Urban berarti sesuatu yang bersifat kekotaan yang secara langsung maupun tidak, terkait dengan urbanisasi. Pengertian lain dari urbanisasi itu sendiri adalah berpindahnya penduduk dari desa ke kota, pada umumnya mereka bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan mengadu nasib di kota.
Menurut J.H. D. Goede urbanisasi diartikan sebagai proses pertambahan penduduk pada suatu wilayah perkotaan (urban) ataupun proses transformasi suatu wilayah berkarakter perdesaan (rural) menjadi urban. Kantsebovskaya, mengatakan bahwa urbanisasi merupakan gejala, atau proses yang sifatnya multi-sektoral, baik ditinjau dari sebab maupun akibat yang ditimbulkan. Urbanisasi dapat diartikan sebagai pertambahan penduduk perkotaan. Dari perpindahan masyarakat tersebut dari desa ke kota maka muncullah istilah “masyarakat urban”.
Masyarakat urban tergolong masyarakat multi-etnis karena terdiri dari berbagai suku, golongan, kelompok, bahkan antarbangsa yang terkumpul di satu kota utama (metropolis). Penduduk perkotaan memiliki budaya beragam karena masing-masing penduduk memiliki latar budaya yang berbeda tergantung dari tempat asalnya. Selain itu juga, masyarakat urban didefinisikan sebagai masyarakat yang berambisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ini benar belaka, lihat saja sekeliling Anda wahai warga Jakarta!
Ciri-ciri masyarakat urban dapat diidentifikasi padas rentang usia produktif berumur 20-50 tahun, mayoritas masyarakat urban mempunyai keterbatasan kemampuan yang menyebabkan mereka menekuni pekerjaan di sektor informal karena ketiadaan pilihan pekerjaan lain yang dapat mereka masuki dan ini menjadi pilihan realistis bagi para urban, mayoritas masyarakat pindah ke kota karena alasan ekonomi yang dimotivasi adanya tekanan kemiskinan dan keinginan untuk mencari sumber penghasilan yang baru yang lebih menguntungkan, sesama penduduk urban memang ada kebiasaan tolong menolong yang bukan saja menjadi konvensi sosial tetapi menjadi budaya yang eksis di kehidupan mereka. Ini kenapa tak sedikit orang-orang desa pasca lebaran menyesaki Jakarta.
Hadirnya masyarakat urban tentunya juga banyak memengaruhi kesenian yang ada maupun kesenian yang sedang berkembang dalam suatu masyarakat. Biasanya bermula dari kesenian yang sudah ada atau kesenian terdahulu (tradisi) yang kemudian dikembangkan kembali dengan versinya yang menyesuaikan dengan kebutuhan dan pemikiran masyarakat urban. Kesenian-kesenian yang berkembang tersebut salah satunya lahir dari cerita dan dongeng yang berkembang dalam suatu masyarakat dan kemudian dipercaya sebagai sebuah takhayul dan akhirnya diakui bahwa benar adanya. Ketakhayulan yang diulangi terus-menerus bisa diterima sebagai kejadian nyata.
Cerita dan dongeng yang berkembang tersebut diartikan sebagai urban legend. Urban legend merupakan mitos atau legenda kontemporer yang seringkali dipercaya secara luas sebagai sebuah kebenaran. Urban legend, tidak hanya berkembang di masyarakat pedesaan, tapi pada masyarakat perkotaan khususnya masyakarat urban. Masyarakat urban di perkotaan tidak sedikit mereka yang percaya akan takhayul. Salah satu contohnya adalah cerita yang berkembang di masyarakat tentang hantu menara Saidah. Tidak satupun masyarakat yang bisa memberi informasi kapan dan tepatnya cerita ini mulai berkembang dan siapa orang yang pertama kali menuturkan cerita tersebut. Tapi yang jelas cerita ini sudah dipercaya oleh masyarakat luas hingga menjadi sebuah cerita horor yang diyakini kebenarannya, namun tidak dapat dibuktikan secara fakta. Masyarakat percaya bahwa di gedung yang miring tersebut sering terlihat sosok perempuan bahkan sosok pocong yang mengitari gedung.
Urban Legend yang terjadi pada Menara Saidah ini tidak hanya berkembang dari mulut ke mulut. Menara Saidah yang diyakini angker tersebut diangkat menjadi sebuah karya seni dalam bentuk sinematografi atau film dengan judul Menara Saidah. Dengan adanya film tersebut tentunya urban legend ini semakin diyakini oleh masyarakat bahwa menara Saidah adalah benar menara berhantu dengan gedungnya yang miring layaknya menara Pisa.
Fenomena ini sangat menarik dan menjadi perhatian masyarakat umum. Menara Saidah awalnya berfungsi sebagai pusat perkantoran dan terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Sebelumnya nama gedung ini adalah Gedung Grancindo dan didirikan lama sebelum kemudian direnovasi besar-besaran menjadi menara Saidah. Nama yang diberikan pada gedung ini diambil dari nama pemiliknya, Saidah Abu Bakar Ibrahim. Gedung ini diresmikan pada tahun 2001.
Pada tahun 2007 gedung ini resmi ditutup untuk umum karena pondasi gedung tidak tegak berdiri dan miring beberapa derajat serta dianggap membahayakan keselamatan penghuni gedung. Mulai saat itu mulailah rumor-rumor di masyarakat berkembang. Awalnya cerita bermula karena kesalahan pada konstruksi pembangunan gedung hingga muncul cerita adanya makhluk gaib yang menghuni gedung tersebut. Ya, Ketakhayulan yang diulangi terus-menerus memang bisa diterima sebagai kejadian nyata.
You might also like
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …