Driver Uber menghilang hari sungguh jadi tak menentu
Hari ini tampak seperti hari-hari lainnya, seperti biasanya tak ada tanda-tanda menyebalkan yang akan terjadi, mungkin memang karena saya juga bukan seorang supranaturalis. Orang rutinitas saya saja selalu jelas kok, list job selalu tertera di meja kantor dan menunggu untuk dikerjakan. Perjalanan dari rumah ke kantor lumayan lama, kira-kira membutuhkan waktu 1,5 jam.
Setiap hari saya menggunakan transportasi umum, dimulai dari kereta hingga ojek online. Seperti biasa juga saya turun di stasiun Manggarai, terdiam sebentar merogoh gawai, lalu segera memesan ojek online si hijau dari negeri sebrang, sayangnya entah kenapa tak kunjung dapat. Mungkin hujan membuat mereka malas menerima orderan, pikir saya.
Saya pun beralih ke ojek online lainnya, Uber. Menunggu sebentar dan, yeay! Langsung dapat driver dengan nama Sumpeno, yang menggunakan Honda Revo merah. Saya memang menelepon driver Uber itu pada pukul 08:54 WIB dan sepakat untuk bertemu di titik yang sudah ditentukan. Begitu sampai di tempat tersebut, Taraaatralalalaaaaa! Keheranan pun terjadi, mas driver malah tidak ada di tempat. Hm.
Herannya lagi, dalam keterangan aplikasi Uber tertulis, perjalanan sudah complete dan biaya sudah terpotong (saya menggunakan credit card). Sms banking pun masuk sekitar pukul 08:49 WIB, terlampir biaya perjalanan sejumlah Rp 28.000. Loh, saya masih stay di tempat awal tapi perjalanan complete? What the fu*k!
Saya cek kembali dong aplikasi Uber itu, si mas driver Sumpeno ternyata cancelled pada pukul 08:51 WIB, dan ajaibnya lagi saya dikenakan biaya denda Rp.5.000. Hello, sampean mau main main!?
Saya mencoba menelepon 3 kali, tidak ada respons. Lalu, saya kirimkan pesan pendek untuk menanyakan posisinya, tidak ada respons juga. Oke, saya putuskan untuk mengambil langkah siaga mencari pengemudi lain, menunggu 15 menit dan the end of the day saya pun kembali pada si hijau dari negeri sebrang.
Selama perjalanan ke kantor saya dihubungi Bos saya yang menanyakan deadline, apa boleh bikin saya pun menjawab seadanya jika saya masih dalam perjalanan menuju kantor, dan menjadi terlambat lantaran driver yang gak bertanggung jawab itu! “Kurang ajar!”, pikir saya.
Sesampainya di kantor, saya lekas menelepon customer service Uber Indonesia. Saya menceritakan secara rinci bagaimana saya diperlakukan oleh driver Uber yang bernama Sumpeno itu, customer service itu mendengarkannya dengan khidmat, penuh pengkhayatan layaknya anak-anak SD kala melantunkan Indonesia Raya pada hari Senin. Saya pun merasa lega setelah menceritakannya. Namun, bukannya mendapat solusi saya malah diperintahkan mengisi form complain yang terdapat pada aplikasi Uber. Hadeuuuuh….
Ini bukan pengalaman saya yang pertama, ini yang kedua kalinya perjalanan ‘di-complete kan oleh driver’ selama saya memakai Uber. Iya, yang CEO-nya dipecat itu, lho…. Untuk yang pertama saya tidak melaporkan apa-apa, baik di form help aplikasi ataupun menelepon customer service.
Kenapa yang pertama tidak sampai melapor? Karena abang-nya tetap datang menjemput, setidaknya dia bertanggung jawablah. Sebagai perempuan tentu saja saya senang pada lelaki yang bertanggung jawab #Eyaaaak. Kala itu saya memang tanya ke abang-nya kenapa pesanan saya malah dikomplitkan, padahal finish saja belum, abang-nya tidak menjawab. Tak tahu kenapa. Entahlah, tapi ya udah saya tidak mempermasalahkannya. Namun, yang kedua kali saya gak tahan lagi, coba bayangin si mas-mas driver malah menghilang dari peredaran di saat saya lagi butuh-butuhnya. Sampai tulisan ini dibuatpun saya tak mendapat kabar apa-apa dari pihak Uber.
Terima kasih Uber, kamu sudah mengambil waktuku 30 menit, dan Rp.28.000 dari credit card-ku, lalu suplisi Rp.5.000 darimu karena driver cancelled. Thanks Uber you made my day…
More from Ruang Raung
Dari CEO Restock ID Kita Belajar
Dari CEO Restock ID Kita Belajar.... Rombongan motor dan mobil berkonvoi berkeliling kota. Mengibarkan bendera kebanggaan sebagai ciri identitas organisasi yang …
Pak Jokowi, Jadi Gini
Usia kemerdekaan Indonesia "Pak Jokowi, Kapan ya Kita Merdeka dari Ambisi?" Usia kemerdekaan Indonesia kini sudah menyentuh 75 tahun. Ya, 75 tahun …
Antara Kedai Kopi dan Dilema Pejalan Kaki
Kedai Kopi dan Dilema Pejalan Kaki Selepas kelas malam, sepulang dari kampus, sekitar jam 7 malam, saya berjalan kembali ke kos. …