Komunitas Sastra…
Fungsi Komunitas
Pada 2015, Perpustakaan Nasional melakukan survei di 12 provinsi dan 38 kabupaten/kota untuk mengetahui minat baca masyarakat Indonesia. Temuannya tidak begitu mengejutkan: “90 persen penduduk Indonesia gemar menonton televisi dan tidak suka membaca.” Seperti menyadari sesuatu, setahun kemudian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menggelar Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk memperkenalkan kebiasaan membaca kepada para pelajar (Ahmad Farid, 2017).
Menurut wiktionary, komunitas sastra adalah kelompok atau kumpulan orang yang meminati dan berkecimpung dalam bidang sastra; masyarakat sastra. Komunitas sastra ini bergerak dalam berbagai macam kegiatan dari membaca, diskusi, hingga menulis karya sastra.
Dari laman pengertiandefinisi.com, disebutkan bahwa pembentukan komunitas juga memiliki beberapa manfaat kepada para anggotanya, seperti beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Media Penyebaran Informasi – manfaat yang pertama adalah sebagai media penyebaran informasi. Di komunitas, setiap anggota yang tergabung dapat saling bertukar informasi (baik membagikan atau pun menerima) yang terkait dengan tema komunitas yang terbentuk.
- Terbentuk Jalinan/Hubungan – selain sebagai media penyebaran informasi, komunitas juga bermanfaat sebagai media untuk menjalin relasi/hubungan antar sesama anggota komunitas yang memiliki hobi atau pun berasal dari bidang yang sama.
- Saling Bantu/Dukung – karena berasal dari bidang yang sama, komunitas dapat dijadikan sebagai media untuk kegiatan saling bantu antar sesama anggota komunitas atau pun ke luar anggota komunitas.
Dalam pembentukan komunitas, pemrakarsa komunitas sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
- Anggota – anggota yang diajak untuk bergabung ke dalam sebuah komunitas hendaknya berasal dari bidang/minat yang sama.
- Media Komunitas – untuk mendukung keberlangsungan komunitas, pemrakarsa komunitas sebaiknya mempertimbangkan media-media yang akan digunakan untuk melancarkan seluruh program kerja yang telah dibentuk di dalam komunitas.
- Program Kerja dan Sumber Daya – agar komunitas tidak vakum, pemrakarsa komunitas harus mampu membentuk program kerja dan menemukan sumber daya untuk menjalankan program kerja tersebut.
Sedangkan menurut saya, fungsi komunitas terutama ada 3 (tiga) yaitu mengingatkan berkarya, memberikan masukan pada karya yang dihasilkan, dan memberikan iklim kompetisi dalam kemajuan berkarya. Tiga hal ini yang sangat penting untuk terus dihadirkan di dalam komunitas. Mengingatkan berkarya bisa dengan mengadakan jadwal rutin menulis, untuk kegiatan tertentu seperti lomba, program antologi bersama, kirim ke media, dan lain-lain, yang akan menjadi kebiasaan anggota komunitas untuk menulis. Yang kedua adalah adanya diskusi yang memberikan masukan atau saran untuk perbaikan karya anggota komunitas menurut kaidah penulisan yang lazim sehingga akan tercipta karya anggota komunitas yang makin berkualitas. Sedangkan ketiga iklim kompetisi perlu dihadirkan untuk mengawetkan keberadaan pacuan berkarya yang makin progresif dan kreatif.
Komunitas Sastra di Beberapa Kota
Berbicara komunitas sastra, tentu tidak bisa melupakan pada komunitas Persada Studi Klub (PSK) di Yogyakarta. Komunitas PSK yang digawangi oleh mahaguru penyair Umbu Landu Paranggi dianggap sangat berhasil dalam menanamkan semangat berkarya pada anggota dan dalam berbagai warna karya penggiatnya. Beberapa penggiatnya sekadar menyebut beberapa nama antara lain Iman Budhi Santosa, Ragil Surwarna Pragolapati, Linus Suryadi AG, Korrie Layun Rampan, dan Emha Ainun Nadjib, punya warna karya yang berbeda-beda.
Selanjutnya ada Komunitas Sastra Indonesia. Menurut Maman S Mahayana (2014), Komunitas Sastra Indonesia (disingkat KSI) adalah organisasi kesenian nirlaba di Indonesia yang bergerak di bidang kesenian, utamanya sastra. Komunitas ini didirikan pada tahun 1996, dengan tujuan ikut menumbuhkembangkan gairah bersastra melalui berbagai kegiatan pendukung. Komunitas Sastra Indonesia didirikan oleh beberapa sastrawan Indonesia, antara lain Ahmadun Yosi Herfanda, Ayid Suyitno PS, Azwina Aziz Miraza, Diah Hadaning, Hasan Bisri BFC, Iwan Gunadi, Medy Loekito, Shobir Poer, Slamet Rahardjo Rais, Wig SM, dan Wowok Hesti Prabowo.
Komunitas lain yang juga penting dalam konstelasi sastra Indonesia mutakhir adalah Komunitas Utan Kayu (KUK) dengan Gunawan Mohamad sebagai ikonnya. KUK terkesan tampil sebagai komunitas elitis. Nirwan Dewanto dan Sitok Srengenge adalah dua nama yang secara langsung ikut memainkan peranan penting di sana. KUK membangun jaringannya tidak hanya dalam lingkup dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Sebagai sebuah komunitas, KUK tentu saja mengusung ideologinya sendiri, sama halnya juga dengan komunitas lain. Komunitas Utan Kayu (KUK) selanjutnya pindah tempat dan pada proses selanjutnya beralih nama menjadi Komunitas Salihara di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Beberapa sastrawan yang ada di dalamnya antara lain Goenawan Mohamad, Nirwan Dewanto, Ayu Utami, Zen Hae.
Ada juga komunitas Forum Lingkar pena (FLP). FLP tampil tanpa dapat menghindari dari citra Islaminya yang kental, meskipun sesungguhnya keanggotaan FLP bersifat terbuka—inklusif. Semangat FLP –sebagaimana yang dinyatakan dalam visinya,[16] juga sebenarnya sederhana saja, yaitu membangun masyarakat membaca dan menulis. Dalam hal itulah, sesungguhnya FLP punya visi yang substansinya sama dengan komunitas sastra lainnya yang bertebaran di Tanah Air, yaitu menciptakan manusia penulis. Bukankah ketertinggalan bangsa ini dari bangsa lain –terutama Eropa, dan lebih khusus lagi, bangsa di kawasan Asia Tenggara, lantaran budaya baca dan budaya tulis belum melekat dalam pandangan masyarakat.
Komunitas sastra yang menurut saya berhasil adalah Lesehan Sastra Kutub (LSK) di Yogyakarta dan Komunitas Akarpohon di Mataram, NTB. Indikator yang mudah dilihat adalah seringnya karya para penggiat komunitas tersebut di media massa, antologi bersama juga lomba karya sastra.
Komunitas Sastra di Kota Bekasi
Beberapa komunitas sastra atau literasi di Bekasi yang saya tahu keberadaannya karena pernah bersinggungan adalah Forum Lingkar Pena (FLP) Bekasi, Sastra Kalimalang (Sanggar Matahari), dan Forum Sastra Bekasi (FSB). Komunitas lain mungkin masih ada di kota Bekasi tetapi belum saya ikuti info maupun karya-karyanya.
FLP bergerak menulis yang lebih mengedepankan pada tulisan prosa yaitu cerpen dan novel berbasis agama Islam, diikuti banyak anak muda yang dibagi dalam berbagai pertemuan rutin dan dengan sistem jenjang kelas. Komunitas FLP ini juga sering mengadakan pertemuan yang diadakan oleh FLP Pusat. Sejauh pengamatan saya komunitas FLP sering berkegiatan di kampus Unisma Bekasi. Selain penulisan, FLP Bekasi juga beberapa kali mengadakan lomba baca puisi dan dikusi sastra.
Sastra Kalimalang, komunitas ini lebih utama pada tulis dan baca puisi serta musikalisasi puisi.
Komunitas Sastra Kalimalang (SKM) merupakan wadah silaturahmi seluruh lapisan masyarakat melalui teks teks yang terlahir di keseharian hidup dan kehidupan. SKM mencoba menebarkan virus sastra ke masyarakat dan menemukan kata dari masyarakat. “Ketika kata-kata menjadi peristiwa, kata tak hanya sekedar kata, ada makna yang menubuh dalam kata. Kami coba menemukan kata. Karena sastra itu mahkota dan sukma bahasa,” ujar Ane Matahari, penggagas Komunitas ini. Berdiri sejak 14 September 2011, SKM mengajak masyarakat untuk menuliskan kegelisahannya. Kegiatan yang dilakukan melalui gerakan kebudayaan ini seperti dengan mengunjungi pedesaan, hingga menemui dan mengumpulkan karya-karya narapidana (sabekasi.com).
Forum Sastra Bekasi (FSB), yang dinisiasi oleh Budhi Setyawan dan beberapa penulis muda mulai beraktivitas pada 23 April 2011 dengan mengadakan pertemuan rutin setiap bulan dengan diskusi sastra terutama puisi. Selain itu juga merilis media Buletin Jejak setiap bulan dan kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan media telepon genggam yang dinamakan Lumbung Sajak. Kemudian juga beberapa kali merilis buku antologi puisi bersama yaitu Kepada Bekasi, Saksi Bekasi, Sajak Puncak, dan Kepak Sajak. Beberapa anggota komunitas FSB cukup produktif menulis, karya terutama puisi sering dimuat media massa, antologi bersama, memenangi lomba puisi serta memiliki buku puisi tunggal.
Komunitas sastra di kota Bekasi ada beberapa dan bisa jadi masih akan bertumbuh dan bertambah, dan ini yang mesti untuk didukung dan diapresiasi. Akan tetapi hal utama yang harus dipegang adalah fokus pada kemajuan karya. Ini yang harus jadi target dan dibuat indikator untuk mengukur kemajuan dan pengaruh pada dunia sastra, terlebih pada kehidupan lebih luas. Indikator yang lebih mudah dilihat agar terlihat keberadaannya adalah karya-karya yang dipublikasikan di media massa, dalam buku bersama maupun buku sendiri, serta lomba karya sastra. Ini sangat diperlukan agar Bekasi bergaung sebagai kota yang bergairah dalam sastranya, bukan hanya sebagai kota mal dan apartemen.
You might also like
More from Cerapan
Silent Treatment dalam Pertemanan: Saat Diam Menjadi Senjata
Silent Treatment dalam Pertemanan Dalam pertemanan, komunikasi adalah kunci utama untuk menjaga hubungan tetap sehat dan harmonis. Namun, apa jadinya jika …
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas
Time Management Matrix: Strategi Efektif Mengelola Waktu dan Prioritas Dalam kehidupan yang semakin sibuk, kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik menjadi …
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak
Kebutuhan Tidak Penting tapi Mendesak Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan dinamis, sering kali kita dihadapkan pada berbagai macam kebutuhan. …
1 Comment
KOMUNITAS INI SUKA KUMPUL DIMANA ?