Gelombang Realitas: Antara Badai, Teriping Angsa, dan Pasung Semen
Terekam jejak bahwa manusia lebih dulu memulai hubungan dengan lautan ketimbang daratan. Pada era penjarahan dan penaklukkan, bangsa Viking memerluas kekuasannya dengan cara menaklukkan lautan, meyebrangi Northermburg hingga Mediterania lewat jalur laut. Mereka membuat kapal setangguh mungkin. Tak mudah rapuh diterjang badai melabuh, tak gampang retak ditendang ombak. Tak sedikit pula jumlah korban yang tersapu topan di tengah laut.
Lautan memang mencekam dan lebih buas daripada daratan. Lautan juga merupakan kekuatan yang perlu diwaspadai. Terbukti, tsunami mampu meluluhlantakkan bangunan peradaban dalam satuan menit. Semakin ekstrim kondisi lautan semakin besar pula ‘hadiah’ yang di simpannya. Namun, tetap saja manusia selalu menemukan remah-remah emas dari kegarangan laut. Karena manusia adalah makhluk berakal sempurna dalam ketidaksempurnaannya. Semacam mendadak tak berakal ketika musim Pilkada dan Pilpres.
Setelah membahas era Viking dan hubungan mereka dengan lautan, mari kita menjelajahi sedikit tentang Galicia, sebuah tempat di Spanyol Utara dengan kisah menarik tentang pemburu makhluk aneh.
Galicia: Tempat Pemburu Makhluk Aneh
Galicia, Spanyol Utara, merupakan wilayah pesisir terganas di eropa. Raul dan Iniesta adalah para pemburu makhluk aneh yang terdapat di pesisir tersebut. Buruan itu menempel pada bebatuan berarus deras bukan main di pesisir Galicia yang indahnya juga tak kepalang tanggung. Sehari-hari Raul dan Iniesta menghabiskan waktunya sebagai seorang peselancar lokal. Apabila sedang butuh uang cepat mereka melakukan aktivitas ekstrim tersebut, berburu makhluk aneh pada kederasan yang kencang.
Untuk menangkap buruan dengan jumlah yang didambakan maka memiliki skill kecepatan adalah niscaya. Makhluk aneh tersebut hanya muncul ketika airnya surut. Tidaklah mudah untuk menangkap buruan ini. Jika pergerakan lambat maka tak mungkin untuk dapat mengantunginya. Jika salah langkah maka akan tersandung lalu terhempas.
Dari yang tercatat, setiap tahunnya 5 orang pengumpul makhluk aneh tersebut tewas mengenaskan dihajar arus galak yang membuatnya terpontang-panting menubruk bebatuan. Siapapun yang hendak mengumpulkan makhluk aneh itu ia mesti bermain-main dengan nyawa. Makhluk itu bernama Teriping Angsa, yang dihargai 200 euro per kilo di seantero eropa.
Setelah melakukan perjalanan ke Eropa, kita akan berkunjung ke Pulau Lembata, di mana penduduk setempat mempertaruhkan nyawa mereka demi menangkap ikan paus untuk bertahan hidup.
Petualangan di Pulau Lembata: Berburu Ikan Paus
Benjamin Trian Devan warga pulau Lembata, kepulauan kecil yang berada di Kab. Flores Timur. Berburu ikan paus bersama orang-orang di desanya demi satu hal: menghindari lapar. Tak banyak yang bisa diolah untuk dijadikan makanan di pulau itu. Hanya beberapa tumbuhan saja yang bisa tumbuh di sana. Semakin jauh jarak dari pesisir tempat Devan dan warga Lembata tinggal maka semakin besar pula keberbahayaannya.
Merekapun bermain-main dengan nyawa mereka sendiri ketika harus menangkap paus di tengah cekam lautan hanya dengan menggunakan tombak yang didesain sesuai kebutuhan. Pertempuran warga pulau Lembata dengan paus tersebut dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya 8 jam. Tak jauh berbeda dengan waktu kerja buruh-buruh Jakarta, yang sebagiannya enggan disebut buruh lantaran bekerja di kantor, mengenakan kemeja executive dan celana cardinal.
Cerita tidak berhenti pada petualangan di Pulau Lembata, kita akan mengeksplorasi pekerjaan paling berbahaya di Filipina yang dilakukan oleh nelayan Pa-aling.
Nelayan Pa-aling: Pekerjaan Paling Berbahaya di Filipina
Nelayan Pa-aling, Filipina, mengambil pekerjaan yang paling berbahaya dengan upah terendah di negara tersebut yang pernah ada di planet ini. Pekerjaan yang mereka lakukan mengandung resiko lumpuh seumur hidup dan bahkan kematian. Dalam proses kerjanya nelayan sangat bergantung pada pernapasan. Ketika menangkap ikan mereka menggunakan selang kompresor sebagai alat bernapas kala menyelam ke dasar laut sedalam 30 meter, kemudian menebar jala raksasa di titik-titik yang telah dibicarakan dengan sesama penyelam. Satu kapal nelayan berjumlah dua puluh orang. Lazimnya, mereka pergi menangkap ikan dengan dua kapal.
Dengan teknologi seadanya, para nelayan rentan terkena gejala dekompresi di mana pasokan udara yang dihirupnya tersumbat atau error. Gejala dekompresi bisa terjadi saat penyelam telah lama berada di kedalaman, dan naik kepermukaan terlalu cepat. Ketika penyelam naik, nitrogen terus diserap tubuh, gelembung-gelembung pun terbentuk dan tersangkut di sendi-sendi, hal ini menyebabkan rasa sakit berkepanjangan. Jika alat bantu pernapasan putus atau bocor maka bernapas pun otomatis akan sulit. Selang yang bercampur dengan asap diesel kapal bikin dada sakit.
Apa yang dilakukan oleh para nelayan itu pun bukan tanpa kesadaran penuh. Mereka melakukan itu semua demi mendapatkan upah 25 dollar per minggu secara sadar.
Terakhir, kita akan menyerap kisah inspiratif dan teladan Ibu Patmi, yang berjuang demi hak hidup dan lingkungan melalui aksinya
Pertarungan demi Hak Hidup dan Lingkungan
Ibu Patmi, salah satu petani pegunungan Kendeng, gugur pada Selasa (23 Maret 2017), dini hari. Ia terkena serangan jantung. Ibu Patmi adalah salah satu peserta aksi dipasung semen di depan istana negara dari sekian puluh peserta aksi lainnya.
Aksi pasung semen dilatarbelakangi oleh pembangunan pabrik semen yang ditolak warga setempat karena berpotensi akan merusak mata pencaharian warga, lebih jauh dari itu, merusak ekosistem alam, hubungan sosial dan juga kultural. Ini juga berarti ibu Patmi gugur dalam perjuangan untuk merebut hak hidupnya.
Ibu Patmi memerjuangkan hidupnya sampai tuntas. Ia adalah contoh bagaimana manusia perlu memerjuangkan hak untuk hidup seperti yang dia kehendaki. Hak untuk bertani. Menggarap sawah. Menentukan gaya hidup. Menyelaraskan diri dengan alam. Memilih untuk mewariskan kehidupan bersama alam pada generasi setelahnya. Manusia yang memertaruhkan nyawa demi memenuhi hak hidupnya seseungguhnya jauh lebih terhormat daripada manusia yang bermulut lebih besar dibanding nyalinya.
You might also like
More from Cerapan
Silent Treatment dalam Pertemanan: Saat Diam Menjadi Senjata
Silent Treatment dalam Pertemanan Dalam pertemanan, komunikasi adalah kunci utama untuk menjaga hubungan tetap sehat dan harmonis. Namun, apa jadinya jika …
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas Dalam kehidupan yang semakin sibuk, kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik menjadi …
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan. …