Aku kehilangan diriku…
Musik klasik melantunkan senandung rindu di ruang baca. Bait-baitnya memanggil sepi memeluk resah. Waktu berdetak mengikuti arah. Ia berdialog dengan ketukan mesin tik di atas meja. Tampak kursi berbaris rapi, tak ada penghuni hanya harap yang menanti jiwa.
Lembar buku tersusun rapi, di sudut segelas kopi terdiam bersama seorang berbaju hitam. Ia hanyut dalam lamunan. Entah apa yang ia pikirkan, bisa saja rasa malas telah menyelimuti pikirannya. Tampak di sudut sebelahnya seorang pria berbaju kuning sedang asik dengan sebuah buku. Lembar demi lembar telah ia baca, berteman pena ia mengukir kata. Ada rasa penasaran berkecamuk ingin mengintip ketukan pena yang meratap di sudut meja. Sesekali ia merunduk mencoret kembali lembar itu. Jari jemarinya terus menari tak bisa diam barang semenit saja. Kadang ia menyeduh kopi, kadang ia membuka tutup pena, terkadang ia menggertakkan kursi kayu. Lirikku, ia sedang asik dengan sebuah cerita. Mulutnya juga berkomat-kamit melirihkan kata tak bersuara.
Aku tinggalkan saja, telingaku menangkap suara. Pintu kaca berbunyi, bayang tampak menyelinap masuk dalam ruangan. Dia para remaja yang juga gemar membaca. Bersama temannya ia melangkah memesan kopi lantas tertawa. Kaki–kaki di sekitarnya juga ramai bercengkrama. Perlahan kursi–kursi tidak lagi sepi berbaris, mereka terisi oleh jiwa–jiwa yang haus akan ilmu.
Ya, ruang ini memang selalu sibuk dengan susunan buku dan mereka yang gemar memaparkan matanya pada susunan huruf. Mungkin saja mereka yang berada di sini adalah jiwa pilihan yang selalu tertarik untuk mencari tahu dunia dan isinya dengan melihat gambar pada teks. Atau bisa jadi karena ruang ini adalah tempat yang membuat mereka bisa nyaman berlama–lama sambil menikmati hidangan yang tersedia. Entahlah, aku sendiri berada di sini karena kehilangan motivasi. Aku mencarinya dan sudah beberapa menit di sini aku belum juga menemukannya.
Detik terus berlalu. Aku hanya sibuk dengan pikiranku yang menari–nari bersama khayal yang tak pasti. Aku menanti-nanti motivasi agar ia bisa mendekap tubuhku kembali. Terkadang aku berdiri, kemudian duduk kembali. Sesekali tanganku menopang dagu menantinya. Ya, dulu motivasi hadir menenamiku, bahkan hingga aku terlelap dan bangun kembali. Beberapa bulan ini meninggalkanku begitu saja. Dan aku baru sadar kehilangan dia seminggu ini. Mungkin ia merana karena aku lebih senang becanda ria dengan rasa malas. Sehingga merasa diacuhkan dan akhirnya ia pergi perlahan.
Aku biasa menemuinya di tempat sepi atau di tempat–tempat di mana otakku merasa tenang untuk berpikir. Hari ini aku datang ke tempat itu. Tapi sudah lama peluhku menanti, tetap saja ia belum juga kembali. Ingin rasanya kumeradang, ingin rasanya aku marah. Tapi bingung juga mau marah sama siapa. Hufffhh… keringat kuseka sambil hati meronta. God…..kembalikan ia padaku.
Aku telah mengecewakannya, aku telah membiarkannya pergi dan memilih bercumbu dengan rasa malas yang tak hingga. Hai kau rasa malas, pergi kau jauh dariku, lepaskan tanganku. Lepaskan hati dan pikiranku. Aku benci dengan rasa yang tertanam oleh dirimu. Karena dirimu motivasi yang sejatinya menemani aku dalam mimpi pergi menjauh. Kulihat rasa malas mulai tersinggung, ia perlahan berangsur keluar bersama debu. Tapi belum terlalu jauh. Ia masih menanti di depan pintu. Aku membuang muka, agar aku tak membujuknya untuk kembali. Aku masih saja berharap lewat kata, lewat rasa, lewat pikir agar motivasi kembali merasuki jiwa ragaku menemani aku menyelesaikan semua tugas yang belum selesai aku kerjakan. Ya motivasi adalah sosok yang rajin sekali, ia menemaniku dalam kantuk untuk menyelesaikan banyak tulisan–tulisanku. Ia yang mengisi waktu libur u bersama ribuan kata yang terukir dan tersusun rapi dalam ragam catatanku.
Perlahan, aku mencium baunya. Motivasi seperti hadir kembali. Ia tahu aku merindukannya, ia tahu aku mengharapkannya, ia tahu aku membutuhkannya. Dan aku tahu ia memang teman sejati selalu datang ketika aku butuhkan. Motivasi, cambuk aku kembali. Biarkan aku merasa sakit agar aku sadar bahwa aku sudah tertinggal jauh dari bintang yang ingin kugapai.
More from Cerapan
Silent Treatment dalam Pertemanan: Saat Diam Menjadi Senjata
Silent Treatment dalam Pertemanan Dalam pertemanan, komunikasi adalah kunci utama untuk menjaga hubungan tetap sehat dan harmonis. Namun, apa jadinya jika …
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas Dalam kehidupan yang semakin sibuk, kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik menjadi …
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan. …