Perempuan itu baru saja mendapatkan kotak box berwarna biru langit itu dari sang bapak kurir. Pita yang mengikatnya juga berwarna biru langit. Ia mewedarkan senyum paling legit sembari memamerkan kotak itu kepada para pemirsahnya, dan berujar “hey, guys. Hari ini aku dapet paket dari…”
Lalu, dengan perlahan ia membuka isi kotak itu dan membahas beberapa item barang di dalamnya dengan ujaran meriah —jika tak boleh disebut centil. Dan adegan itu merupakan salah satu fragmen vlog serial unboxing dari selebgram masyhur Shirin Al-Athrus. Dia merupakan salah satu selebgram perempuan yang jadi langganan endorse para pembisnis online. Maklum, para pengikutnya memang sudah melebihi angka ratusan ribu. Apapun konten yang disajikan oleh Shirin, walaupun itu adegan ketika dia sedang memegang produk pembalut atau body lotion, para pengikutnya selalu antusias menyimak.
Selain itu, Shirin juga dikenal sebagai brand ambassador dari salah satu brand produk kerudung ternama. Jika tuan dan puan sempat plesir ke Bandung, hampir semua fasad kaca bening di mal-mal Bandung selalu diisi dengan wajah putih-lucu-gemas itu.
***
Baru-baru ini Goerge Washington University baru saja membuka arsip kabel dokumen kedubes Amerika tentang tragedi genosida yang terjadi pada tahun 1965. Tentu saja, itu bikin geger seluruh jagad Indonesia ini. Karena kita tahu, setelah 52 tahun pasca peristiwa banjir darah itu, akhirnya satu kartu AS dibuka lagi. Kita lebih maju sedikit dari Jerman yang baru setelah 60 tahun membuka dokumen rahasia Nazi. Meski yang membukanya juga bukan pihak Indonesia sendiri.
Secara gamblang dokumen itu mengatakan bahwa pembantaian kaum PKI dan tertuduh PKI tahun 1965 tak terlepas dari andil dari militer —yang tak lain dan tak bukan, adalah Jendral Haji Soeharto yang sering disebut sebagai pahlawan revolusi itu.
Dokumen ini juga secara otomatis menggugurkan tesis Hermawan Sulistyo—penulis buku Palu Arit di Ladang Tebu—yang selalu mengatakan bahwa peristiwa pembantaian PKI tahun 1965 itu perang saudara. Hermawan selalu mengatakan itu adalah dampak kejahatan PKI 1948 di Madiun dulu dan sama sekali bukan genosida. Tapi kini akhirnya kita tahu jika itu tak valid, karena Jendral Soeharto sendiri memberi instruksi untuk membantai PKI di Jawa Tengah.
Jendral Soeharto secara jamak dikenal sebagai orang yang berjasa membersihkan Indonesia dari angkara komunis. Padahal, ia tak lebih dari pemenang dari palagan politik Indonesia pada massa ribut 1965.
Apakah orang yang membunuh ratusan ribu orang yang tak tahu menahu soal pembantaian 7 Jendral itu layak disebut pahlawan? Apalagi ketika ia melakukan itu dengan senyuman.
Lucunya lagi, menanggapi arsip rahasia yang akhirnya dibuka itu, pemerintah Indonesia seperti merasa agak risih. Pemerintah, dengan mantap menyangsikan keabsahan dokumen tersebut dan berniat untuk melakukan verifikasi. Lucu bukan? Untuk kasus pembunuhan Munir saja, Dokumen Tim Pencari Fakta Munir bisa hilang. Pemerintah Indonesia pun abai saja. Eh, waktu ada dokumen asing malah ingin diverifikasi. Begitulah pemerintah negara yang paling jujur sedunia ini.
***
Sejarah hanyalah milik sang pemenang. Tapi tunggu dulu, bukankah sang pemenang itu sudah lama mampus dan mungkin kini ia hanyalah tulang belulang yang berserakan di tanah makam megah itu?
Lantas, kenapa sejarah yang absah itu tak direbut kembali? Ayolah, bangsa ini sudah terlampau menyedihkan karena dampak hoaks sejarah. Mestinya, bagi bangsa Indonesia mudah saja untuk membuka semua dokumen tentang sejarah kelam tragedi genosida tahun 1965. Seperti meneladani keriangan para selebgram ketika memamerkan kegiatan unboxing paketnya. Dengan sedikit debar, membuka kotak itu perlahan dengan hati riang gembira belaka. Tanpa prasangka. Tanpa ketakutan.
Jika bangsa ini masih takut, dan masih merasa sensitif dengan sejumlah kotak pandora sejarah 1965 atau peristiwa sejarah lainnya, mungkin bangsa ini memang tak lebih naif ketimbang senyum-senyum endorse para selebgram gemas itu.
Lagipula, apa sih susahnya bilang begini: “Hey, guys. Aku baru dapet arsip dokumen sejarah 1965 nih. Yuk kita buka dan bahas bareng-bareng…”
You might also like
More from Bermain
Mainan Tradisional Jaman Dulu: Warisan Budaya yang Membangkitkan Nostalgia
Mainan Tradisional Jaman Dulu: Warisan Budaya yang Membangkitkan Nostalgia Mainan tradisional jaman dulu memiliki pesona tersendiri yang membedakannya dari mainan modern. …
Mainan Jaman Dulu yang Terlupakan
Mainan Jaman Dulu yang Terlupakan Di sudut-sudut desa dan lorong-lorong kota, masih tersimpan kenangan tentang mainan jaman dulu yang kini mulai …
Nostalgia dan Dinamika Suara Radio Elshinta Jakarta
Nostalgia dan Dinamika Suara Radio Elshinta Jakarta Awal Mula Elshinta: Melodi dan Berita di Udara Jakarta Radio Elshinta resmi diluncurkan pada 14 …