Moral decline, moral deterioration, moral reduction, moral degradation, moral degeneration, moral decay, dan sebagainya merupakan kata yang acap terdengar di telinga kita. Pada intinya, banyak orang menganggap moral sudah rusak di zaman ini. Ya, terlebih orang tua.
Tapi, apakah moral kita benar-benar memburuk?
Taruh semua kata-kata mutiara ibu dan bapakmu di toilet dulu, nanti baru ambil lagi. Orang tua sering membandingkan bedanya anak sekarang dengan anak dulu, apa mereka benar-benar sebaik itu?
“Anak sekarang taunya dugem, ngalis, main handphone!”
Kita tilik jauh ke belakang.
Asumsikan zaman mereka muda adalah 1990-an, ocehan orang tua masa itu jika bisa dirata-rata mungkin adalah:
1. “Anak jaman sekarang, taunya main gameboy!”
2. “Wedokku tuh ya, main e-mail terus sama temen londonya yang katanya dari Belanda, ckckck…”
3. “Musik anak sekarang sampah ya, apaan itu rap-rap ga jelas. Ga ada enak-enaknya.”
Pssst… Kita mundur lagi, ke era 1980-an,
1. “Haduh, sekarang anak-anak mainnya ke tempat disco sama roller skate terus”
2. “Sekarang pada minta beliin Walkman, dulu mah kita apa ya cuma bawa radio ke pantai atau pake turntable di rumah.”
3. “Gaya anak sekarang aneh ya? Apaan itu rambut segede gaban.”
4. “Tua banget anak sekarang, umur segitu udah makeup. Mana makeup-nya gak jelas, pake eyeshadow warna ngejreng?!”
5. “Lanangku tuh main Pacman mulu, dulu mah jaman kita mainan gundu, Jeng.”
6. “Musik apa-apaan sih Madonna, Prince, David Bowie, bikin pusing.”
Mundur lagi? Sebentar saja ke 1970-an…
1. “Ckck… habis duit anak-anak cuma buat jajan kaset pita.”
2. “Anak-anak sekarang mainnya ke disco mulu!”
3. “Anakku dengernya BeeGees apalah itu, gak enak”
Baiklah, satu dekade lagi, ke 1960-an..
1. “Anak-anak sekarang denger Rock N’ Roll, Rockabilly mulu kayak gak ada musik lain”
2. “Moral rusak, anak muda pada jadi hippiebohemian gak jelas.”
3. “Anak jaman sekarang pacarannya amoral sudah. Naik mobil, ke tempat milkshake buat denger jukebox apalah itu. Jaman kita mah pacaran di taman!”
4. “Anak jaman sekarang juga gak jelas jogetnya, Ya Allah. Hand jive apalah itu budaya barat! Dulu mah kita lenso!”
Yang dulunya lenso pun kurang lebih orang tuanya akan bilang, “Anak sekarang sukanya lenso, dulu kita nari tradisional!”
Dari sini kita bisa melihat bahwa, era kapanpun itu, selalu ada alasan untuk reaksi penolakan orang tua pada kultur anaknya tumbuh. Apa karena nilai moral yang menurun? Tidak. Orang tua, pada masa apapun, pada belahan dunia manapun, basically hanya mengalami transisi budaya dan itu adalah hal yang lumrah.
Sebagian orang tua mengalami cultural shock melihat distingsi kehidupan masa mudanya dan dengan perbandingan masa muda anaknya, sebagian orang tua memang cenderung konservatif. Nilai moral berubah, bukan mereduksi.
Sebagian dari kalian mungkin menyanggah, “Lihat saja bukti konkretnya, anak perempuan jaman sekarang ga ada yang lebih baik dari jaman dulu. Mereka ga bisa nyuci, ngepel, masak.”
Ini masalah preferensi saja lho, bapak-bapak, ibu-ibu.
Sekarang gini, perempuan jaman dulu cenderung pandai mengerjakan pekerjaan rumah, jumlah mereka yang pandai melakukan hal tersebut memang menurun, tapi sebagai gantinya, lebih banyak perempuan jaman sekarang yang melek huruf, bekerja dengan pekerjaan setara dengan laki-laki, berkecimpung di dunia politik, ada juga yang menjadi pemikir hebat, hal yang dulunya tabu seperti wanita jadi pemimpin -seperti menjadi presiden yang beriringan dengan berubahnya moral value, dan lain sebagainya sebagai bukti dari ‘preferensi’ bukan ‘degradasi’.
Melalui globalisasi, memang terdengar seperti semua orang tua dari belahan dunia mengiyakan degradasi moral. Karena apa yang kita pakai, dengar, nonton, dan sebagainya cenderung sama. Fashion di Jakarta kurang lebih mirip dengan yang ada di New York, apa yang kita dengar kurang lebih hasil produksi musisi Holywood yang namanya tercantum di tangga lagu Billboard, tentu reaksi orang tua mirip-mirip dengan adanya globalisasi, bukan?
Masalah pakaian, sering sekali saya dengar orang bilang bahwa tren pakaian di Indonesia menjadi kian amoral karena pengaruh budaya barat. Tidak sesuai adat ketimuran dan sebagainya. Perlu dicatat bahwa the so-called adat ketimuran as in baju yang tertutup baru ada setelah agama Islam masuk ke Nusantara.
Boleh dilihat kembali bagaimana Bali pada 1930. Adat ketimuran? Mungkin maksudnya, Timur Tengah?
Dulu, orang yang terbukti bersalah (contoh paling seringnya itu mencuri makanan) akan digantung di tengah kota, dipertontonkan ke publik. Seperti Rezim Ratu Victoria di Inggris pada 1837-1901, hal tersebut pernah disebut galib. Apa sekarang masih? Tidak. Banyak orang tidak menyetujui hukuman mati apalagi hukuman gantung, terlebih lagi di publik? Tentu tidak.
Lalu, dalam konteks seks, film-film vulgar mudah dijumpai di bioskop pada era 80-an, hampir semua film bertendensi ke arah seksual. Film-film tersebut dulunya termasuk film konvensional, disiarkan secara luas. Seperti Cewek-Cewek Pelaut, Montir-Montir Cantik, Langganan, Nafsu dan Dosa, Nafsu Liar, dan banyak lagi.
Pada 1950 Indonesia sudah memiliki seseorang yang digadang-gadang sebagai artis bom seks pertama di Indonesia, yaitu Nurnaningsih. Sedangkan sekarang, semua serba sensor dan gagal tayang. Bahkan, pakaian renang Shizuka disensor KPI? Like, seriously.. Stop acting so naïve like sex is a new thing…
Pada era Romawi Kuno, seseorang yang terbunuh karena sambaran petir tidak pantas mendapatkan pemakaman yang layak karena dianggap sumber kemarahan Jupiter. Jika itu diaplikasikan di jaman sekarang, apakah relevan? Tidak. Orang-orang akan berpendapat itu adalah sesuatu yang tidak berperikemanusiaan, or simply doesn’t respect the one who just passed.
Pada era yang sama juga, seorang ayah boleh menjual anaknya menjadi budak, seorang ayah boleh membunuh putrinya, dan hal-hal yang lazim di jaman tersebut namun tidak dengan nilai yang berlaku di jaman ini.
Tidak terlalu jauh, pada kuarter awal abad ke-20, universitas melarang adanya murid Afrika-Amerika. Di Universitas Alabama, Gubernur George Wallace berdiri di depan pintu utama untuk mencegah adanya murid ‘hitam’ mendaftar bersama angkatan bersenjata yang relatif banyak jumlahnya. Sampai akhirnya universitas terakhir yang melarang Afrika-Amerika pada era Presiden John F. Kennedy.
Entah mereka (fully) Negro, Mulatto, Quadroon, dan istilah-istilah lainnya, karena segregasi ras amatlah kental pada era itu.
Mungkin jangka waktunya masih berdekatan dengan Perang Saudara yang terjadi pada abad ke-19 (1861-1865) pada masa pemerintahan Presiden Abraham Lincoln di mana perbudakan akhirnya dihapuskan, yang ternyata setelah satu abad ke depan rasisme masih menjalar di akar, setelah Perang Saudara Amerika (Reconstruction Era) masih banyak orang memberlakukan Hukum Jim Crow. Dengan dunia yang gila akan political correctness, tentu hal-hal di atas akan dimaki habis-habisan.
Apa masih yakin moral jaman sekarang lebih buruk?
Sebetulnya, semua hanyalah persoalan preferensi karena nilai moral sifatnya dinamis. Tidak ada baik dan buruk, semua tergantung pada kacamata apa yang kita pakai. Tidak ada moral yang membaik atau memburuk, nilai moral bersifat relatif dan nilai-nilai intrinsik atau esensialnya terus berubah.
Apa yang sudah tidak relevan tentu dengan sendirinya terdepak sebagaimana prinsip evolusi. Moral jaman sekarang mungkin tidak sesuai dengan nilai yang membentuk seseorang pada era-nya, tapi apa salahnya membuka diri dan toleran pada perubahan? Moral hanya beregenerasi.
“Change is the only constant.”—Heraclitus, filsuf Yunani 535 sampai 475 SM.
You might also like
More from Cerapan
Silent Treatment dalam Pertemanan: Saat Diam Menjadi Senjata
Silent Treatment dalam Pertemanan Dalam pertemanan, komunikasi adalah kunci utama untuk menjaga hubungan tetap sehat dan harmonis. Namun, apa jadinya jika …
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas Dalam kehidupan yang semakin sibuk, kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik menjadi …
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan. …