Dan kemudian musim mengering….
Terik, mentari serasa tak bersahabat. Panasnya hingga ke ubun – ubun. Mata kalap memandang, keringat lebur dalam raga.
Jiwa berdiri menyongsong waktu, meratap angan yang hilang dalam bayang. Penantian ditinggal langkah yang menyapu, semua gundah menjadi debu.
Hari itu lelaki berbaju biru, menyapa sinar berdiri seolah ia tak gentar. Hatinya sudah beku, tekadnya sudah bulat membatu.
Kehilangan tak membuat ia lari dan membisu. Langkahnya tegar dan pasti, ia sedang mencari kenang yang hilang dalam bayang.
Kenang adalah sesosok bayang. Pernah merangkul namun kini pergi bersama hari yang mengering. Ia tak lekang namun pernah berarti.
Ia sahabat sejati yang berbisik dan selalu mengingat pada kebaikan. Ia seolah sudah mengenal lama meski baru semusim ia bertemu.
Pernah ia bercerita, bercengkrama di antara tumpukkan buku. Menjelajahi dunia bersama bait – bait kata. Membuka jendela dan tertawa bersama.
Harinya tak pernah lepas dari canda dan tawa. Semua mereka habiskan dengan belajar dan bertanya mengapa mereka harus di ruang yang sama.
Mungkinkah kering memupus rindu? Mengapa kering membuat mereka terpisah. Mereka dekat namun seperti jauh dan terus menjauh.
Akankah kering akan hilang disapu hujan? Dan mereka kembali dalam ruang dan tawa yang sama?
Tahukah kenang, ia menitipkan kata pada mimpi berharap engkau kembali. Ia bercerita di sepanjang jalan, mengukir asa yang mungkin akan dipegang.
Kenang, mungkin hatimu sudah tak seruang. Namun adakah hatimu untuk mengenang bagaimana kalian pernah bertemu. Saling duduk kaku, bertanya siapa dirimu.
Namun akhirnya membuka kata dengan ujar yang tak biasa. Kenang, mungkin bisa saja kau lupa. Namun, ia akan menyimpan baik wajahmu, menguncinya di lubuk hati yang terdalam bahwa kenang adalah sahabat terbaik yang membuat ia mengenal siapa alam dan pencipta-Nya.
Membiarkan hari mengering, sama seperti membiarkan rumput dan bunga – bunga layu dengan sia – sia.
Ia tak akan menjadi indah dan hanya menjadi sampah di taman. Namun percayalah akan ada hujan yang kembali menyapu.
Hujan akan datang membasahi taman dan menumbuhkan tunas yang indah setelah basah menyerap ke bumi.
Aroma tanah akan mengulang rindu, dan kau akan bertemu bunga – bunga baru yang mungkin sebelumnya belum tumbuh di taman itu.
Tapi percayalah tak ada warna dan aroma yang lebih indah jika kenang tak hadir bersama. Semua akan lebih indah jika kenang hadir di tengah bayang dan memeluk kembali waktu yang hilang.
Kenang, kutitip rindu agar kau ingat masa itu.
You might also like
More from Cerapan
Silent Treatment dalam Pertemanan: Saat Diam Menjadi Senjata
Silent Treatment dalam Pertemanan Dalam pertemanan, komunikasi adalah kunci utama untuk menjaga hubungan tetap sehat dan harmonis. Namun, apa jadinya jika …
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas Dalam kehidupan yang semakin sibuk, kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik menjadi …
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan. …