Beberapa waktu lalu, SocialBuzz mengeluarkan hasil riset terbaru tentang kecenderungan konsumen yang lebih tertarik dengan para influencer ketimbang para artis atau talent iklan di televisi. Tentu saja, hasil riset ini sudah bisa kita tebak sejak linimasa Instagram dipenuhi oleh wajah-wajah cemerlang para selebgram dengan memegang beberapa produk brand tertentu. Belum lagi, di Youtube kita bisa dengan mudah menemukan vlog unboxing produk–cara baru mempromosikan produk.
Cara ini, tentu saja jauh lebih humble ketimbang iklan televisi.
Sialnya, tak semua orang (langsung) punya kesempatan untuk jadi influencer dengan mudah. Mereka harus terlebih dahulu punya followers dengan jumlah tertentu dan punya konten yang khas. Bahkan, ada yang pernah bilang bahwa syarat menjadi influencer, kamu harus good looking. Wajahmu harus aduhai dan gayamu harus swag. Atau paling tidak, kamu punya konten khas yang menarik. Setelah mempunyai semua syarat itu, barulah kamu punya kesempatan untuk di-endorse brand ternama.
Tapi itu dulu. Dulu, waktu Daniel Tumiwa belum mendirikan startup bernama ADSvokat. Salah satu startup yang bergerak di bidang youth platform advertising. Daniel Tumiwa sendiri berpengalaman lebih dari 27 tahun di berbagai perusahaan besar, antara lain Djarum, MTV, Universal Music, dan Multiply, dengan posisi terakhir sebagai CEO OLX Indonesia. Dikenal sebagai “Bapak E-commerce Indonesia” dan pernah menjabat Ketua Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA). ADSvokat merupakan hasil dari berbagai macam pengalaman Daniel selama bertahun-tahun.
Bisa dikatakan jika “influencer” di ADSvokat bukan sekadar profesi yang cuma bisa didapat oleh mereka yang berparas aduhai dan punya followers jutaan. Kamu juga bisa melakukannya. ADSvokat membuat brand-brand favoritmu menjadi lebih dekat. Tak perlu menunggu di-PM oleh brand buat bikin endorsement produk. ADSvokat mendemokrasi kesempatan bagi penggunanya untuk menjadi influencer.
Selain itu, ADSvokat juga bisa dikelompokkan sebagai salah satu startup yang mengadopsi konsep sharing economy di mana pengguna bisa berbagi keuntungan dengan brand. Dengan kata lain ADSvokat berupaya mengadvokasi hubungan antara pengguna yang kebanyakan mahasiswa/i dengan brand favoritnya. Menurut Daniel, ADSvokat percaya bahwa tujuan utama dari setiap kegiatan pemasaran adalah untuk menjadikan konsumen merekomendasikan produk yang mereka cintai kepada orang lain.
Pengguna diposisikan sebagai mitra ADSvokat. Sedangkan brand, diposisikan sebagai klien ADSvokat. Untuk saat ini pengguna ADSvokat sendiri kebanyakan dari kalangan Mahasiswa/i berusia 18 tahun.
Dalam setiap campaign-nya Adsvokat memberikan reward-reward yang lumayan menggiurkan, sekalipun untuk saat ini masih dalam masa trial. Kemungkinannya, ke depan reward yang ditawarkan ADSvokat tak hanya lumayan, tapi juga bisa membantu pengguna untuk bayar-bayar tunggakan… #eh
ADSvokat ini memang terkesan tak jauh berbeda dengan startup media OOH seperti Ubiklan, Promogo dan Stickearn. Promogo misalnya, menyediakan tiga jenis iklan yang bisa dipasang di beberapa titik kendaraan roda empat. Promogo sendiri merupakan layanan yang bisa membantu banyak perusahaan untuk memasang iklan di body mobil. Konsep yang lebih dulu dipopulerkan oleh Wrapy di Amerika Serikat yang tak jauh berbeda dengan konsep kedua startup di atas.
Sedangkan yang menjadi pembeda ADSvokat dengan ketiga startup tersebut adalah isi campaign dalam konten ADSvokat yang jauh lebih variatif. Pengguna bukan hanya sekadar menempel sticker, tapi pengguna juga bisa belajar banyak seputar skills yang tak pernah dipelajari di ruang kelas manapun. Untuk sekarang ini, layanan yang tersedia di ADSvokat adalah sticker laptop, sticker pada helm, dan sticker pada mobil.
Lalu, bagaimana caranya untuk bergabung dengan platform ini?
Caranya, mudah sekali. Hanya cukup mengunduh aplikasinya di Google Play Store dan pilih satu campaign brand favorit. Pengguna bisa langsung mengisi profile dan memilih medium campaign.
Jadi influencer, belajar banyak skill, dan dapet reward, #MasaGakMau?
You might also like
More from Startup
5 Negara Paling Banyak Menggunakan ChatGPT
5 Negara Paling Banyak Menggunakan ChatGPT Interaksi digital menjadi semakin integral dalam kehidupan sehari-hari, ChatGPT telah muncul sebagai salah satu tools paling …
Kudeta dan Kembalinya Sam Altman – Pertarungan Kekuasaan di OpenAI
Kudeta dan Kembalinya Sam Altman - Pertarungan Kekuasaan di OpenAI Di tengah gempita revolusi AI, terjadi drama kekuasaan yang menggelegar di …
Kronik Pemecatan di OpenAI: Apa yang Terjadi dengan Sam Altman?
Kronik Pemecatan di OpenAI: Apa yang Terjadi dengan Sam Altman? Pergolakan di Puncak AI: Pemecatan Sam Altman dan Dampaknya bagi OpenAI …