Najwa Shihab adalah mata pisau yang siap melucuti kenaifan siapa pun yang ada di hadapannya.
Itulah kesan pertama yang saya tangkap ketika menonton acara Talkshow Mata Najwa yang disiarkan Metro TV. Setiap episode acara ini selalu meninggalkan kesan mendalam untuk saya.
Mata Najwa selalu bisa menghadirkan narasumber dengan segudang informasi menarik. Dari tokoh-tokoh besar seperti mantan Presiden BJ. Habibie atau mantan Wakil Presiden Boediono, hingga orang-orang biasa yang luar biasa seperti para keluarga korban pelanggaran HAM.
Saya suka sekali gaya Najwa Shihab ketika ia berhadapan dengan para narasumbernya. Tatapan tajam dan pose jari telunjuk dan jempol dibuka kemudian ditempelkan ke sisi sudut bibirnya, selalu jadi kesan yang saya ingat. Persona yang ia bangun menunjukkan bahwa ia adalah orang yang teliti dan serius.
Dan benar, Najwa Shihab selalu bisa mencecar para narasumbernya dengan pertanyaan-pertanyaan tajam. Najwa, tak menyediakan celah untuk berkelit. Hal itu jelas terbukti dari beberapa episode Mata Najwa yang pernah saya tonton.
Saya ingat betul bagaimana ketika dalam acara Mata Najwa edisi sarasehan kampus, Najwa bisa menjebak Sudjiwo Tedjo dengan pertanyaannya. Ketika itu, Sudjiwo Tedjo begitu enggan menyebut calon Presiden pilihannya di pilpres 2014—ketika Jokowi dan Prabowo bersaing sengit.
Lantas, Najwa berusaha menggiring si Dalang Nyentrik ke dalam pertanyaan jebakan. Kira-kira obrolan itu mengalir seperti ini:
“Jadi, menurut Mbah Tedjo Presiden ideal untuk Indonesia itu seperti apa?”
“Menurutku, Presiden yang ideal itu seperti seorang Rahwana yang mencintai Dewi Sinta. Karena cintanya yang begitu besar kepada Sinta, ia melampiaskannya untuk memakmurkan rakyatnya.”
“Oh, jadi Presiden yang ideal itu harus punya istri?”
Sontak tawa pun menggelegar. Najwa memang serupa busur panah yang selalu mampu membidik titik sasarannya dengan tepat.
Tapi, di waktu lain Najwa Shihab adalah sebuah trademark. Ia adalah gambaran purna seorang perempuan cerdas. Sering terlontar ujaran, “perempuan cerdas itu Najwa Shihab”
Maka tak jarang banyak pria dengan fantasi liar yang membayangkan bisa memperistri Najwa Shihab. Namun, mereka juga kadang merasa takut dan was-was. Karena pasti para pria itu musykil berani melakukan tindakan serong. Siapa yang bisa lari dari pertanyaan investigatif Najwa Shihab?
Bahkan mantan aktivis 98—yang juga mantan ketua PRD—Budiman Sudjatmiko pernah dibikin gelagapan oleh Najwa Shihab. Ketika dicecar dengan pertanyaan seputar kasus korupsi E-KTP, Budiman nampak canggung dan seringkali menjawab pertanyaan Najwa dengan retorika berbelit-belit. Sekali lagi, Najwa telak melucuti para narasumbernya.
Maka jelas saya bakal bersedih ketika membaca pernyataan Najwa Shihab di akun Instagram pribadinya bahwa ia resign dari acara itu dan kantor Metro TV. Mata Najwa tanpa Najwa Shihab tentu saja sebuah lelucon.
Sementara itu, banyak spekulasi yang beredar tentang alasan kenapa Najwa Shihab hengkang dari Metro TV— stasiun TV berita yang telah membesarkan namanya itu. Salah satu yang paling ngawur datang dari Jonru. Jonru membuat spekulasi bahwa Najwa Shihab keluar karena Metro TV adalah stasiun tv penipu yang kotor. Sehingga itu sangat bertolak belakang dengan nurani Najwa yang suci. Jonru meyakinkan spekulasinya itu setelah Novel Baswedan diundang menjadi narasumber. (dan sepertinya Jonru lupa kalau Najwa Shihab adalah putri Quraish Shihab yang ia benci itu)
Tapi kita tahu, Jonru itu adalah manusia megalomaniak yang sedang mengidap delusi. Sehingga, kita tak perlu terlalu serius menyimaknya.
Apapun alasan Najwa berhenti, bagi saya keputusan itu adalah sebuah kesedihan. Tapi saya tetap menghargainya.
Karena menurut saya, masih banyak tokoh yang perlu dilucuti oleh selusin pertanyaan tajam dari Najwa. Tommy Soeharto, misalnya. Adalah salah satu tokoh politik yang dilingkupi kabut misteri.
Hingga hari ini, saya masih penasaran tentang seberapa kaya orang itu? Sampai-sampai ia pernah disebut mampu mendalangi aksi makar dan ikut menyumbang untuk beberapa proyek besar. Saya penasaran, seberapa besar kartel bisnis yang ia jalankan?
Dan saya kira, hanya Najwa Shihab yang bisa dan mampu menyibak misteri itu dengan pertanyaan dan tatapannya.
Najwa Shihab belum usai. Masih banyak kerja-kerja melawan lupa yang masih terbengkalai di luar sana. Seonggok perkara yang mesti ia kupas secara tuntas. Benar kata Sudjiwo Tedjo, Indonesia tanpa Mata Najwa seperti orang yang kehilangan pandangannya.
Tapi, tentu saya akan tetap menghormati keputusan Najwa Shihab itu dengan riang gembira.
Oiya, omong-omong Mbak Najwa keluar dari Metro TV bukan karena ingin gabung dengan partai kumpulan orang-orang cantik itu kan?
More from Poliklitik
Asian Values, Dinasti Politik: Warisan atau Kutukan?
Asian Values, Dinasti Politik: Warisan atau Kutukan? Di jagat politik Indonesia, dinasti bagaikan virus yang tak kunjung musnah. Bak jamur, ia …
Apa yang bisa kita harap dari Visi-Misi Amin?
Apa yang bisa kita harap dari Visi-Misi Amin? Di ambang era baru, Indonesia mendekati titik krusial dalam perjalanannya. Di tengah gelombang …
Kisah Asam Sulfat dan Asam Folat: Satu Huruf, Beda Dunia
Kisah Asam Sulfat dan Asam Folat: Satu Huruf, Beda Dunia Dalam drama panggung politik, terkadang skrip yang terlepas dari naskah bisa …