Ada banyak cara yang bisa diambil untuk meningkatkan efisiensi bisnis yang berujung pada pertumbuhan keuntungan perusahaan. Salah satu jalan yang kerap ditempuh adalah melaksanakan transformasi digital pada beragam proses kerja, termasuk pada digitalisasi berbagai dokumen dan transaksi seperti tanda tangan digital.
Pesatnya penggunaan tanda tangan digital di Indonesia untuk mendorong efisiensi bisnis, membuat jumlah pengguna tanda tangan digital tumbuh cepat. Tak hanya perusahaan-perusahaan swasta yang bertransformasi menggunakan tanda tangan digital, pemerintah melalui Kominfo juga mulai gencar memberlakukan tanda tangan digital untuk perizinan di berbagai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP).
Cepatnya pertumbuhan tanda tangan digital juga terlihat pada pesatnya pertumbuhan pengguna PrivyID, yang dalam 6 bulan terakhir bertambah hampir dua kali lipat dari 1 juta ke 1,9 juta pengguna di seluruh Indonesia.
Dari 1,9 juta pengguna tanda tangan digital PrivyID, sebagian besar masih tersebar di pulau Jawa. Pengguna tanda tangan digital Indonesia juga masih didominasi oleh pria. Sebanyak 62 persen dari 1,9 juta pengguna tanda tangan digital PrivyID adalah laki-laki, sementara 38 persen lainnya adalah perempuan.
Sebanyak 59 persen di antaranya berasal dari Jakarta – Bogor – Tangerang – Depok dan Bekasi. Sementara kalau dibedah dari profesinya, 70 persen dari 1,9 juta pengguna tanda tangan digital berprofesi karyawan swasta, dengan rentang usia 25-40 tahun.
Hadirnya platform tanda tangan digital seperti PrivyID dalam bentuk aplikasi mobile, sepertinya disukai oleh para pengguna. Dari 1,9 juta pengguna tanda tangan digital PrivyID, 63 persen terbiasa menandatangani dokumen lewat aplikasi gawai pintar. Sementara ada 37 persen yang masih lebih suka menandatangani via laptop atau komputer desktop.
Lalu berapa banyak dokumen yang ditandatangani secara digital? Dari data PrivyID, pada semester pertama 2018, jumlah dokumen yang ditandatangani secara digital lewat platform PrivyID tumbuh sangat cepat. Setiap bulan terdapat 110.669 dokumen yang ditandatangani secara digital lewat PrivyID. Jumlah ini melonjak 159 persen dari periode yang sama di tahun lalu, sehingga selama Januari hingga Juni 2018, total dokumen yang telah ditandatangani secara digital lewat PrivyID adalah 664.009 dokumen.
Tingginya pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa penggunaan tanda tangan digital sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia di era yang serba cepat ini.
“Sekarang makin banyak orang sudah melek tanda tangan digital yang bisa dilihat dari pesatnya pertumbuhan pengguna kami. Pekerjaan rumah berikutnya adalah mengedukasi masyarakat agar memilih tanda tangan digital yang sesuai dengan undang-undang (ITE pasal 11 ayat 8). Supaya, tanda tangan digital bukan cuma memudahkan dan mendukung efisiensi, tapi juga menghadirkan kepastian hukum yang setara dengan tanda tangan basah”, ujar CEO PrivyID, Marshall Pribadi.
Pertanyaannya, mengapa mereka memilih menggunakan PrivyID? Benarkah menggunakan tanda tangan digital bisa meningkatkan efisiensi bisnis? Seberapa besar efisiensi yang didapat oleh perusahaan yang menggunakan tanda tangan digital PrivyID?
Begini jawabannya. Pertama, adanya keterikatan hukum dalam organisasi PrivyID yang berlaku hingga ke mancanegara. PrivyID adalah perusahaan rintisan Indonesia pertama yang mengantongi sertifikasi keamanan informasi berstandar ISO/IEC 27001:2013 yang menjamin kerahasiaan data-data penggunanya dari penyalahgunaan.
Kedua, mari ambil contoh Bussan Auto Finance (BAF), sebuah perusahaan leasing kendaraan bermotor yang bisa memproses hingga 20.000 dokumen. Masing-masingnya terdiri dari +/- 40 halaman setiap bulannya. Ini berarti, mereka harus mencetak 800.000 lembar kertas yang menghabiskan biaya lebih kurang Rp 1,2 miliar per bulan. Ini baru biaya cetak dokumen saja. Setelah dicetak, dokumen lalu dikirim via kurir ke puluhan kantor cabang di berbagai daerah, untuk kemudian dikirimkan kembali ke kantor pusat.
Pengiriman dokumen ini membuat BAF diestimasikan mengeluarkan biaya kurir hingga Rp 3,8 miliar per bulan. Tak cukup sampai situ. Sesampainya di kantor pusat, dokumen ini harus disimpan dengan aman dan teliti, supaya jangan sampai basah, rusak, apalagi terbakar. Lagi-lagi, BAF harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 360 juta per bulan untuk menyewa ruangan penyimpanan berkas. Secara total, dalam satu bulan BAF diprediksi merogoh kocek Rp 5,4 miliar hanya untuk mengurus 20 ribu dokumen tadi. Urusan penandatanganan dokumen saja bisa memakan waktu yang lebih lama dari dugaan.
Ketiga, semenjak menggunakan PrivyID, BAF kini jauh lebih hemat. PrivyID hanya menetapkan biaya sebesar Rp 3.500 per dokumen. Hasilnya, pengeluaran untuk “mengurus” ke-20 ribu dokumen tadi pun berkurang drastis menjadi hanya sebesar Rp 70 juta per bulan. Bisa dilihat dengan jelas bahwa menggunakan tanda tangan digital turut meningkatkan efisiensi bisnis.
Sejauh ini 1,9 juta pengguna tanda tangan digital PrivyID berasal dari pelanggan dan nasabah perusahaan besar seperti Telkom Indonesia, Indihome, CIMB Niaga, Bank Mandiri, Bussan Auto Finance, Kredit Plus, hingga perusahaan rintisan dan perusahaan skala kecil menengah seperti Awan Tunai, Klik Acc, Kerjasama.com, ITX dan Sewa Kamera.
Teknologi dan kebijakan yang digunakan oleh PrivyID dipastikan sudah mengikuti standar hukum transaksi elektronik berbagai negara besar seperti Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Uni Eropa, Cina, hingga India. Dengan demikian, menggunakan tanda tangan digital PrivyID dalam bisnis berarti membukakan pintu gerbang menuju ekspansi global perusahaan.
You might also like
More from Startup
5 Negara Paling Banyak Menggunakan ChatGPT
5 Negara Paling Banyak Menggunakan ChatGPT Interaksi digital menjadi semakin integral dalam kehidupan sehari-hari, ChatGPT telah muncul sebagai salah satu tools paling …
Kudeta dan Kembalinya Sam Altman – Pertarungan Kekuasaan di OpenAI
Kudeta dan Kembalinya Sam Altman - Pertarungan Kekuasaan di OpenAI Di tengah gempita revolusi AI, terjadi drama kekuasaan yang menggelegar di …
Kronik Pemecatan di OpenAI: Apa yang Terjadi dengan Sam Altman?
Kronik Pemecatan di OpenAI: Apa yang Terjadi dengan Sam Altman? Pergolakan di Puncak AI: Pemecatan Sam Altman dan Dampaknya bagi OpenAI …