“Hidup memberimu tinnitus akibat kecelakaan mobil, dan kau meredam dengung di gendang telingamu dengan lagu-lagu keren, dan membikin musik ciamik dari rekaman potongan berbagai percakapan di sekitarmu. Kau bergerak bersama musik; kau membesut pergerakan dunia di sekitarmu jadi musik.”
Itulah Baby, sopir pengantar-jemput perampok di Atlanta, Georgia, AS. Maka, dalam 6 menit pertama film, kita disuguhi adegan Baby menurunkan sekawanan perampok bank, menunggu, lalu melarikan mereka dari kejaran polisi, dalam iringan lagu “Bell bottoms”oleh Jon Spencer Blues Explosion. Tiap gerakan—memindahkan gigi, menekan gas, menikung tajam, bermanuver menyalip kendaraan lain—dikoreografi selaras dengan dentam musik, layaknya tarian jalanan. Adegan rutin kejar-kejaran pun jadi bikin kita menganga lagi, dan tergelak lega ketika kawanan perampok sukses mengelabui polisi.
Baby (Ansel Elgort) jadi sopir perampok gara-gara mencuri mobil Doc (Kevin Spacey), yang ternyata seorang gembong perampok. Doc menuntut ganti rugi dengan memanfaatkan kelihaian Baby menyetir dengan gesit sembari menyimak lagu favorit melalui iPod. Baby mesti menyetir bagi tim Doc sampai utangnya lunas.
Saat senggang, ia mengolah rekaman percakapan di sekitarnya (bukan percakapannya) jadi lagu-lagu asyik. Salah satunya berjudul “Was He Slow,” berdasarkan ejekan seorang rekan perampok tentang daya nalarnya. Ada pula kaset berjudul “Mom,”dan tunggulah kapan rekaman itu diputar. Elok!
Di rumah Baby merawat ayah angkatnya, Joseph, yang tuli. Suatu saat ketika makan di luar ia bertemu dengan Debora (Lily James, mirip banget dengan Shelly Johnson dalam Twin Peaks), pelayan restoran, dan keduanya pun mulai berkencan.
Bagi penggemar film aksi perampokan, rasanya sudah gampang menebak ke mana film bakal bergulir. Film ini toh menawarkan ramuan klasik—perampokan, kejar-kejaran, tembak-tembakan, musik, komedi, dan, tentu saja, percintaan: si cantik menyelamatkan pangeran tampan dari cengkeraman ganas dunia kriminal. Namun, Edgar Wright, yang sebelumnya menggarap trilogi Cornetto (Shaun of the Dead, Hot Fuzz, dan The World’s End) dan Scott Pilgrim vs. the World, sukses mengeksekusinya secara segar, sangat segar.
Kesuksesan utamanya pada keciamikan melarutkan musik dengan adegan. Adegan sederhana membeli kopi dan membenahi rumah jadi lebih berdenyut dan penuh gairah saat disinkronkan dengan lagu yang tepat. Adegan romantis di tempat londri pun jadi berkilau-kilau (La La Land mesti belajar dari sini). Saat Baby mengira sudah lepas dari dunia kriminal, suasana ngelangut, mengisyaratkan kelegaan yang tertahan. Dan, dan diiringi “Tequila”dari Button Down Brass, kita mengikuti pembelian senjata yang bikin tersedak.
Baby dan Debora bagaikan sepasang kekasih dari film klasik Hollywood, khususnya saat mereka ditampilkan dalam adegan hitam-putih. Di seberang mereka, pasutri Buddy dan Darling (Jon Hamm dan Eiza González) yang urakan. Mereka salut pada kemahiran Baby, tetapi sekaligus berjaga-jaga dan waspada. Dua kali Baby dan Buddy berbagi mikrofon telinga, yang satu dalam suasana riang, yang lain dalam suasana tegang.
Kevin Spacey montok dan necis, baby face, mengirimkan ancaman dengan senyum terkulum, tetapi bisa pula meledak sadis. Penyusunan strategi perampokan yang dipimpinnya mirip dengan pertemuan motivasional bagi para salesman dalam Glengarry Glen Ross, yang juga dibintangi olehnya. Jamie Foxx tampil kemranyas, dengan kalimat-kalimat pedas, mulai dari mempertanyakan kemahiran Baby sampai nasibnya ditentukan oleh manuver Baby dalam menyetir.
Lewat Baby Driver, Edgar Wright menularkan kecintaannya pada musik dan film melalui sajian yang rancak. Adegan demi adegan, yang sebenarnya standar dalam genrenya masing-masing, taut-menaut rapi dan liat. Lagu demi lagu memborbardir dari awal sampai akhir tanpa jadi memekakkan, tapi malah mengundang kita ikut bersenandung atau bergoyang. Cita rasa lama dikemas dengan sentuhan nyeleneh kekinian, jadilah film yang sigap dan menggairahkan. Film ini bikin kita nyengir bungah sampai lama sesudah beranjak dari bangku bioskop.
You might also like
More from Tontonan
Sinopsis Sokola Rimba
Sinopsis Sokola Rimba Film "Sokola Rimba" merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang wanita bernama Butet Manurung yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …
Analisis Ending Film The Commuter
Analisis Ending Film The Commuter "The Commuter," sebuah film thriller yang dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan yang penuh …