“Mereka membeli segala barang yang sudah jadi di toko. Tetapi tak ada toko yang menjual teman, maka manusia tak lagi punya teman.”
—Antoine de Saint –Exupery, dalam Le Petit Prince
Saya akui bahwa saya bukan orang yang piawai mencari teman. Bahkan, sepertinya saya memang tidak punya bakat berteman. Terkadang saya termasuk dalam golongan orang-orang introvert. Orang-orang yang selalu menutup diri entah karena apa. Padahal, di waktu lain suka sekali mengoceh di depan orang. Mengoceh tentang hal apa pun, yang mungkin bisa membuat orang lain menjadi sebal kepada saya.
Tapi bukan berarti saya tak pernah punya teman. Saya punya banyak teman. Uniknya, sebagian teman saya waktu sekolah—sedari TK hingga Kuliah—kebanyakan adalah perempuan. Saya tidak tahu kenapa bisa begitu. Saya selalu merasa lebih nyaman berteman dengan perempuan. Saya pikir, mereka adalah makhluk yang tulus dan asyik untuk diajak mengobrol. Perempuan bisa membuat obrolan menjadi hangat dan terbuka.
Beberapa waktu lalu saya membaca riset mandiri yang dilakukan oleh Tirto.id berjudul Bisakah Perempuan dan Laki-Laki Hanya Berteman? Dalam riset tersebut, dijelaskan bahwa lelaki yang berteman dengan perempuan rentan jatuh cinta. Sehingga, lelaki dan perempuan yang ada dalam suatu hubungan pertemanan akan sulit mengelak dari hubungan yang biasa saja. Untungnya, selama berteman dengan banyak perempuan, saya hanya beberapa kali jatuh cinta. Sehingga, riset itu tak sepenuhnya salah.
Sebetulnya saya juga punya beberapa teman lelaki. Kecuali ketika kuliah. Di kampus saya tak memiliki teman lelaki sama sekali. Mungkin musuh ada. Sebab, hampir semua dari mereka bukan orang yang mengasyikkan. Bahkan pada titik tertentu mereka menjengkelkan. Di kantin kampus, tidak ada topik lain dari obrolan mereka selain humor seksis dan cerita kampungan. Mereka suka dengan topik pantat perempuan yang lebar dan cerita balapan liar. Mereka sama sekali tak pernah memikirkan kuliah, baik di kantin maupun di ruang kelas. Ada satu orang yang kuliahnya agak beres. Tapi sialnya ia selalu menganggap saya sebagai pesaingnya dalam urusan mata kuliah. Setiap kali saya mendapatkan nilai A+, dia akan berujar: “sial, kalah lagi sama Rakhmad.” Hidup memang sering bikin repot jika kita selalu berpikir tentang cara bersaing.
Sampai tiba waktunya ketika saya bekerja. Ketika saya menemukan teman lagi. Dunia kerja adalah belantara lebat. Di balik rimbun lebatnya, kita tidak akan sadar bahwa ada seorang penyamun yang sedang sembunyi.
Pertama kali memasukinya, saya merasakan semuanya masih baik-baik saja. Saya mendapatkan wejangan dari bos waktu pertama kali masuk kerja. Saya berkenalan dengan teman-teman di kantor. Mulai belajar mengerjakan beberapa tugas rutin sesuai dengan jobdesk.
Hari pertama begitu sempurna. Hari kedua, saya menghasilkan banyak kesalahan. Minggu pertama saya mulai ditegur oleh bos. Minggu kedua teman-teman kantor mulai tersenyum picik kepada saya. Dan satu bulan pertama nafas saya ngos-ngosan dan kepala saya penat.
Saya pun mencoba untuk mencairkan semua masalah ini kepada salah seorang teman kerja—yang menurut saya baik dan bisa dipercaya. Saya menceritakan semua keluhan saya kepada si teman. Ia pendengar yang baik dan bersedia memberikan nasehat positif. Saya senang, ternyata saya sudah menemukan teman.
Tapi sial, saya tertipu. Dia bukan teman saya. Semua yang saya keluhkan tembus ke telinga sang bos. Dan ia membuat citra saya benar-benar buruk. Dia tidak bisa dipercaya. Teman yang baik takkan tega berbuat jahanam seperti itu.
Ternyata saya hanya lelaki naif yang mudah dikibuli. Saya terlalu hijau untuk dunia lelaki yang keras dan penuh bara api. Mungkin itu alasan mengapa teman perempuan bikin betah.
Saya memang tak berbakat mencari teman. Barangkali, saya pikir, lebih mudah untuk membelinya. Saya kena tipu. Saya trauma mempunyai teman palsu.
Oiya, apakah teman yang asli dan baik dijual di toko JD.ID?
You might also like
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …