bus Luragung Jaya non-AC.
Kernet dan sopir Luragung Jaya juga seringnya acak. Sopir yang menyetir dari Jakarta hingga Cikampek bisa diganti, begitu pula dari Cikampek ke Cirebon dan Cirebon ke Kuningan. Awak PO Luragung Jaya tidak berseragam. Sangat startup sekali…
Ini tentu tidak akan terjadi di PO Prima Jasa yang kenyamanan penumpangnya paripurna, dan berseragam, setidaknya bagi saya. Sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan mudah diidentifikasi. Seperti yang pernah dialami istri saya yang mengalami pelecehan seksual di dalam bus PO Luragung Jaya.
Waktu itu kami masih pacaran, setiap akhir pekan istri saya selalu pulang ke rumahnya yang ada di Subang, Jawa Barat, dan selalu menaiki PO Luragung Jaya.
Baca Juga: Luragung Jaya dan yang Tak Disangka
Pelecehan Seksual Di Dalam Transportasi Publik
Menurut survei Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) pada 2019 menyebutkan, sebanyak 46,8 persen dari 62.224 responden mengaku pernah mengalami pelecehan seksual di transportasi umum. Transportasi umum yang paling sering terjadi pelecehan seksual adalah bus, angkot dan terakhir kereta atau KRL.
Para pelaku pelecehan seksual tak mengenal ruang, tempat, dan waktu, bahkan saat dunia sedang dilanda pandemik COVID-19 seperti sekarang, mereka tetap melakukannya di dalam transportasi umum yang notabene sedang dibatasi jumlah penumpang dan pengoperasiannya.
Seperti baru-baru ini terjadi di Commuterline atau KRL. Kasus ini viral setelah akun media sosial mendapat laporan dari salah seorang rekan korban pelecehan seksual, namun admin KRL menanggapinya dengan jawaban tidak etis.
Istri saya tidak viral karena pada saat itu dia merasa malas untuk memperkarakannya. Butuh waktu untuk membujuknya agar mau menuliskan pengalamannya saat berada di bus Luragung Jaya di hari yang mencekam itu. Setidaknya, dengan membagikan pengalamannya istri pun merasa lega.
Kalau kita melihat laporan Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan 2020 disebutkan bahwa bentuk kekerasan seksual yang terjadi di ranah komunitas ini berturut-turut adalah kekerasan di layanan publik atau tempat umum (pasar, transportasi umum, fasilitas umum dan terminal sebanyak 46 kasus, atau sebanyak 7 persen berdasarkan pengaduan yang diterima Komnas Perempuan sepanjang 2020.
Ini artinya ruang publik atau transportasi umum tidak benar-benar aman dan nyaman bagi para pengunjung dan penumpang. Ancaman kekerasan atau pelcehan seksual mengintai di mana-mana.
Payung hukum bagi korban kekerasan seksual juga begitu lemah. Tak sedikit korban yang melapor dirinya dilecehkan malah tidak ditanggapi otoritas.
Bahkan baru-baru ini seorang Briptu II memperkosa gadis berusia 16 tahun di kantor Polsek Jailolo Selatan, Kabupaten Halmahera, Maluku Utara. Bayangin diperkosa di Polsek. Di. Pol. Sek. Tempatnya para penegak hukum berada, berjargon melayani dan mengayomi masyarakat.
Gimana korban kekerasan seksual mau lapor otoritas sementara korbannya sendiri malah takut dilecehkan otoritas?
Baca Juga: Harvey Weinstein dan Manipulasi Kewajaran
Boleh jadi setiap WNI yang menggunakan transportasi publik harus juga dibekali ilmu bela diri, paling tidak menguasai Muay Thai, agar ketika ada orang yang melecehkan, langsung dihajar habis-habisan.
Memang bagi kebanyakan kasus entah korbannya itu laki-laki atau perempuan, respons pertama ketika dilecehkan adalah mengalami tonic immobility, suatu kondisi diam terpaku seolah tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya alias mengalami kelumpuhan sementara.
Tonic immobility juga dialami hewan, dianggap sebagai reaksi defensif adaptif evolusioner terhadap serangan predator ketika resistensi tidak memungkinkan dan sumber daya lainnya tidak tersedia.
Untuk itu agar tidak terjadi tindak kekerasan seksual ya jangan melecehkan. Biasakan meminta izin untuk apapun dalam berinteraksi dengan orang lain.
Karena perlindungan terhadap korban kekerasan seksual di Indonesia itu lemah, boleh jadi bahasa yang paling mudah dipahami oleh pelaku adalah bahasa kekerasan.
Educate your son, or someone else will be killed.
More from Cerapan
Silent Treatment dalam Pertemanan: Saat Diam Menjadi Senjata
Silent Treatment dalam Pertemanan Dalam pertemanan, komunikasi adalah kunci utama untuk menjaga hubungan tetap sehat dan harmonis. Namun, apa jadinya jika …
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas Dalam kehidupan yang semakin sibuk, kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik menjadi …
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan. …