Kisah spionase adalah soal “berakting”. Tapi The Little Drummer Girl melangkah lebih dalam, membawa ungkapan “Seluruh dunia sebuah panggung”-nya Shakespeare ke tingkat yang sangat literal. Berdasarkan novel John le Carré tahun 1983 dengan judul sama, The Little Drummer Girl menyajikan penampilan yang menakjubkan, dengan plot kuat yang menyelami dunia spionase, dan realitas ciptaan.
Fakta bahwa seorang Park Chan-wook yang mengarahkan serial enam episode ini membuatnya jadi wajib ditonton. Dianggap sebagai sutradara visioner lewat Trilogi Balas Dendam-nya, serta film terakhirnya yang sukses menyulap novel Inggris berlatar era Victorian jadi sebuah thriller erotis Korea The Handmaiden. Serial The Little Drummer Girl yang diproduksi atas kerjasama BBC dan AMC, di tangan Park Chan-wook tak hanya menjadi kisah klise spionase pada umumnya.
Jerman Barat, 1979. Mobil-mobil berwarna cokelat tembaga, mantel korduroi dan tas kulit kinclong yang berisi bom. Dengan latar belakang konflik Israel-Palestina, seri ini dibuka dengan serangan teroris terhadap kediaman diplomatik Yahudi di Bad Godesberg. Ledakan merenggut kehidupan seorang bocah lelaki Yahudi berusia 8 tahun. Kematian inilah yang menggerakkan roda serial ini, ketika kita diperkenalkan dengan ahli spionase Israel Martin “Marty” Kurtz (Michael Shannon) dan tim agen intelijennya.
Di balik kacamata dan kumis tebal komikalnya, jari-jarinya yang penuh kekhawatiran, membuat Marty layaknya master catur sekaligus ahli taktik militer. Serangan tadi kemudian diketahui diatur oleh seorang Palestina bernama Salim, yang punya saudara lelaki Khalil, seseorang yang telah lama dilacak Marty. Mereka adalah bagian Palestina Liberation Organization – target utama agen Mossad. Informasi inilah yang membuat sang agen veteran, dan serial ini, masuk ke sesuatu yang gelap gulita.
Marty menemukan Charmian “Charlie” Ross (Florence Pugh), yang akan mendekatkannya pada buruannya. Sebagai aktris teater Inggris berusia awal dua puluhan, Charlie tampak tak punya keluarga, tak punya ikatan, dan tak punya keyakinan. Seorang yang berpandangan progresif dan sarkastik, terlepas dari politik kiri radikal, dan anti-Zionis, yang dianutnya, ia tidak menjalaninya sepenuh hati. Aku hanya seorang aktris, aku Charlie. Bohemian gamang ini menarik minat Marty, yang percaya bahwa bakat hebat Charlie yang dikombinasikan dengan simpati naifnya terhadap para radikal akan menjadikannya agen ganda yang ideal. “Aku diculik oleh perusahaan teater eksperimental,” gumam Charlie dengan muram.
Marty menjuduli proyek misinya ini “Theatre of the Real”. Sebelumnya, Charlie didapatkan berkat tipuan dan pikatan seorang agen Mossad kharismatik kepercayaan Marty, Gadi Becker (Alexander Skarsgård). Gadi begitu kalem layaknya Ryan Gosling dalam film Drive. Gadi menyaru jadi Salim, mengenakan apa yang dipakainya, meniru tulisan tangannya, menghapal ceramah radikalnya, untuk membenamkan Charlie dalam fiksi yang sedang mereka ciptakan. Charlie makin tenggelam dalam fiksi, bahkan tak bisa membedakan mana yang nyata.
Estetika retro tahun 1970-an menentukan kualitas visual, menciptakan semacam nuansa surrealis. Operasi klandestin memang bekerja dalam bayang-bayang, maka kisah spionase biasanya berwarna muram. Namun, palet cerah justru dipilih oleh sutradara Korea Selatan ini. Charlie seringkali mengenakan gaun yang menyilaukan mata. Tujuannya justru agar karakter diperhatikan dan disaksikan dalam fiksi yang sedang mereka buat.
The Little Drummer Girl seperti mengomentari moralitas yang suram dan kompleks baik dari spionase internasional dan seni akting itu sendiri. Ini adalah cerita tentang persimpangan spionase dan teater. Bagaimana para mata-mata menjadi para aktor dan para aktor menjadi para mata-mata, keduanya dilatih untuk menyelidiki, menipu, dan menjalani kehidupan palsu.
Plot serial ini, yang berfokus pada permusuhan berdekade-dekade di Timur Tengah, adalah tentang kekuatan yang saling bertentangan. Ada dinamika antara fiksi dan kenyataan, dan bagaimana garis itu menjadi kabur. Lalu ada pertanyaan tentang apakah itu kebenaran dan apakah itu pertunjukan. Juga, dinamika antara para agresor dan para korban.
You might also like
More from Tontonan
Sinopsis Sokola Rimba
Sinopsis Sokola Rimba Film "Sokola Rimba" merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang wanita bernama Butet Manurung yang didedikasikan untuk memberikan pendidikan …
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar
Orient Express: Dari Novel hingga Layar Lebar Orient Express adalah nama yang memicu imajinasi, menggambarkan kemewahan, misteri, dan perjalanan epik melintasi …
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya
The Commuter: Plot Twist dan Endingnya "The Commuter," dibintangi oleh Liam Neeson, membawa penonton dalam perjalanan menegangkan penuh kejutan. Michael MacCauley, …