Pernahkah kita bertanya-tanya kepada sesuatu yang tak berobjek. Entahlah apa itu namanya. Namun, kita tetap bertanya saja padanya. Padahal kita tahu, cumalah waktu yang dapat menjawabnya. Karena kita tak ada sabar, maka pertanyaan itu pun kita lemparkan juga.
Beruntungkah mereka yang sama sekali tidak pernah bermimpi atau beruntungkah mereka yang mata dan hatinya selalu terjaga untuk tidak pernah bermimpi? Atau, keberuntungan itu sebetulnya cumalah bahasa mengandung madu untuk orang-orang yang malas buat berpikir dan bekerja.
Bukankah kita telah mengakui penuh bersama-sama, bahwa tak satu kejadian pun di muka bumi ini terjadi secara kebetulan?
Terlalu banyak yang tak kita ketahui. Kita tidak pernah mengetahui secara pasti kapan kita akan mati. Walaupun mati itu pasti. Kalau pun seorang dokter memvonis seorang pasien akan menemui akhir hidupnya dalam tempo yang telah diprediksikan, bukankah hakikat dari vonis Sang Dokter itu hanyalah melaksanakan suatu cara dari suatu keilmuan yang sudah dipelajarinya secara benar. Bukan kebetulan.
Dengan kata lain, Sang Pasien mempunyai kesempatan untuk hidup pendek. Berumur pendek. Tak seperti mimpi kita semua. Hidup selama-lamanya. Hidup abadi seperti dalam sebuah dongeng maha besar, bahwa seorang manusia tak akan menemui tua dan mati.
Kita ambil saja satu contoh yang nyata, seorang penulis yang bernama Keke, ia membuat karya yang sangat menyentuh hati; Surat Kecil Untuk Tuhan yang fenomenal dan menyayat-nyayat hati itu. Bahkan, dibikin filmnya juga. Bahwa Keke Sang Penulis Surat, ialah pengidap kanker yang sangat ganas, mustahil untuk ia hidup lebih lama –dalam jangka waktu yang normal sebagai manusia biasa. Walau kita tahu Keke tidak pernah menyerah atas penyakit yang dideritanya itu.
Tetapi apalah mau dibuat, Keke harus kalah juga oleh kanker itu, akhirnya ia pun menemui ajalnya. Meninggalkan dunia yang fana-baka ini.
Apa Sang Dokter yang merawatnya itu, sebelumnya telah menyatakan vonis untuk Keke, bahwa hidupnya tak akan lama lagi? Anggaplah, iya –Keke divonis hidup tak akan lama lagi. Tapi apakah, Sang Dokter tahu, tanggal, hari, bulan, dan jam berapakah Keke Sang Gadis yang luar biasa itu akan menutup matanya buat selama-lamanya?
Belakangan, banyak sekali kejadian lucu, dan menggelikan yang menjamur di sekitar kita, bahwa seseorang berharap/ bermimpi masuk surga (di luar alam dan pengalaman sehari-hari) setelah menemui mati, sedangkan moralnya yang nyata dihadapan sebagian warga begitu menyebalkan. Tak usah di mata sebagian warga, di mata keluarganya sendiri saja ultra annoying. Bahkan, segelintir kaum yang menglaim dirinya sebagai suatu kaum maha-benar-tidak-pernah-salah-nan-suci-bersih memperebutkan surga dengan cara saling bunuh. Sungguh sesuatu yang sulit untuk dipahami!
Saling merusak, menghujat, menghina, dan segala yang menjatuhkan masing-masing kaum yang berselisih paham itu sendiri.
Apa kenyataan ini terlalu pedih untuk kita dengar? Oh, tentu saja. Tapi ini lah kenyataan keseharian mengenai sebagian warga kita. Sekitar kita. Tetangga kita. Saudara-saudara kita. Sering bermimpi yang bukan-bukan yang malah membawanya pada jurang dogmatisme kepala batu yang luar biasa moralis maha tahi kucing itu.
Selamat datang di era saling menjatuhkan dalam menemukan kebenaran versi masing-masing. Lupakan cara yang indah yang dapat kita musyawarahkan buat mencapai mufakat yang berdasarkan kewargaan yang mata dan hatinya terbuka. Bukan didasarkan pada warga tukang tidur atau pemimpi besar.
Kinipun sosialis-utopia tulen yang tidak pernah pergi kemana-mana itu berkoar soal betapa bahayanya kapitalisme, dan pada saat yang sama fasisme telah menyebar ke titik-titik RT/RW dan mengetuk pintu rumahmu.
You might also like
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …