Amarah rembulan selalu meluap, ia tampak benci dengan Fajar. Cahaya harapan yang ia pancarkan untuk Jingga hanyalah kebohongan belaka. Demi sebuah kepuasan hasratnya, ia mampu membumbui janji manis yang berakhir celaka untuk pemujanya. Baginya kepuasan adalah jika ia telah mampu menodai hiasan alam.
Rembulan bukanlah satu hal yang Indah. Tapi keangkuhannya menyematkan diri bahwa ialah yang berkuasa di malam hari. Ia tak peduli lolongan panjang sang Srigala. Tak ada yang ia takutkan, baginya kemampuan menodai para hiasan alam adalah hal yang membanggakan.
Malam yang penuh misteri telah membuat Rembulan merasa dirinyalah yang berkuasa di malam hari. Ia adalah setitik cahaya di kala lentera telah redup dan tertidur rapi. Rembulanlah yang akan dipuja oleh tapak-tapak kesepian di lorong-lorong tak berujung. Rembulan menjadi harapan bagi sebagian mata untuk menopang cahaya dibalik pepohonan pinus. Rembulan benar-benar tertutup mata hatinya untuk melihat sisi yang berbeda, ia lupa bahwa ada cahaya lain dibalik rumah-rumah penduduk yang tertutup pohon rindang.
Rembulan selalu berjalan menapaki waktu dengan dagunya yang mendongak ke atas. Ia merasa kalau ia punya kuasa atas diri Jingga dan hidupnya. Ia tidak segan untuk melayangkan tangan kasarnya ke wajah Jingga. Ia juga tidak segan menarik selendang sutera yang menutupi Jingga dari auratnya. Rembulan punya kuasa atas apa yang ia lakukan selama ini, sedangkan Jingga hanya menjadi lampiasan emosinya belaka. Di hadapan Jingga Rembulan tidak segan-segan menggandeng erat tangan Aurora. Mereka berjalan bersama menghiasi malam hingga terbenam. Jingga hanya menatap dengan tangisan tak bersuara.
Rembulan adalah hal yang menakutkan, ia bisa berbentuk sabit mensenjatai malam dari angkasa yang berbintang, ia juga bisa menjadi gerhana yang mampu menebar degup kegelisahan yang mengerikan. Rembulan dengan sejuta wajah mampu menjadi topeng angkasa di malam hari. Rembulan adalah sifat yang tak terucap namun ia tergambarkan dalam sebuah mimpi menyeramkan.
Suatu hari, Jingga sudah tidak sabar menanti janji Rembulan, ia mengutarakan apa yang selama ini merenggut pikirannya.
“Aku ingin kau bertanggung jawab atas diriku,” pinta Jingga kepada Rembulan.
“Nanti, jika aku menjadi purnama,” jawab Rembulan.
“Kau tidak menepati janjimu,” rengek Jingga
“Terserah, kalau kau tidak suka kau bisa pergi. Tapi ingat tak ada satupun alam semesta yang akan menggandengmu, kau adalah Jingga yang kotor.”
Jingga lagi-lagi menitikkan air matanya. Ia penuh ketakutan, ia takut jika Jingga yang selama ini diagung-agungkan hanya akan menjadi kenangan. Sepanjang waktu ia hanya bisa meratapi apa yang ia perbuat. Ia juga takut alam semesta tahu bahwa ia telah kotor dan tak seindah Jingga di ufuk samudera.
Rembulan berlalu dan selalu memberi ancaman kebencian terhadap Jingga. Rembulan tak hanya merangkul Aurora, tapi Rembulan juga merangkul kasih lainnya. Ia bagai pesona di gelap gulita. Tak ada yang sadar kalau ia penuh siasat untuk sebuah hasrat. Rembulan mengumbar janji kepada siapa yang ia sukai, namun setelah itu ia akan tinggalkan bagai debu jalanan.
Kebencian demi kebencian selalu ditebarkan rembulan, bagai benih-benih belukar ia lupa kalau di sana tersimpan duri-duri mematikan. Tak hanya belukar, bahkan benalu suatu waktu akan menusuk tubuhnya mengalir dalam denyut nadi, perlahan namun pasti benalu akan mematikan tubuhnya hingga ia diam dan terbujur kaku. Namun, kematian sang Rembulan tentunya tidak begitu mudah. Masih banyak waktu purnama yang harus ia lewati. Rembulan masih bisa sesuka hatinya untuk menikmati dunia dan semesta ini.
Di satu sisi Jingga menyimpan erat rahasia ini bagai pintu terlarang. Ia mengunci rapat-rapat bahkan angin selatan pun tak tahu apa yang telah dialami Jingga. Jingga selalu mengeluhkan dirinya kepada angin selatan, namun tak memberi alasan dari keluhannya. Angin selatan hanya bisa mendengar tanpa bisa memberi solusi yang pasti. Keluhan Jingga hanya menjadi pertanyaan angin malam. Pertanyaan yang tak berujung jawaban. Angin selatan hanya pemberi dan pendengar kabar setia, meski ia adalah awal dari kerusakan hubungan antara Fajar dan Jingga.
You might also like
More from Fiksi
Surat untuk Mantan
Lara, Ini mungkin adalah surat yang kesekian kali kutulis, tapi kali ini rasanya berbeda. Seperti ikan besar yang terjerat di jaring …
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan Hey Sobat Semay, siap untuk terbawa oleh ombak perasaan yang mendalam? Ini …
Lamunan Empok Hayat
Lamunan Empok Hayat Dalam Sekian Babak Bunyi berita tentang cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi tertangkap telinga Empok Hayat. Kalau saja …
1 Comment
Di tunggu cerita selanjutnya bg. 😊👍👍