Pledoi untuk Klopp dan Seni Bertahan Adiluhung
Langit sedang dihujani kesedihan di Merseyside. Pasalnya, dua tim dari kota itu, Liverpool dan Everton keok dibantai dua tim London Utara yang sama-sama bertetangga hari Minggu lalu. Tentu bukan akhir pekan yang menyenangkan bagi warga Merseyside. Everton dibantai Arsenal 5-2, sedangkan Liverpool dikalahkan tetangga Arsenal, Tottenham Hotspurs 4-1.
BACA JUGA: Panduan Untuk Pemula: Bermain Tenis Meja
Everton tidak usah ditanya lagi, dengan dana transfer melebihi Bayern Munchen, mereka gemar membuat pendukung lawannya kegirangan setiap minggu dan sudah masuk zona degradasi sampai minggu ini. Namun, bagi Liverpool tentunya ini kekalahan mengejutkan. Padahal tengah pekan lalu, Spurs hanya bermain imbang melawan Real Madrid di Liga Champions dan Liverpool menang besar 7-0 melawan petani dari Slovenia, Maribor. 7-0 saudara-saudara!
Kembali ke Premier league, di laga akhir pekan kemarin Liverpool dan Dejan Lovren menciptakan seni bertahan adiluhung 2.0 untuk sepakbola modern: tidak bertahan. Lihatlah bagaimana gol pertama Spurs tercipta. Bola melewati kepala Lovren seperti cekungan parabola dan bagai tersihir, Lovren membiarkan bola mendarat di kaki Harry Kane begitu saja. Gol, 1-0 bagi Spurs.
Gol kedua Spurs lebih ajaib lagi. Dari area gawang Hugo Lloris melempar bola sampai ke tengah lapangan yang disambut Harry Kane dan mengopernya ke Heung-min Son untuk kemudian dikonversi menjadi gol. Lovren melakukan jebakan offside dengan percaya diri dan lini belakang Liverpool ditinggal kosong begitu saja. Lovren dan Liverpool sangat menghayati filosofi cara bertahan terbaik adalah dengan menyerang dan maju ke depan.
Liverpool sebenarnya telah menerapkan filosofi tersebut di bursa transfer musim panas kemarin. Alih-alih menambal lubang pertahanan dengan membeli Virgil van Dijk dari Southampton yang gosipnya santer terdengar, Liverpool mendaratkan Alex Oxlade-Chamberlain, seorang pemain sayap yang ngotot ingin menjadi gelandang tengah dari Arsenal seharga 40 juta poundsterling. Jenius. Tentu taktik jenius semacam ini tak terpikirkan oleh klub Premier League lainnya.
Chamberlain pindah ke Liverpool karena ingin bermain di posisi gelandang, tetapi, ia tetap dimainkan di posisi sayap. Posisi yang sama ketika ia membela Arsenal. Sejauh ini, Chamberlain berada di posisi tengah hanya ketika ia duduk di bangku cadangan.
Dengan pembelian lini serang yang menakjubkan itu, sejak September Klopp menang 1 kali dari 6 kali main di liga sampai sejauh ini. Dimaklumkan saja, karena toh Klopp tidak punya keistimewaan seperti Brendan Rodgers yang memiliki Steven Gerard dan Luis Suarez, pemain kelas dunia, di skuadnya. Klopp hanya punya Coutinho, Salah, dan Firmino yang bagi fansnya belum dianggap pemain kelas dunia.
Chamberlain yang dibeli mahal itu pun masih muda dan prospek untuk masa depan Liverpool. Cepat atau lambat Klopp akan membuatnya menjadi pemain kelas dunia. Lagian, dibanding Rodgers, Klopp masih sering dipuji tactical genius kok. Klopp adalah prestise. Catat ya! Prestise.
Rodgers dulu hanya mampu membawa Liverpool ke peringkat dua klasemen akhir dengan materi pemain kelas dunia macam Suarez dan Stevi G. Konon, gara-gara Stevie G terpeleset, Liverpool gagal juara di musim 2013-2014. Rodgers yang saat ini menangani Celtic, membawa Celtic menjadi kampiun liga Skotlandia tanpa menelan kekalahan. Kalau hanya liga Skotlandia, siapa sih yang tidak bisa juara? Moyes jika melatih Celtic kemungkinan bisa juara juga kok. Tentu beda kelas dong dengan capaian Klopp.
Klopp pernah membawa Borussia Dortmund menjuarai liga jerman dan mencapai final Liga Champions 2013 walaupun akhirnya harus takluk di hadapan musuh satu negaranya, Bayern Munchen. Klopp juga sudah membawa Liverpool ke final Europa League 2016, walaupun ya kalah lagi. Ingat itu ya.
Premier League juga terhitung liga ganas dengan pelatih-pelatih yang mempunyai nama besar. Klopp tak perlu berkecil hati. Arsene Wenger, kakek sepuh itu saja sudah tak mampu lagi menjuarai liga sejak 2004. Atau Jose Mourinho yang memiliki musim seperti roller coaster di Chelsea, dipecat di pertengahan musim, dan konon katanya dibenci pers Inggris.
Jangan bandingkan juga Klopp dengan Rafael Benitez. Ya walaupun ia pernah membawa Liverpool memenangi Liga Champions yang dramatis melawan AC Milan itu, Benitez tetaplah kekasih lama yang harus dilupakan. Ingat, mengingat mantan itu tidak baik dan seringkali ia menjadi pekerjaan yang sia-sia. Liverpool harus menatap ke depan bersama Klopp, masih ada bursa musim dingin untuk memperbaiki lini pertahanan mereka.
Kalaupun Liverpool di akhir musim nanti berakhir di papan tengah, setidaknya fans Liverpool sudah kebal. Kita semua tahu, keloyalan fans Liverpool tak perlu dipertanyakan lagi dan sudah teruji waktu. Setidaknya, sampai akhir musim nanti jika tetap bersama Klopp, di dalam menang ataupun kalah, di papan tengah maupun papan bawah, fans Liverpool masih bisa membanggakan Klopp dengan prestisenya dan kegemarannya memeluk pemain Liverpool dengan antusias.
More from Olahraga
Kolaborasi ASICS dan PB GASS: Kuatkan Semangat Komunitas Bulu Tangkis di Subang
Kolaborasi ASICS dan PB GASS: Kuatkan Semangat Komunitas Bulu Tangkis PB GASS, sebuah klub bulu tangkis yang berlokasi di Salamjaya, Subang, …
Pemain Legenda Spanyol: Ikon Sepak Bola yang Abadi
Pemain Legenda Spanyol: Ikon Sepak Bola yang Abadi Spanyol dikenal sebagai salah satu negara dengan tradisi sepak bola yang kuat. Banyak …
1 Comment
Kalo ditanya soal rodgers dan klopp, sebenernya untuk statistik rodgers lebih baik.
Namun benar juga apa yang disampaikan bahwa liverpool kekurangan pemain yang memiliki “mental juara”.
Sekali lagi ini membuktikan bahwa management yg gak jelas…. Terutama masalah kebijakan transfer pemain…
YNWA dari Ngalam