Kisah seorang wartawan politik senior.
- Secret City (Season 1) merangkum konspirasi tingkat tinggi antara intelejen Australia, Amerika dan Cina yang berkawin mawin dengan politisi ketiga belah pihak
Kisah seorang wartawan politik senior. Air yang tenang, jangan disangka tak dihuni oleh prajurit Schutzstaffel Nazi asuhan Heinrich Himmler. Begitulah impresi saya terhadap serial teve yang dirilis oleh platform kesayangan kita semua: Netflix. Yang digadang-gadang akan menghancurkan industri bioskop dan saluran teve kabel di masa depan.
Di bawah langit yang tenang nan indah di kota Canberra, Australia, yang membuat penduduknya terbuai dengan segala bentuk rekayasa arsitekturnya ternyata menyimpan ketegangan yang bikin gerak dan gerik warganya terdeteksi.
BACA JUGA: Sinopsis Secret City, Serial Drama Politik Australia
Kamera tersimpan di setiap pojokkan yang terintegrasi dengan monitor intelejen, gawai pintar mudah diretas, komputer jinjing pun sama saja, kartu sim telepon genggam apalagi, sehingga data di dalamnya akan kembali ke ruangan di mana intelejen berada. Beginilah efek samping dari IoT (Internet of Things) dan big data yang jarang dibicarakan pemerintah manapun. Hiper-realitas menemukan kontradiksinya sendiri.
Rasanya 1984-esque berhasil divisualisasikan di sini. Sabine Hobbs, mahasiswi cum aktivis melakukan protes dengan cara membakar diri lantaran kekerasan, kalau tidak, penindasan, yang dilakukan pemerintah Cina pada rakyat Tibet dan sejumlah rakyat negara lainnya.
Sedikit mengingatkan saya pada cover album Rage Against The Machine (Selanjutnya RATM) dengan judul album yang sama yang dirilis pada 1992.
Pada bulan Juni 1963, seorang biksu bernama Thích Quang Duc Buddha Mahayana asal Vietnam, membakar dirinya sampai mati di persimpangan yang penuh hiruk pikuk manusia di jantung Saigon. Di dalam cover album, RATM sengaja memasang aksi protes seorang biksu yang membakar diri itu.
Sedangkan di Indonesia kita mungkin luput dengan nama Sondang Hutagalung (22), mahasiswa Universitas Bung Karno, yang memiliki motif aksi bakar diri lantaran kekecewaan mendalam terhadap ketidakadilan dan kemiskinan yang menghimpit masyarakat Indonesia. Bedanya Sabine Hobbs tidak mati, melainkan meninggalkan luka bakar di sekujur tubuhnya dan kebutaan pada matanya.
Setelah aksi protesnya itu ia dikarantina oleh aparat Australia di sebuah ruangan rahasia yang tidak boleh diketahui siapapun, termasuk ibunya. Cina, Australia dan Amerika secara diam-diam dan nyaris tak diketahui publik, di bawah bendera intelejen melakukan perang secara terselubung untuk kepentingan masing-masing. Terutama politisi ketiga belah pihak.
Plot Secret City dimulai dengan aksi kejar-kejaran antara intelejen dan seorang peretas yang mengatasnamakan dirinya Max Dalgety. Peretas itu masih remaja, ia panik berlari di malam hari di atas jembatan panjang membentang, dan pada saat bersamaan menelan kartu sim gawai pintar agar tak dapat ditemukan oleh agen intel yang mengejarnya, Dalgety lalu melompat dari jembatan untuk menghindari pengejaran tersebut.
Keesokan harinya mayatnya ditemukan dan perutnya dibelah menjadi dua seperti ikan tuna –istilah ini digunakan oleh jurnalis Harriet Dunkley (Anna Torv), tokoh utama dalam serial ini untuk menuliskan berita yang kelak dikonsumsi publik yang membuat hidupnya penuh intensi tinggi. Meminjam istilah Pangalo, menghidupi hidup sepenuhnya.
Harriet Dunkley adalah wartawan politik senior yang bekerja di Daily Nation, sebuah media raksasa yang sudah cukup lama mendapat tempat di hati publik Australia. Barangkali persis wartawan senior (Alm) Rusdi Mathari yang dahulu pernah di Tempo. Seperti yang diketahui Tempo memang dikenal memiliki wartawan yang handal dalam urusan investigasi. Sebagaimana wartawan investigasi Tempo yang mendulang sukses mengungkap ragam kasus ‘khusus’, Harriet pun berhasil menyingkap serangkaian kasus yang penuh intrik dan konspirasi yang saling bertautan dan memiliki benang merah dengan kematian Max Dalgety.
Harga yang harus dibayar Harriet karena investigasinya itu: ia menempatkan kehidupan orang yang tidak bersalah dalam bahaya, Qiu Lung seorang aktivis yang bernaung dalam organisasi yang sama seperti Sabine Hobbs mendapat teror bertubi-tubi dari intel Cina.
Tak hanya itu mantan suaminya, Kim Gordon, yang berpisah dengannya lantaran menjadi transgender tewas dibunuh. Kim membantu investigasi Harriet soal kematian Dalgety yang berimbas pada sebagian politisi Australia, Amerika, dan Cina. Kim adalah staff di Australian Security Intelligence Organisation (ASIO), dengan demikian Kim memiliki peran strategis untuk membantu Harriet.
Tentu saja Harriet sendiri mendapat serangan teror dengan banyak cara dari mulai diobrak-abrik kediamannya, disilet tangannya, hingga ditembak oleh sniper dari jarak jauh. Beruntung tembakan itu tak mengenai dirinya.
Bukannya ketar-ketir dan melipir Harriet malah makin menjadi, ia sama sekali tak gentar dengan semua teror yang menurutnya receh itu. Hidupnya memang didedikasikan untuk mewartakan kebenaran kepada publik. Hanya saja dalam Secret City alur emosional karakter utama lebih kentara.
Setelah dirasa mendapat cukup bukti, Harriet memutuskan merilis artikel hasil investigasinya melalui Daily Nation, yang sebetulnya tidak diizinkan oleh Editor in Chief Harriet. Alhasil, ia pun dipecat dari pekerjaannya dan menjadi sasaran politisi Australia, Amerika maupun Cina yang memberdayakan intelejen yang dimilikinya.
Karena laporannya yang mengungkap fakta serangkaian pembunuhan yang dilakukan sebagian politisi yang mengatur kerja-kerja intelejen agar memuluskan karir politiknya, Harriet pun dijebloskan ke hotel prodeo.
Setelah beberapa bulan mendekam di penjara, Harriet dijenguk oleh seorang politisi, yang dengan kekuatan yang ia miliki berjanji akan menjaminnya agar bebas. Tentu saja Harriet pun bingung, bimbang, dan heran. Ia pun bertanya, kenapa? “Its classic works,” celetuk si penjenguk, “because the enemy of my enemy is my friend,” ujar politisi bernama Mal Paxton (Dan Wyllie) itu.
Pada saat sentimen publik sangat sinis terhadap para penyelenggara negara, ada hal menarik yang membuat kita mengimajikan program-program yang mereka usung mengingat kita berada di luar dinding kekuasaan alias warga tanpa hak veto yang hanya bisa mengamati segala macam ketidakjujuran mereka. Layaknya seekor lalat.
Jika House of Cards dimulai dengan mengembangkan karakter yang kuat dipenuhi motivasi dan ambisi untuk menguasai Amerika dengan berbagai sumber daya, Secret City memulai adegan pertama yang penuh insiden dan setiap scene-nya terhubung sejak dari aksi pertama saat plot dimulai, namun berakhir dengan emosi yang personal.
Di sinilah letak kelemahan serial teve yang diadaptasi dari novel Marmade Files, besutan Chris Lewis dan Chris Uhlmann ini. Sudut pandang Secret City berorientasi pada pandangan personal yang penuh emosional. Namun, bukan berarti tak layak ditonton. Season 1 ini hanya terdiri dari 6 episode, yang setiap episode-nya memiliki waktu rata-rata 50 menit. Kita tunggu ke mana kelanjutan saga season 2 akan bermuara.
You might also like
More from Tontonan
Sinopsis Sokola Rimba
Sinopsis Sokola Rimba Film "Sokola Rimba" merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang wanita bernama Butet Manurung yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan …
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar Orient Express adalah nama yang memicu imajinasi, menggambarkan kemewahan, misteri, dan perjalanan epik melintasi …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …