Lonjakan Gaji CEO atau…
Para CEO dari beberapa perusahaan terbesar di negeri Paman Sam sana, tercatat memperoleh rata-rata upah sebesar USD 18,9 juta, lho! Angka tersebut diambil dalam bentuk gaji, bonus, dan opsi saham dari 350 perusahaan publik pada tahun lalu. Menurut sebuah laporan dari Economic Policy Institute (EPI), hal itu merupakan sebuah lonjakan gaji tahunan rata-rata mereka di tahun 2017 tersebut.
Berdasarkan laporan yang dirilis pada Kamis (16/8/2018) lalu menyebutkan bahwa kenaikan tersebut terbilang dramatis. Terdapat lonjakan upah untuk para eksekutif perusahaan sebesar 18 persen. Jumlah tersebut sebagian besar disumbangkan oleh opsi saham yang lebih berpihak dalam menghasilkan pembayaran besar bagi para CEO. Bayaran akan semakin besar apabila perusahaan yang dipimpin menampilkan kinerja yang baik menurut pandangan pasar modal.
Terhitung sejak 2009 hingga 2017, rata-rata pembayaran upah yang diterima CEO itu melonjak sebesar 72 persen atau mencapai total peningkatan sekitar USD 7,8 juta. Yang menjadi persoalan adalah; lonjakan tersebut tidak dibarengi oleh gaji para karyawan yang justru terlihat stagnan.
Ketika penghasilan para eksekutif perusahaan terus melonjak, menurut EPI, hal itu akan memperlebar kesenjangan angka antara kompensasi yang mereka terima dengan gaji karyawan ke titik terjauh dalam satu dekade ini. Berbeda dengan para CEO, selama upah rata-rata pekerja di Amerika Serikat naik dari USD 53.400 menjadi USD 54.600, atau sekitar 2 persen saja selama periode yang sama.
Dari data yang mulai mencuat ke publik tersebut memunculkan kekhawatiran tentang kesenjangan nilai upah antara para eksekutif dan karyawan perusahaan.
Terpaut Kelewat Jauh
Sumber yang sama pun mengatakan, kompensasi eksekutif—termasuk CEO—perusahaan asal Amerika telah menunjukkan lonjakan yang terus meningkat hingga mencapai seribu persen sejak tahun 1978. Lagi-lagi, dalam periode yang sama pula, upah riil bagi sebagian besar pekerja di Amerika Serikat hanya mengalami kenaikan sebesar 11 persen.
Hingga tahun ini, ribuan perusahaan AS yang diperdagangkan secara publik kabarnya akan diminta The Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengungkapkan seberapa lebar margin kompensasi antara yang diterima para pejabat eksekutif mereka dengan para karyawan (CEO-to-worker). Inisiasi tersebut merupakan permintaan yang dilakukan untuk pertama kalinya.
Seiring perkembangannya, para pemimpin perusahaan dinilai harus bersiap menghadapi reaksi publik, Larry Mishel, mengatakan bahwa hal ini memperlihatkan tingkat kesetaraan yang timpang. “Ini berkaitan tentang tingkat pemulihan ekonomi yang tidak seimbang,” ujar seorang ekonom yang telah melacak rasio gaji CEO-to-worker selama dua dekade tersebut, sebagaimana dihimpun melalui Bloomberg, Selasa (21/8/2018).
Mishel mencatat, ketimpangan terbesar terjadi pada tahun 2000 dan 2007 dengan rasio yang masing-masing mencapai 344 kali dan 327 kali. Meskipun tidak terlihat signifikan, rasio tersebut turun menjadi 312 kali dibandingkan nilai median dari setiap jumlah penghasilan para karyawan dengan CEO mereka di tahun 2017 lalu.
Apabila dilihat secara individual, berdasarkan data yang dirilis: sejumlah rasio CEO-to-worker memperlihatkan jurang yang begitu jauh. Sebagai contoh, CEO McDonald’s, Steve Eastbrook dengan catatan penghasilan sebesar USD 21,8 juta untuk di tahun lalu. Jumlah tersebut 3.101 kali lebih besar dibanding median (nilai tengah) dari USD 7.017 yang diterima oleh karyawan.
Sementara di Facebook, median dari penghasilan karyawan mereka “nampaknya” sedikit lebih tipis dibandingkan dengan CEO Perusahaan tersebut, Mark Zuckerberg. Ia yang memperoleh bayaran mencapai USD 8,9 juta menimbulkan jarak rasio 37 kali dari median gaji karyawannya di angka USD 240.340.
Cerminan Regulasi
Sejumlah pihak pun menilai bahwa jurang lebar itu tercipta akibat dari undang-undang AS yang secara—tidak langsung—tidak adil memposisikan eksekutif perusahaan dengan keistimewaan atas hak pekerja. Dilansir The Washington Post, pekan lalu, kesenjangan gaji CEO-to-worker di beberapa negara di Eropa, kurang dari separuh dengan apa yang ada di Amerika Serikat.
Menurut laporan yang dirilis oleh The Executive Remuneration Research, pusat penelitian dari Vlerick Business School in Belgium, rasio gaji antara CEO dan karyawan di Inggris rata-rata berjarak 94 kali lebih besar. Angka tersebut diikuti Perancis, Belanda, dan Swedia, yang masing-masing memiliki rasio perbandingan 91, 71, dan 40 kali.
James Kenneth Galbraith, dalam kolomnya di laman The Guardian, Senin (20/8/2018), mengatakan bahwa lubang kesenjangan itu tidak hanya dipengaruhi oleh tata kelola perusahaan, tetapi dipengaruhi pula oleh perubahan struktur regulasi ekonomi dan hukum di Amerika Serikat selama beberapa dekade.
“Kenaikan valuasi pasar dalam teknologi dan keuangan telah mengorbankan sektor perusahaan industri dan (kesejahteraan) serikat pekerja dengan cara menahan rasio di sektor-sektor perusahaan industri yang sempat mendominasi setengah abad yang lalu,” ujar Profesor Ekonomi dari University of Texas tersebut.
Sebagai bagian dari undang-undang perbankan Dodd-Frank—telah disahkan tahun 2010—yang ditujukan untuk mendukung stabilitas sistem keuangan AS, SEC mengharuskan setiap perusahaan untuk menghitung rasio gaji CEO-to-worker mereka untuk kemudian dipublikasikan secara publik.
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …