Memang, kegiatan belanja sudah bukan menjadi hal yang tabu, sebagai masyarakat yang memiliki hobi mengonsumi di atas rata-rata, kita memang membutuhkan belanja, entah penting atau tidak penting, entah sesuai kebutuhan atau tidak sesuai kebutuhan. Yang penting belanja!
Pada 22 Desember 2017, perusahaan Apple baru saja kembali merilis produk telepon genggam yang menjadi produk andalannya. Adalah Iphone X. Barang ini tentu sudah tidak asing lagi, dan barangkali sudah ditunggu-tunggu banyak orang yang sudah keburu (maaf) ngaceng! Dan kebelet memilikinya.
Hal ini wajar saja, apalagi untuk kita yang butuh sesuatu untuk dipamerkan. Ponsel pintar baru ini tentu jadi pilihan utama yang aduhai. Selain dipercaya akan bertambah keren, pembeli produk ini juga akan dianugrahi status sosial yang baru, belum lagi pandangan orang-orang lain yang tidak kesampaian membeli. Hal ini juga akan membuat pembelinya dibicarakan khalayak dan orang banyak. Sedikit contoh, “Wiih hape baru, horang kayaa!” atau “Si Fulan itu mantep ya, barangnya mahal-mahal.”
Nah, untuk mencapai itu semua, anda hanya perlu menjadi pemboros agung, mengkonsumsi tanpa henti, menjadi rakus dan serakah. Tidak salah dong, toh uang-uang anda kan? Mau kredit kek, mau cash kek, mau hasil nyolong kek, mau hasil nyugih kek, persetan. Yang penting bisa orgasme pas barang itu sampai di tangan!
“Lalu kenapa orgasme, Cuk?” Emang ada kenikmatan lain yang paling puncak selain orgasme? Begitulah kira-kira.
Sebetulnya apa yang didedahkan di atas itu bukanlah alasan utama yang menyebabkan anda bisa orgasme, meskipun hal di atas memang valid dan sangat bisa dipercaya.
Dalam buku berjudul Masyarakat Konsumsi, seorang pemikir Prancis bernama Baudrillard pernah menulis begini, “sekarang adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai kemanfaatanya namun karena gaya (hidup), demi sebuah citra yang diarahkan dan dibentuk oleh iklan dan mode lewat televisi tayangan sinetron, acara infotaiment, ajang kompetisi para calon bintang, gaya hidup selebriti, dan sebagai-bagainya. Yang ditawarkan iklan bukanlah nilai guna suatu barang, tapi citra dan gaya bagi pemakainya. Tidak penting, apakah barang itu berguna atau tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen.”
Singkatnya mungkin jadi begini, saat anda membeli iphone X nanti, yang anda cari tentu bukan karena manfaatnya (meskipun terdapat beberapa fitur baru nan canggih yang ditawarkan) melainkan citra yang dihasilkan dari pembelian produk baru tersebut. Sebagai contoh saja, anda mungkin membeli telepon genggam terbaru karena terdapat fitur kamera yang lebih bagus dan banyak fitur-fitur penunjang baru dan pelbagainya, namun dilirik dari segi fungsinya, Apakah terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari produk baru ini dengan produk sebelumnya? Atau, apakah telepon genggam (lama) anda betul-betul sudah tidak berfungsi dan memang harus diganti dengan yang baru?
Jika telepon genggam anda masih sehat wal afiat dan berfungsi sebagaimana mestinya, lantas mengapa anda perlu repot-repot merogoh kocek dalam-dalam untuk sebuah produk baru? Atau mengapa anda harus repot-repot menjual yang lama untuk mendapatkan yang baru? Tentu saja karena citra yang dihasilkan dari produk itu bukan? Dan hal inilah yang membuat anda merasakan kenikmatan paling paripurna (orgasme). Ahh…
Dengan membeli produk ini, anda akan terlihat lebih kekinian dan trendy karena produk tersebut. Anda akan merasa tidak peduli meskipun anda terlilit hutang, yang penting status sosial anda naik karena produk tersebut. Persetan dengan pandangan orang lain yang menilai anda boros, toh yang punya uang anda, yang membeli anda, dan tidak ada urusannya dengan orang lain. Apalagi banyak selebriti-selebriti yang menjadi panutan anda juga memakai produk yang sama. Kapan lagi bisa disejajarkan dengan para selebriti? Kurang lebih begitu.
Jika mau menggali lebih dalam lagi, tentu banyak sekali masalah yang bisa didedahkan (dari konsep kapitalisme, simulakra, budaya popular, dan semacamnya), dan masih teramat panjang untuk dijabarkan satu per satu dalam artikel ini. Apalagi saya ini hanyalah seorang penulis artikel medioker biasa, bukan seorang dosen maupun pendakwah. Jadi, selamat membeli dan merasakan orgasme!
More from Rehat
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos?
Kelemahan Tali Pocong: Simpul yang Gampang Lolos? Tali pocong, sering kali dianggap sebagai senjata pamungkas yang bikin bulu kuduk merinding. Tapi …
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling
Kelemahan Pocong: Menguak Sisi Lemah Si Pembalut Keliling Pocong, sosok ikonik dalam mitologi horor Indonesia, kerap digambarkan sebagai makhluk yang melompat-lompat …