Ini adalah kisah persahabatan antara Jingga dan Fajar. Jingga dan Fajar adalah dua sahabat yang tak terpisahkan. Fajar selalu menanti Jingga, begitu pula Jingga selalu menanti Fajar. Jingga adalah sosok pujaan alam semesta. Ia begitu indah dan selalu diagung-agungkan. Jingga adalah idola para langit senja. Jingga selalu dinanti kehadirannya. Sementara Fajar, adalah hal yang biasa dan suatu waktu akan menjadi gelap.
Persahabatan Fajar dan Jingga sudah sejak lama, sejak mereka kecil hingga menjelang langit senja bungkam di peraduan. Fajar sosok yang setia, meski ia membosankan, ia selalu setia menanti dan menemani sang Jingga. Jingga tak pernah tahu kalau penantian Fajar bermakna cinta sejati.
Persahabatan itu berlalu bertahun-tahun. Mereka selalu mengukir suka dan duka bersama. Begitu banyak kenangan antara mereka berdua. Fajar dan Jingga tak pernah lari sendiri, mereka selalu berdua menghadapi samudera luas. Kadang pasir pantai berbisik iri kepada mereka. Tak jarang pasir dan karang berprasangka jika mereka bukanlah sepasang sahabat, melainkan sepasang kekasih dibalik rona senja.
Fajar dan Jingga tampak tak terpisahkan, suatu ketika di antara keduanya mengutarakan rasa yang terpendam. Di antara mereka telah terjalin benih-benih cinta. Sejak saat itu Fajar merasa bahagia, bahwa ternyata Jingga juga mencintainya.
Bertahun persahabatan menjadi cinta itu terjalin, mereka seberkas cahaya senja yang selalu bergandeng erat. Mereka tampak seperti cinta sejati yang selalu menjadi lukisan sang kuasa ketika hari berganti rembulan. Tapi dibalik itu semua, ada cerita luka. Jingga menerima cinta Fajar dengan syarat. Syarat yang diberi oleh Jingga adalah tak ada seroang pun yang boleh tahu bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Fajar bertanya “sampai kapan rahasia ini aku bungkam?”, Jingga menjawab dengan wajah datarnya “sampai waktu yang tidak ditentukan, kita lihat saja nanti”. Sebenarnya ada rasa sedih di hati Fajar.
Di hatinya Fajar berpikir bahwa Jingga tak benar-benar tulus menerimanya. Namun, Fajar tetap berprasangka baik. Ia tahu, bahwa Jingga adalah idola para napas, mata-mata langit dan awan. Hubungan itu tetap ia jalani, karena Fajar benar-benar tulus mencintai Jingga.
Suatu ketika hal menyakitkan terjadi, mereka harus terpisah oleh malam yang panjang. Jarak di antara mereka membuat mereka tak saling bersama. Fajar tetap setia, ia yakin jika hati Jingga hanya untuknya. Setelah mereka dipertemukan lagi di upuk timur. Fajar dan Jingga kembali menjalin komunikasi meski ada jarak di antara mereka. Fajar benar-benar bahagia, ternyata Jingga juga tetap setia. Namun tak lama, Jingga membuat pengakuan yang menyakitkan. Jingga telah ternoda oleh rembulan malam. Jingga sudah tidak lagi suci seperti awan. Jingga merasa dirinya kotor dan penuh dosa. Jingga sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya dan tak ingin lagi terbit bersama Fajar di ufuk barat. Jingga hanya bisa menangis meratapi dosanya. Namun, dengan berbesar hati Fajar menerima Jingga apa adanya, Fajar benar-benar setia dan cinta dengan Jingga. Fajar tak ingin Jingga redup. Fajar tetap merangkul Jingga dan ingin Jingga bangkit menjadi hiasan nan indah di ufuk barat.
Kebesaran hati Fajar membuat Jingga percaya diri dan tetap bisa berdiri di atas awan. Jingga melalui waktu yang menyakitkan itu bersama Fajar. Ketika Fajar sudah yakin untuk meminang Jingga. Fajar sudah siap untuk menerima segala kemungkinan rembulan dan gelap malam yang jahat. Fajar bersiap mengukir cincin di jari manis Jingga. Tapi tak disangka, sesuatu yang lebih menyakitkan tiba. Petir menyambar Fajar. Fajar seketika hancur ditutup awan hitam. Kabar badai membuat Fajar harus diam dan tertutup oleh kabut. Badai menyampaikan pesan bahwa Jingga pendusta, ia masih menjalin kasih dengan rembulan. Fajar kecewa dan cahayanya seketika redup. Jingga memang pembohong ulung. Jingga tak seindah wajahnya, Jingga adalah kenangan luka yang tak pantas diingat. Jingga adalah kebencian yang selalu tersirat. Fajar terbenam dengan hati berlumuran luka yang dalam.
Suatu hari, Fajar mendapat kabar dari angin selatan, bahwa Jingga telah benar-benar hancur. Jingga tak seindah dulu, Jingga tak seindah ronanya yang tersirat di atas angkasa. Jingga benar-benar menyesal, Jingga penuh noda dan rembulan tak pernah mau untuk benar-benar bersamanya. Jingga mempermainkan karmanya sehingga ia sendiri yang terluka. Jingga menyampaikan sepucuk surat, bahwa ia mencintai Fajar dan hanya Fajar yang setia kepadanya. Namun sangat disayangkan, Fajar sudah terlanjur kecewa kepada Jingga. Kini Fajar telah memiliki Pelangi. Pelangi yang indah setelah datangnya hujan dan badai. Fajar juga menitipkan satu kenangan untuk Jingga. Sebuah surat yang perlu Jingga tahu.
Jingga….
Kau memang indah, melebihi apapun di relung hati ini
Kau teman lawasku yang selalu aku kasihi
Kita selalu jalan berdua menunggu senja redup di peraduannya
Aku benar-benar kasih kepadamu, tapi dulu
Dulu sebelum kau menjadi badai dalam hidupku
Kau tidak saja menghancurkan hidupku
Tapi kau juga menghancurkan mimpiku
Jingga….
Dulu aku hancur karenamu, hatiku bagai serpihan pasir
Tiap malam aku selalu memimpikanmu
Kau tak tahu betapa aku menangis karenamu
Namun seiring waktu bergulir, semua penuh keadilan
Selalu ada pelangi setelah badai dan hujan
Aku telah bersama pelangi menatap bintang
Aku hanya melihatmu besama gelap malam dan luka yang tak berkesudahan
Selamat tinggal Jingga
Kau nikmati saja hidupmu
Maafkan aku sudah tak ingin mengenalmu
Karena sakitku sudah terlalu perih untuk dibuka kembali
Jingga….
You might also like
More from Fiksi
Surat untuk Mantan
Lara, Ini mungkin adalah surat yang kesekian kali kutulis, tapi kali ini rasanya berbeda. Seperti ikan besar yang terjerat di jaring …
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan
5 Cerpen Cinta yang Akan Bikin Kamu Terbawa Perasaan Hey Sobat Semay, siap untuk terbawa oleh ombak perasaan yang mendalam? Ini …
3 Comments
Karena kesetiaan untuk orang yang benar2 tulus mencintai. Sangat menginspirasi bg ..
Yg sebenarnya lebih menyakitkan itu adalah jingga…