- Resensi film Isle Of Dogs
- Sang sutradara dikenal sebagai salah satu sutradara hipster terfavorit yang mempunyai gaya tersendiri dalam membuat film
- Film ini merupakan kolaborasi Amerika-Jepang dengan aktor-aktor dan orang-orang di balik layarnya berasal dari dua negara tersebut
- Sebuah perbedaan potret fenomena kehidupan pada umumnya yang ditunjukkan secara satir terhadap ketimpangan sosial sekitar kita
Berlatar di sebuah kota distopian Megasaki – Jepang, seorang walikota diktator bernama Kobayashi mengumumkan pengasingan seluruh anjing karena penyebaran wabah virus demam-pilek yang semakin memburuk. Walikota Kobayashi (Kunichi Nomura) mempunyai kekhawatiran terhadap wabah virus flu-anjing tersebut akan menulari penduduk kota sehingga ia membuat sebuah dekrit dan memutuskan untuk memindahkan, mengungsikan, dan mengasingkan seluruh anjing di sebuah pulau berisi penampungan sampah tak berpenghuni yang disebut Pulau Sampah.
Sementara itu, seorang anak berusia 12 tahun Atari Kobayashi (Koyu Rankin), yang juga merupakan anak asuh walikota nekat menerbangkan pesawat menuju Pulau Sampah untuk menemukan Spots; anjing penjaganya. Dibantu oleh empat anjing bernama Chief (Bryan Cranston), Boss (Bill Murray), Rex (Edward Norton) dan Duke (Bob Balaban), mereka mencari keberadaan Spots (Liev Schreiber) di pulau tersebut.
Atari Kobayashi, bocah pejuang dan penuh tekad itu baru saja mengalami kecelakaan yang membuat ia hanya mempunyai satu ginjal. Dalam masa perawatan, oleh rekan kerja Ayahnya, Mayor Domo, ia diberi seekor anjing bernama Spots Kobayashi yang bisa saling berkomunikasi dengan tuannya melalui saluran telekomunikasi yang dipasang ditelinga masing-masing.
Masyarakat Megasaki sepertinya manut-manut saja dengan Dekrit Pulau Sampah yang dibuat walikota Kobayashi walaupun ada sekelompok orang yang pro dengan anjing. Profesor Watanabe (Akira Ito) dan asistennya Yoko Ono-san (Yoko Ono) di antaranya.
Profesor Watanabe, seorang kandidat Partai Sains berkata bahwa mengungsikan seluruh anjing adalah tindakan yang tidak adil. Ia berpendapat bahwa apa yang dikatakan oleh walikota Kobayashi kejam dan tidak ilmiah. Padahal selama seribu tahun, hewan tangguh ini telah dicintai serta melayani dan melindungi manusia. Profesor Watanabe menjanjikan serum untuk penyembuhan flu anjing dalam waktu enam bulan.
Hanya ada kegersangan berkepanjangan tanpa oasis di Pulau Sampah. Anjing-anjing yang mengais sisa makanan busuk dalam tumpukan sampah, anjing-anjing kurus hiperaktif abnormal yang penuh luka dan penyakit serta kotak-kotak sampah tak terhitung serupa bangunan. Beredar rumor bahwa beberapa anjing melakukan kanibalisme.
Seperti “Fantastic Mr. Fox”, film ini menyuguhkan humor yang segar dan percakapan yang sering membuat senyum muncul lebih kerap. Bagaimana Chief, anjing liar paling dominan sering berpendapat dan memberi seruan kepada teman-temannya (Boss, Rex, dan Duke) untuk jangan mudah menyerah dalam keadaan yang sesulit apapun. Boss, Rex, dan Duke tentu saja sering bertentangan dengan Chief karena biar bagaimanapun, di masa lalu, mereka merupakan anjing rumahan yang jinak dan dimanjakan oleh tuannya sebelum dibuang ke Pulau Sampah, tidak seperti Chief yang sedari lahir berada di jalanan dengan kehidupan yang keras. Sebuah perbedaan potret fenomena kehidupan anjing yang Anderson tunjukkan seperti sebuah satir terhadap ketimpangan sosial di sekitar kita.
Chief adalah sosok anjing liar, anjing jalanan dan garang yang punya kendali atas dirinya sendiri dan tidak mau tunduk terhadap siapapun, tidak ingin mempunyai tuan, termasuk ketika Atari ingin mengenal lebih dekat dan bermain dengannya.
Anderson menjabarkan sosok propagandis dalam diri walikota Kobayashi. Ia melakukan agitasi kepada rakyat dan jajaran pemerintahnya bahwa semua anjing pada akhirnya harus dimusnahkan demi membaiknya keadaan kota dari wabah demam-pilek anjing. Ketika Watanabe berkata bahwa serum yang ia bikin bisa berhasil untuk penyembuhan flu-anjing, walikota hanya mendengus dan mengabaikannya. Alih-alih mendukung Watanabe dalam pembasmian wabah ini, ia justru berencana untuk membuat proyek pembuatan tentara robot anjing yang tentunya lebih canggih sebagai upaya untuk membuat kotanya lebih aman dan tenteram.
Adegan berpindah di sebuah sekolah SMA Megasaki. Tracy Walker (Greta Gerwig), seorang siswi pertukaran pelajar dari Connecticut, Amerika Serikat, juga seorang yang pro-dogs berteori bahwa walikota Kobayashi merupakan seorang penipu dan ia membencinya. Walker menyayangkan walikota yang menempatkan anjing di tempat menyedihkan, ia mengkritik para petinggi yang mudah dicuci otaknya oleh Kobayashi, dan marah karena Kandidat Partai Sains ditahan secara paksa tanpa bantuan pengacara hukum.
Film ini merupakan kolaborasi Amerika-Jepang dengan aktor-aktor dan orang-orang di balik layarnya yang berasal dari dua negara tersebut. Film yang beberapa adegannya berisi percakapan bahasa Jepang yang walaupun tanpa terjemahan, kita tetap akan mengerti dengan alur ceritanya.
Di sini para tokoh manusianya berbicara bahasa Jepang dan anjingnya berbicara bahasa Inggris.
Kau tahu, hubungan sutradara dan aktor bisa begitu sangat dekat sehingga beberapa aktor berlangganan tampil di beberapa film dengan sutradara yang sama. Seperti Martin Scorsese dengan Leonardo DiCaprio-nya, Richard Linklater dengan Ethan Hawke-nya, Tim Burton dengan Johnny Depp-nya, dan tentu saja Wes Anderson, sutradara yang berumur 49 tahun ini setia dengan Bill Murray-nya.
Menampilkan duet aktor-sutradara Bill Murray dan Wes Anderson, Isle of Dogs adalah film Bill Murray ke-8 yang ia mainkan dengan Wes Anderson semenjak di Rushmore (1998), The Royal Tenenbaums (2001), The Life Aquatic with Steve Zissou (2004), The Darjeeling Limited (2007), Fantastic Mr. Fox (2009), Moonrise Kingdom (2012), sampai di The Grand Budapest Hotel (2014). Dimulai dari memerankan tokoh utama, cameo, sampai pengisi suara.
Dikenal sebagai salah satu sutradara hipster terfavorit yang mempunyai gaya anti-mainstream dalam membuat film, Isle of Dogs adalah animasi garapan kedua setelah “Fantastic Mr. Fox”, sebuah film adaptasi buku Ronald Dahl yang memang sangat fantastik. Dalam teknik penyutradaraan, ia juga dikenal sebagai seorang autuer, seorang yang menerapkan kontrol yang sangat tepusat dan subjektif terhadap banyak aspek dari kerja kreatif kolaboratif.
You might also like
More from Tontonan
Sinopsis Sokola Rimba
Sinopsis Sokola Rimba Film "Sokola Rimba" merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang wanita bernama Butet Manurung yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan …
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar Orient Express adalah nama yang memicu imajinasi, menggambarkan kemewahan, misteri, dan perjalanan epik melintasi …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …