Mari Memahami logika.
“Sebagaimana pemikir besar melanjutkan dan menyempurnakan gagasan pemikir besar lainnya, misalnya saja Hayek terhadap Mises dan Mises terhadap Bastiat, saya mau ikut meneladani mereka.”
Beberapa waktu lalu, Arman Dhani, sosok pemikir besar Mojok menulis sebuah pengantar logika yang menjabarkan teori kausalitas pejalan kaki dengan kemacetan a la Sandiaga Uno. Kali ini, giliran saya melengkapi agar Ahokers tidak nyinyir lagi.
Rekan Sandiaga, Anies-B (read it like you read Jay-Z), baru saja mempublikasikan teori keberpihakan di trotoar. Rupanya, teori ini menggunakan pendekatan teori kritis—ya, sekelas Marcuse dan Adorno. Ia mendekonstruksi teori Trotoar Kita yang diperkenalkan oleh Djarot-S.
Nah, Ahokers ini lho ya reaksionernya itu kok keterlaluan banget, belum apa-apa sudah nyinyir. Sini saya jelasin ya maksud Anies-B dalam teori keberpihakan di trotoar. Teori ini mengusung gagasan agar trotoar yang tadinya eksklusif bagi pejalan kaki dibuat lebih inklusif.
Pihak mana yang selama ini dimarjinalkan? Jelas pengendara motor. Motor itu kan ramping, secara logika baik formal maupun informal ya dia pas ada di trotoar. Tetapi, kenapa trotoar tidak boleh dilewati pemotor? Ini jelas sebuah bentuk alienasi.
Kita sudah merdeka 72 tahun lamanya, tetapi diskriminasi seperti ini terus terjadi. Hal ini membuat Anies-B tersentuh hatinya untuk menyusun sebuah teori yang memperjuangkan hak pemotor dan mengeluarkan mereka dari opresi sistemik.
Sebetulnya, pemotor bukannya tidak pernah menyuarakan kepentingan mereka. Bertahun-tahun mereka melakukan apa yang Thoreau sebut sebagai civil disobedience atau pembangkangan publik.
Pemotor, sebagaimana Aksi Kamisan depan istana, melakukan Aksi Klaksonan di trotoar untuk memberikan tekanan kepada pejalan kaki agar mereka sadar dan mau melepaskan jubah privelege-nya. Ketika penindasan dinormalisasi dan dibela oleh sistem dan seluruh masyarakat, hanya ada satu kata: LAWAN!
Baru kali ini, seorang pemikir sekaligus penguasa, mempedulikan aspirasi pemotor. Dari sanalah, tercetus ide bahwa trotoar harus didesain agar dapat mengakomodasi pemotor. Teori Anies-B ini mengejawantahkan dengan amat baik tentang alienasi struktural yang dialami oleh pemotor.
Oleh karenanya, teori Trotoar Kita ala Djarot-S harus segera dirombak guna menuju masyarakat yang lebih adil, demokratis, dan mengedepankan keberpihakan.
Gitu lho, Ahokers! Ngerti, le?
You might also like
More from Cerapan
Tan Malaka: Pendidikan yang Membebaskan
Tan Malaka: Pendidikan yang Membebaskan Tan Malaka, salah satu pahlawan revolusi Indonesia, bukan hanya seorang pejuang kemerdekaan, tetapi juga seorang pendidik …
5 Rekomendasi Buku Tan Malaka: Melacak Jejak Sang Revolusioner
5 Rekomendasi Buku Tan Malaka: Melacak Jejak Sang Revolusioner Tan Malaka, seorang tokoh revolusioner dan pemikir yang telah memberikan sumbangan besar …
Cerita Rakyat Si Kabayan, Sebuah Kearifan Lokal
Cerita Rakyat Si Kabayan, Sebuah Kearifan Lokal Dalam warisan budaya Nusantara, cerita rakyat merupakan harta karun yang tak ternilai. Salah satu …