Ironi Dalam Keabadian
The most terrible poverty is loneliness and being unloved -Mother Theresa
Jika ada yang lebih buruk dari diasingkan, mungkin itu adalah kesepian panjang yang tak diketahui kapan akan berakhir. Di dunia niskala gagasan tentang keabadian mungkin tidak terlalu terdengar asing.
Darinya muncullah sejumlah pertanyaan mendasar, bagaimana jika kamu dianugerahi untuk hidup abadi? Apa kira-kira yang bakal kamu lakukan? Apakah kamu akan membuat milestone dari abad ke abad? Dari mulai era nabi dan rasul, memasuki zaman pertengahan, kemudian berperang melawan Napoleon dan Tzar, tergabung dalam gerakan anarkisme di Spanyol dalam melancarkan perang sipil dengan tentara, lalu tersesat di perang dunia I dan II yang sempat-sempatnya menyelamatkan Hannah Arendt dari sekapan prajurit SS Nazi, sehingga bisa menuliskan sejarah yang kelak dikonsumsi khalayak.
Jika iya, barangkali kamu bakal membuat semacam townhall meeting yang membahas jika di era pemburu sihir kamu berhasil menyelamatkan satu kampung dari serbuan ormas Pemuda Pancasona. Menarik sekali, bukan? Sebuah pertemuan yang isinya hanya menceritakan sejarah, bukan bisnis. Di sinilah jargon “masa lampau terdengar aktual” terdengar esensial.
Namun, berkaca pada pemeran utama pada film The Old Guards, Andromakhe dan 3 anak buahnya, kita mendapat kesimpulan ajeg bahwa hidup abadi itu tidak ada enak-enaknya. Kamu akan diteror hingga pikiran dan perasaanmu babak belur oleh sesosok astral. Hantu itu bernama kesepian yang lebih panjang dari usia baku hantam di Karbala.
The Old Guards adalah film arahan Gina Prince-Bythewood yang bintang utamanya adalah Charlize Theron. Film ini tayang pertama kali secara ekslusif di Netflix sejak minggu lalu, menceritakan sekelompok tentara bayaran yang tak bisa mati alias memiliki kemampuan imortalitas. Iya, tidak bisa mati, diserang dengan berbagai macam alat tempur pun tak mempan, dikursilitrikan 3×24 jam malah kursi listriknya yang angkat bendera putih. Jangankan begitu, dilempar ke palung mariana selama 500 tahun saja masih hidup, kok.
Di awal-awal saya sendiri tak begitu mengerti letak menariknya film ini, datar-datar saja, hingga muncul ironi tentang keabadian. Seperti kisah persahabatan 500 tahun antara Andromakhe dan Quynh yang dipisahkan karena dituduh tukang sihir.
Selain Charlize Theron, tokoh lainnya diperankan oleh Chiwetel Ejiofor (Main di The Lion King, Doctor Strange), Harry Melling (Main di Harry Potter, The Ballad of Buster Scruggs), Marwan Kenzari (Main di Aladdin, Murder on The Orient Express).
***
Pada plot awal-awal film ini, ke-4 tokoh abadi itu memiliki misi menyelamatkan 17 sandera yang mayoritasnya adalah anak-anak. Copley, seorang bekas agen CIA (Central Intelligence Agency) meminta tolong Andy dan 3 orang abadi lainnya untuk membebaskan sandera. Awalnya Andy ragu, namun dibujuk yang lain akhirnya luluh juga. Sebagai informasi, Andy adalah nama untuk Andromakhe era modern.
Tak dinyana Andy dkk ternyata di-prank oleh bekas agen CIA. Setelah sampai di lokasi “penyanderaan” Andy dkk dibombardir peluru oleh tentara bayaran sewaan perusahaan tempat Copley bekerja. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang obat-obatan, semacam Big Pharma mungkin. Meski ratusan peluru bersarang di tubuh masing-masing orang, mereka tidak mati. Hidup Kembali, luka-luka pun sembuh sendiri. Sejak itu perusahaan tersebut mengetahui jika manusia abadi ini benar adanya.
Sekilas soal manusia abadi ini mirip film Highlander arahan Bett Leonard yang mengisahkan sekelompok manusia abadi yang sedikitkun mereka tidak tahu darimana mendapat kemampuan keabadian itu. Jelas manusia-manusia seperti itu kebal Covid-19.
Dalam scene selanjutnya tokoh abadi lain pun muncul, yang kali ini seorang tentara bernama Nile. Para imortal ini terkoneksi lewat mimpi satu sama lain. Muncul setelah 200 tahun. Semacam mendapat penglihatan. Mulanya, Nile tidak menerima bahwa ia adalah manusia abadi. Betapa beratnya melihat orang tua kita menjadi tua dan mati, sementara manusia abadi tak bisa tua, apalagi mati. Stagnan. Namun, berkat arahan Andromakhe yang berpengalaman dalam penderitaan lantaran ribuan kenangan di berbagai zaman, Nile pun lama-lama mencoba mengerti meski diselimuti berat hati.
Sesungguhnya kesengsaraan kalian tidak ada apa-apanya dibanding Andromakhe yang harus melalui jutaan kali patah hati, jika di atas langit masih ada langit maka di bawah tanah masih ada Andromakhe!
Para pemangku kepentingan perusahaan obat-obatan tersebut makin terobsesi dengan keabadian mereka, pihak perusahaan pun melakukan berbagai upaya menangkap Andy dkk untuk nantinya diteliti kenapa mereka bisa hidup abadi. Sebuah plot-twist hadir, 1 orang anak buah Andy berkhianat yang kemudian berhasil menangkap Joe dan Nicky, sepasang kekasih sesama jenis yang menjalin hubungan sejak zaman Napoleon I. Bayangkan ribuan bencana alam di belahan bumi telah mereka lalui.
Mereka pun diteliti di laboratorium untuk dibedah genetiknya, yang nantinya bakal diolah menjadi obat yang akan dijual ke seluruh dunia, dengan dalih menyelamatkan manusia dari berbagai penyakit ganas. Padahal hanya jualan obat untuk meraup keuntungan semata.
Yang agak aneh di sini kenapa Andromakhe menggunakan pedang untuk melawan musuh-musuhnya, padahal senjata canggih kedap suara jarak dekat atau jauh pun tersedia. Apakah Andromakhe seorang konservatif garis keras terhadap alat perang? Itulah yang belum terjawab hingga akhir film ini berakhir.
Film adaptasi novel grafis bikinan Greg Rucka ini melibatkan banyak perempuan hebat dari mulai sutradara hingga pemeran utamanya. Semesta kisah para prajurit tua ini sangat luas dalam menggali ironi dalam keabadian.
Persahabatan lintas zaman yang terjalin disertai aksi yang memukau dari Charlize Theron yang tak diragukan lagi aktingnya, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti serial teve dari film tersebut akan dibuat atau paling tidak bakal menjadi thriller mengingat pada akhir film muncul Quynh di daratan setelah 500 tahun lamanya berada di kedalaman palung mariana yang terpisah dari sahabatnya.
You might also like
More from Tontonan
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar Orient Express adalah nama yang memicu imajinasi, menggambarkan kemewahan, misteri, dan perjalanan epik melintasi …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …
Analisis Ending Film The Commuter
Analisis Ending Film The Commuter "The Commuter," sebuah film thriller yang dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan yang penuh …